Jadi, mahasiswa dari fakultas kedokteran tak perlu turut meramaikan aksi demo. Gak nyambung. Bukan karena tidak ada kabelnya. Bidang kajiannya berbeda. Jangan tanya mahasiswa dari fakultas pertanian, pasti tak sudi turun ke jalan. Subjek yang mereka bela atau perjuangkan ada di sawah dan ladang. Apalagi para mahasiswa FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan), tentu tak pernah mau ikut dalam aksi demonstrasi.
Ada pepatah, bersatu kita teguh bercerai kita
kawin lagiruntuh. Gabungan para mahasiswa dari berbagai fakultas dalam menyuarakan suatu kebijakan yang dinilai kurang memperhatikan jangka panjang para subjek kebijakan akan memberikan hasil yang jauh lebih menjanjikan. Artinya tuntutan akan dikabulkan. Namun, tak selalu aksi demo yang melibatkan banyak demonstran memberikan ruang dan peluang bagi eksekutif maupun legislatif mengabulkan tuntutannya. Mending, gabungan dari fakultas yang sama dari berbagai perguruan tinggi. Satu suara, satu tuntutan, dan satu tujuan.
Begitupun bagi para pekerja. Para petani demo kala hak-hak pertaniannya dilanggar oleh pemerintah. Para buruh pabrik sangat boleh demo, saat sekarang ini. Sangat klop, sebab menyangkut masa kerja dan kehidupan mereka. Pantas bila kemarin ikut demonstrasi. Para nelayan demo bila harga ikan, perahu, solar di pesisir dipermainkan pemerintah.
Sampai sini paham ya? Saya mulai kehilangan kendali. Selalu teringat ucapan salah satu mahasiswa yang berorasi di Lumajang kemarin. Gagal fokus.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI