Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Gagal Masuk PTN dan Ogah Daftar PTS, Mending Isi Waktu Tunggu dengan Kegiatan Produktif

25 Maret 2021   00:05 Diperbarui: 6 Januari 2022   21:32 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Selama masa menunggu pendaftaran mahasiswa baru tahun depan jadi waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan produktif.| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Jika kamu gagal masuk PTN. Entah tidak lulus SNMPTN, tidak mampu capai kriteria SBMPTN, dan tidak diterima jalur mandiri. Bagaimana perasaan kamu? Apa yang bakal kamu lakukan?

Saya tahu betul perasaanmu saat pengumuman SNMPTN mencederai pikiran dan hatimu. Saya salah satu korban keganasan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri. 

Sedih dan pedih. Air mata tak henti-hentinya mengalir deras hingga berjam-jam. Seakan tak percaya, bahwa diri kita gagal lulus SNMPTN. Hancur berkeping-keping. Luka berat. Itupun masih disiram air cuka. Rasanya. Udah gak bisa disampaikan dalam bentuk kata-kata.

Karena kita pingin banget kuliah di PTN. Kita bakal mengusahakan tetap belajar rajin menghadapi tes SBMPTN. Lebih-lebih sudah menyiagakan porsi belajar tambahan untuk jalur tes ujian mandiri. Jika terjadi kegagalan untuk kedua kalinya.

Lagi-lagi, kita dihadapkan dengan kepahitan nasib. Gagal masuk PTN melalui jalur SBMPTN. Masih sama, menangis tersedu-sedu, nafsu makan menurun, dan jelas sekali, overthinking. 

Tapi, kita dikuatkan dengan harapan menempuh pendidikan tinggi di kampus negeri. Itupun berkat ramuan mujarab orangtua, sanak keluarga, dan para tetangga.

Tiba waktunya, mengerjakan soal ujian mandiri guna masuk PTN. Soal dikerjakan dengan sangat teliti, super tepat, dan yakin lolos. Nyatanya, gagal maning. Kegagalan ketiga kalinya. Masih saja nangis. Padahal kita tahu, menangis tidak bakal mengubah kenyataan. Gagal.

Kita ngebet banget kuliah di PTN. Tapi, Tuhan semesta alam belum merestui. Atau kita saja yang memaksakan kehendak. Tanpa melihat dan mengoreksi diri kita sendiri. Pantas tidak kuliah di PTN? Lantas apa yang bakal kita lakukan?

Ya, sebagaimana tetangga yang baik. Dia menyarankan untuk mendaftar ke PTS. Sedangkan orangtua kita sendiri menyarankan agar kita mencoba masuk sekolah kedinasan. 

Oke. Kedua saran dicoba. Terlebih jadwal pendaftaran yang berbeda-beda. Jadi, bisa nyabang-nyabang. Kanan oke, kiri pun oke. 

Coba mengikuti tes masuk PTS. Hasilnya masih gagal. Coba mendaftar di sekolah kedinasan. Masih sama. Gagal. Jatuh disaringan tes kesehatan. Akhirnya, semakin keras berpikir. Mau nikah, jodohnya gak nongol-nongol. Terus gimana? 

Kita dalam pertengahan tahun ini, dikacaukan dengan banyak peristiwa kegagalan yang menimpa diri kita. Mulai dari tidak lulus SNMPTN, tidak berhasil tes SBMPTN, tidak dapat lolos ujian mandiri, ditolak PTS, dan tereliminasi dalam tahapan tes sekolah kedinasan. Komplit.

Apa yang kamu lakukan jika hal serupa menimpa dirimu? Tidak lulus SNMPTN, tidak berhasil tes SBMPTN, tidak dapat lolos ujian mandiri, ditolak PTS, dan tereliminasi dalam tahapan tes sekolah kedinasan.

Kegagalan adalah hal wajar dalam kehidupan. Jika kamu tak pernah gagal, hidupmu terlalu nyaman, penuh kesantaian, dan bergelimang rebahan. Bila kamu pernah merasakan sakitnya kegagalan. Hidupmu lebih bermakna dan berwarna. Sebab sejatinya hidup, ada kegagalan, ada keberhasilan.

Apakah kamu bakal menyerah pada keadaan dan kenyataan? Apakah kamu bakal mengubur dalam-dalam cita-cita kuliah? Apakah kamu akan bergelantungan di bawah jembatan layang? Apakah kamu akan menjadi manusia hina dina? Tanpa melakukan apapun, tanpa memiliki arah tujuan hidup?

Biarkan laman SNMPTN menolak dirimu untuk masuk PTN. Abaikan laman SBMPTN melukai dirimu yang gagal bergabung di PTN. Buang jauh-jauh perasaan menyesal mengikuti ujian mandiri guna mengharapkan satu PTN. 

Tutup rapat pintu sedihmu saat menerima hasil pendaftaran PTS yang ditolak mentah-mentah. Tinggal saja keputusan sekolah kedinasan yang menghentikan langkahmu melaju ke tahap selanjutnya.

Jangan karena banyak kegagalan menghujani, kamu sudah mengibarkan bendera putih, tanda kekalahan dirimu melawan dirimu sendiri. Masih ada cara lain. Cara yang jauh lebih menyenangkan dan menenangkan.

Memanfaatkan waktu tunggu daftar PTN di tahun depan dengan kegiatan produktif (foto dari seva.id)
Memanfaatkan waktu tunggu daftar PTN di tahun depan dengan kegiatan produktif (foto dari seva.id)

Bila kamu gagal masuk PTN, ogah daftar PTS, ditolak sekolah kedinasan? Inilah hal wajib yang harus kamu lakukan selama mengisi kekosongan waktu kuliah yang tertunda.

