Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Peluang Kerja Tidak Mengenal Bidang Studi, Kamu Mampu Pasti Sukses

27 Maret 2021   07:55 Diperbarui: 28 Maret 2021   15:28 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang wanita bekerja sebagai administrator, padahal lulusan perpustakaan (foto dari pixabay.com)

Terkadang suatu peluang kerja datangnya dadakan. Kita hanya diberi pilihan, menerima peluang atau menolak peluang. Sudah, begitu saja. 

Pada kenyataannya, peluang suatu pekerjaan memang tidak memperhatikan seberapa sinkron antara peluang dan bidang studi. Entah dari bidang studi mana, selagi kita mampu menjalankan deskripsi pekerjaan (job description) tidak ada salahnya. Tak harus selalu sesuai dengan bidang studinya. 

Selama kita mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik. Memiliki etos kerja tinggi, mampu berkomunikasi dengan lancar, dan menjaga perilaku kerja agar tetap sesuai norma. Meski bukan berasal dari bidang studinya, bukanlah masalah serius.

Adi adalah lulusan SMA. Dia mencari lowongan pekerjaan. Ada satu lowongan yang sesuai dengan kualifikasinya, yaitu satpam. 

Adi tahu betul risiko menjadi seorang satpam. Padahal ia bukan siswa yang jago berantem. Adu jotos, adu pukul. Namun, ia berusaha mendaftar dan akhirnya diterima. 

Perusahaan pun lalu memberikan pelatihan kepada calon satpam baru selama dua pekan, agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab secara sangat baik. 

Selama kita mampu menikmati kehidupan kerja. Masih merasa nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan. Tak ada tekanan yang memaksa, tak ada perubahan lingkungan yang siginifikan, dan tak ditemukan kekerasan fisik maupun verbal dari seorang pemilik perusahaan bahkan rekan kerja, maka lanjutkan saja.

Ketika kita bekerja dengan penuh beban, sering dimarahi atasan, hasil pekerjaan semrawut, kondisi rekan kerja tidak mendukung, dan ditambahkan konflik internal (baca: konflik batin, antara resign dan bertahan). Mungkin sangat berat bagi kita menuntaskan pekerjaan. Sehingga timbul ketidaknyamanan bekerja. Hal ini terjadi karena kita tidak mampu beradaptasi dengan job desk. Apabila kita mampu, masalah tersebut tak akan pernah menghampiri kita.

Selama kita mampu belajar memahami budaya tempat kerja, kita adalah keluarga. Bidang studi kita boleh berbeda dengan profesi. Namun, persamaannya terletak pada pemahaman budaya tempat bekerja. 

Tak ubahnya suatu rumah, tempat kerja memiliki atasan (kepala keluarga), terdapat seorang bendahara (ibu rumah tangga), adanya seorang pengawas (kakek nenek), dan karyawan (kita sebagai anak atau cucu). Sederhananya seperti itu. Tempat kerja adalah sebuah rumah dan merupakan suatu keluarga yang utuh.

Kita harus memahami pola interaksi yang terjadi. Tentu akan menimbulkan pertanyaan, bahwa kita memiliki bidang studi yang berbeda dengan pekerjaan. Oleh karena itu, kita harus belajar memahami hal tersebut. Gunakan latar belakang bidang studi untuk melakukan penyesuaian.

Kembali ke masalah Adi....

Suatu waktu, pos satpam yang menjadi tempatnya bertugas mengalami korsleting listrik. Lampu ruangan dan lampu teras mati secara bersamaan, padahal menggunakan saklar yang berbeda. Dengan sedikit pengetahuan tentang kelistrikan yang didapat dari pembelajaran fisika. Dia mencoba memperbaiki rangkaian listrik pos satpam dan berhasil. Sebelum itu terjadi, Adi telah mendapatkan izin dari pemasang kelistrikan perumahan. 

Dengan demikian, peluang kerja tidak mengenal bidang studi. Jika kamu mencari pekerjaan sesuai bidang studi, kemungkinan kamu bekerja akan jauh lebih kecil daripada kamu bekerja di luar bidang studi.

Bayangkan kamu sedang interview di suatu perusahaan. Kamu lulusan program studi teknik elektro. Bila kamu bersedia bekerja di perusahaan tersebut, kamu ditempatkan pada bagian operator mesin. Apakah kamu mengambil pekerjaan tersebut? 

Jika kamu menerima, kamu dapat pekerjaan. Jika kamu menolak, kamu kehilangan kesempatan kerja. Masalah bidang studi yang tidak sesuai itu gampang. Kamu hanya tinggal belajar dengan tim kerja yang kamu miliki. Toh, penerapan ilmunya tidak semua diterapkan. Ada kalanya hanya sebagian.

Kamu enggak percaya? Ingatkah waktu kuliah dulu, kamu mempelajari 47 mata kuliah. Toh yang digunakan dalam praktik lapangan di dunia kerja, yang digunakan hanya seperempat atau setengah mata kuliah yang ditempuh. 

Ingat lagi, saat kamu belajar untuk menghadapi UAS. Satu bundel buku mata kuliah setebal 450 halaman yang kamu pelajari semua. Nyatanya, hanya 50 soal UAS dan materinya hanya pada halaman tertentu.

Artinya, peluang soal UAS atau mata kuliah tidak mengenal seberapa banyak kamu mempelajari materi. Melainkan seberapa paham kamu akan konsep yang dipaparkan. 

Begitu pun peluang kerja. Bukan seberapa tepat bidang studi kamu dengan pekerjaan, tetapi seberapa aplikatif ilmu yang kamu miliki untuk suatu bidang pekerjaan. 

Sebagai contoh, saya calon lulusan prodi administrasi publik. Apakah saya dapat masuk ke dunia perbankan dan dunia perpajakan? Bisa. Dengan modal pembelajaran administrasi keuangan, saya dapat masuk ke perbankan. 

Begitu pun dengan mata kuliah administrasi perpajakan, saya bisa duduk di dunia perpajakan. Saya tidak harus menjadi lulusan perbankan atau perpajakan.

Selagi kita mampu mengaplikasikan ilmu yang kita miliki pada suatu pekerjaan yang berlainan, tidak sehaluan. Saya pastikan, kamu dapat pekerjaan. 

Secara tidak langsung, kita dituntut untuk berani dan belajar. Berani melangkah di jalan yang sebenarnya bukan tujuan kita. 

Belajar untuk memahami dan mengaplikasikan ilmu yang dimiliki pada suatu pekerjaan. Sebab, kita sendiri adalah pembelajar. Yang selalu belajar guna memperkaya diri atas ilmu pengetahuan.

Intinya, bagaimana kita memposisikan diri dalam suatu jenis pekerjaan yang bukan profesi daripada bidang studi kita. Artinya, kita harus menjiwai suatu pekerjaan dengan apa yang kita miliki. 

Peluang kerja sangatlah terbatas. Sedangkan bidang studi yang kita tekuni tak terbatas. Lihat saja tiap tahun, ada berapa ribu lulusan yang sama dengan bidang studi kita. Hal ini berbanding terbalik dengan peluang kerja yang sehaluan semakin sedikit. 

Coba ingat seleksi CPNS. Betapa banyaknya yang memperebutkan satu kursi formasi. Ada hingga ratusan ribu. Ini menandakan alat pemuas kebutuhan sangat terbatas, sedangkan sumber daya manusia sangat melimpah.

Oleh karena itu, bekerja tak sesuai bidang studi menjadi alasan utama memanfaatkan peluang kerja. Asal kita mampu menjiwai suatu pekerjaan dengan ilmu yang dimiliki, kita akan tetap digunakan dalam pekerjaan tersebut.

Ketika kita menerima suatu pekerjaan yang berlainan dengan bidang studi. Memang ada perasaan tak enak yang menghantui diri kita. Khawatir berbuat kesalahan, tidak mampu mencapai target pekerjaan bahkan merasa gagal menjalankan pekerjaan. Kita pun seakan telah "mengkianati" pada bidang studi yang telah ditempuh hingga berdarah-darah di bangku kuliah. 

Peluang kerja tidak membutuhkan kesetiaan pada bidang studi milikmu. Selama kamu mampu belajar, peluang kerja akan menuntun kamu untuk dapat menjiwai pekerjaan.

Tidak perlu gengsi dengan peluang kerja. Siapa tahu, itu takdirmu dari Tuhan. Banyak contoh nyatanya, ada orang lulusan manajamen, sukses di bidang pertanian, menggarap banyak sawah ladang dengan beragam tanaman, mulai dari palawija, cengkeh, kopi, dan sebagainya. Ada orang lulusan ilmu hukum, sukses di bidang home industry. Dia pemasok jajanan tradisional yang dikemas kekinian.

Jadi, bidang studi yang ditekuni saat ini kadang tidak memiliki korelasi yang jelas terhadap diri kita di masa mendatang. Kuncinya hanya satu, yaitu manfaatkan peluang kerja yang ada dan tersedia.

Masalah nanti kita dituntut memiliki kecakapan dalam bidang profesi yang tidak sejalan, kita dapat menempuh pendidikan lagi, bukan? 

Peluang kerja bukan soal gelar, tapi kemauan dan kemampuan menjiwai suatu pekerjaan.

Bayu Samudra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun