Padahal kemampuan organisasi tidak mampu mencapai kriteria yang ditetapkan oleh pimpinan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menerima masukan, sekaligus mencari ide-ide baru dari para bawahannya. Hal ini digunakan agar memberikan kepercayaan kepada karyawan bahwa organisasi dimana ia bekerja adalah organisasi yang dapat membawa kemajuan (baca: kesejahteraan) bersama, maka diperlukan kerja bersama.Â
Pemimpin harus senantiasa berkoordinasi dengan bawahan dalam upaya pengambilan keputusan. Misalnya menggali inspirasi atau mencari inovasi dan kreativitas daripada bawahan untuk diaplikasikan kepada organisasinya.
Kemampuan menciptakan iklim dan situasi yang kondusif. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan menciptakan suasana dan kondisi yang kondusif dan stabil. Hal ini dikarenakan situasi yang kondusif dan stabil dapat meningkatkan kinerja para bawahan dan organisasi secara tidak langsung. Sebab setiap karyawan memiliki motivasi tersendiri untuk bekerja di organisasi tersebut, sehingga suasana kondusif dan stabil harus senantiasa terjaga dalam tubuh organisasi.
Melalui berbagai kemampuan dasar tersebut, sejatinya seorang pemimpin tentu berhasil dengan menggerakkan organisasi ke arah tujuan yang telah ditetapkan sehingga tidak mungkin terjadi sebuah kesalahan. Walaupun mustahil untuk sempurna, paling tidak meminimalisir terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh organisasi dan memberikan pedoman sekaligus arahan jalan menuju tujuan organisasi.Â
Bila mengacu pada kasus tersebut, seorang pemimpin harus menjadi pengontrol sekaligus pengawas daripada jalannya tata kelola organisasi, sebab ia menjadi rambu peringatan apabila ditemukan kesalahan-kesalahan dalam tubuh organisasi.
Lah, bener kan. Dadi pemimpin kudu tanggung jawab. Bu Tedjo, mesti njelasno Iki. Opo o gajiku kok ilang 35%. Gwede, 35% Iki. Gawe tuku cilok e Pak Sabar oleh sak rombonge.
Upaya yang dapat dilakukan atas permasalahan tersebut adalah meningkatkan kemampuan seorang pemimpin, sekaligus para karyawan maupun pengurus (pengelola organisasi) dengan pengembangan diri, baik dari pelatihan maupun pendidikan, mencari gaya kepemimpinan yang sesuai dengan karakteristik bawahan.Â
Hal ini penting, karena setiap bawahan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga harus di atasi dengan kepemimpinan yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang pemimpin minimal memiliki atau menggunakan dua gaya kepemimpinan agar mampu mengakomodir perselisihan yang ada, sehingga tidak terganggu kepada pencapaian tujuan organisasi.Â
Artinya kepemimpinan ini harus berimbang antara pencapaian produksi dengan pemanusiaan manusia (menjaga harkat dan martabat manusia sebagai seorang manusia seutuhnya). Apabila kedua orientasi ini disatukan, maka menghasilkan sebuah kenyamanan dalam bekerja dan luar biasa dalam mengatasi masalah.
Ketika seorang pemimpin menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia seutuhnya dalam organisasi, maka akan timbul inisiatif terhadap masing-masing individu dalam  organisasi untuk mencurahkan segala pikiran dan tenaganya demi kemajuan organisasi.