Karena kamu tertimpa banyak kegagalan masuk perguruan tinggi, baik negeri dan swasta. Mending kamu menggunakan waktu yang ada, waktu yang menunda kamu kuliah, dengan kegiatan produktif. 

Waktu tunggu masuk PTN datang tahun depan. Sedangkan, kita tetap harus menjalani kehidupan. Bukan malah tidur-tiduran, rebahan, nonton tv, nongkrong, ngamen di lampu merah, dan hal yang tidak berfaedah lainnya.

Selama satu tahun itu, waktu panjang itu kita gunakan untuk melakukan kegiatan yang produktif. Kegiatan yang menghasilkan. Entah kegiatan menghasilkan rupiah, ide-ide, dan hal lain. Artinya, selama masa tunggu, menunggu pendaftaran mahasiswa baru tahun depan, kita gunakan untuk mengeksplorasi kemampuan diri kita. 

Ilustrasi seorang memanfaatkan untuk menulis (foto dari rukita.co)
Ilustrasi seorang memanfaatkan untuk menulis (foto dari rukita.co)

Pertama, melanjutkan hobi yang terbengkalai. 

Sibuknya persiapan menghadapi ujian kelulusan, membuat waktu kita semakin cepat. Hobi yang kita tekuni kadang tak lagi disentuh. Sebab harus tetap giat belajar. Memaksimalkan potensi diri untuk lulus segala macam tes pendidikan tinggi.

Ketika kita gagal, seperti hal di atas. Gagal hingga lima kali. Harapan satu-satunya menunggu tahun depan. Daripada waktu satu tahun ini selama menuju tahun depan, gak ada kegiatan apapun. Mending disalurkan pada hobi yang sempat mandek. Memfokuskan pada hobi.

Misal, kita hobi menulis. Bolehlah kita publish tulisan kita di berbagai media daring. Salah satunya, Kompasiana. Dengan begitu, kita bakal tetap produktif. Menghasilkan banyak karya selama menunggu pergantian tahun. Nilai tambah lainnya, kita sedikit dikenal banyak orang dari berbagai penjuru negeri.

Selain menghasilkan banyak karya, kita pun secara tidak langsung mengolah kemampuan otak dalam menyusun berbagai macam kata guna menciptakan kalimat yang apik dibaca, mudah dipahami. Intinya, melatih keterampilan menulis.

Kedua, mengisi waktu tunggu dengan bekerja part time.

Kenapa harus bekerja? Ingat, kita udah gede. Sudah sepantasnya menjajal memasuki dunia kerja. Supaya tidak kaget dengan kerasnya kehidupan kerja. Dimarahi atasan, dikejar deadline, tekanan dari perusahaan, dan relasi teman yang kurang bersahabat. 

Dengan kita bekerja, kita dapat menguatkan mental. Menguatkan pikiran untuk berpikir lebih tenang dalam menghadapi masalah. Menguatkan hati agar tak mudah tersinggung dan tersulut amarah. 

Misal, kita kerja menjadi pramusaji atau pramuniaga. Kedua contoh ini, tidak membutuhkan waktu yang sangat lama dalam bekerja. Sebab menggunakan sistem kerja shift. Selain kita dapat upah dari bekerja, kita pun dapat pengalaman kerja yang luar biasa menyenangkan.

Mengapa harus kerja part time? Agar daya tahan tetap terjaga. Apalagi kita kan masih anak muda. Suka kelayapan. Jadi, tetap lima puluh banding lima puluh. Lima puluh persen untuk kerja, lima puluh persen untuk merawat diri (istriahat, rekreasi, dan rebahan). Tapi, jika kamu bisa kerja full time, mengapa tidak? Lakukan saja.

Ketiga, mencoba bisnis kecil-kecilan.

Berdagang adalah hal lumrah bagi kita semua yang mencari penghasilan. Entah dagang sayur-mayur, dagang buah-buahan, dagang daging sapi, dagang voucher, dagang makanan ringan, dagang nasi pecel, dan lainnya. Intinya, buka bisnis. Bisnis kecil-kecilan.

Membangun bisnis bagi kita, anak lulusan SLTA, tidaklah harus menggunakan bisnis berkala besar. Cukup dengan modal seratus ribu atau dibawah satu juta rupiah. Dari mana dapat uang? Ya, minta dululah pada orangtua. Lebih-lebih, kamu punya tabungan sewaktu sekolah. Itu bisa dibuat modal.

Misal usaha cilok rumahan. Gak perlu gerobak. Tapi sebelumnya, harus melihat lingkungan. Riset pasar dulu. Adakah anak-anak tetangga? Apakah para tetangga suka cilok? 

Jika iya, lanjutkan usaha cilok rumahan. Nah, ini cocok jualan di komplek perumahan. Biaya pembuatan cilok sangatlah rendah. Dan semua orang pasti suka cilok. Intinya memanfaatkan peluang.

Bila tidak mau terjun di bisnis makanan, pindah ke bisnis jasa atau penjualan. Misal, di kompleks perumahan kita gak ada loket pembayaran listrik, internet, ataupun layanan pemerintah (kartu jaminan kesehatan). Nah, kita dirikan aja loket pembayaran tersebut.

Selama kita menunggu tahun pendaftaran mahasiswa baru, kita sudah dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah. Paling tidak buat mencukupi kebutuhan keluarga dan usaha menabung untuk biaya pendidikan kelak.

***

Nah itulah beberapa pemanfaatan waktu tunggu masuk PTN di tahun mendatang. Daripada waktu itu hangus terbuang sia-sia, mending diberdayakan dengan melakukan kegiatan yang produktif. 

Jangan buang waktu emasmu untuk bersenang-senang. Gunakanlah dengan menghasilkan banyak karya dan pengalaman kerja.

Bayu Samudra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun