Mohon tunggu...
Bayu Samudra
Bayu Samudra Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat Semesta

Secuil kisah dari pedesaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Keluarga dalam Menghidupkan Permainan Tradisional di Era Digital bagi Tumbuh Kembang Anak

5 Agustus 2020   17:38 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:41 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ceritaku sebelum korona datang.

"Libur sekolah tahun lalu tepatnya akhir 2019 hingga awal 2020, saya bersama adik saya mengisinya dengan bermain permainan tradisional. Saya memanfaatkan limbah tutup botol minuman soda yang kebetulan berserakan di tempat sampah belakang rumah. Entah permainan apa yang saya ciptakan namun membawa dampak positif dalam mengisi waktu liburan. Saya dan adik saya hampir sepanjang hari bermain permainan ini, sebab menarik dan mengasah kemampuan. Hingga akhirnya, adik saya menyebarkan pada teman-temannya dan tersebarlah ke seluruh kompleks rumah kami. Permainan ini saya namakan cempyengan karena hasil bunyi dari tutup botol yang dimainkan."

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sejatinya membawa dampak positif terhadap kemajuan suatu bangsa khususnya Indonesia, namun menimbulkan efek samping pada beberapa bidang kehidupan sebagai pengaruh adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Salah satu bidang yang terpengaruh adalah bidang pendidikan sebab pendidikan adalah kunci suksesnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam memberi kemaslahatan hidup manusia. 

Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan mengalami transformasi di mana perubahan di sana-sini dilakukan untuk menuju pendidikan yang berbasis digital.

Pendidikan digital memang diharapkan kehadirannya karena semakin memberi kemudahan bagi setiap orang untuk dapat merasakan pendidikan melalui alat komunikasi yang merupakan hasil dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Namun perlu kita sadari dengan kehadirannya ternyata menggeser salah satu sub pendidikan yaitu permainan tradisional. Sebab semakin pesat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka semakin menggeser permainan tradisional dan beralih pada permainan digital.

Pendidikan tidak terbatas pada pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan, perlu diketahui bahwa pendidikan informal adalah kunci pintu gerbang kemajuan suatu bangsa khususnya Indonesia yang diabdikan dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Game Online menyingkirkan permainan tradisional (hai.grid.id)
Game Online menyingkirkan permainan tradisional (hai.grid.id)
Bagaimana mungkin pendidikan informal mampu melakukan hal tersebut? 

Sejatinya pendidikan adalah cara atau proses penanaman karakter terhadap seorang anak sedini mungkin agar dapat selaras dengan norma kehidupan yang berlaku di masyarakat. 

Siapa pendidik itu?  Pendidik itu ialah keluarga di mana berperan sebagai pelaku pendidikan informal. 

Melalui pendidikan informal diharapkan seorang anak mendapatkan pendidikan pertama dengan orang-orang terdekatnya. Pendidikan seperti apa? Pendidikan karakter,yang mana seorang anak diajarkan budi pekerti yang baik terhadap lingkungan, masyarakat, dan perannya dalam keluarga. 

Maka diperlukan peran aktif keluarga dalam memberikan pendidikan pada anak yang berbasis pendidikan karakter melalui pendidikan psikomotorik seperti pengenalan permainan tradisional.

Mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan pendidikan berbasis digital dan mendorong terciptanya permainan elektronik.

Pendidikan informal terjadi dalam keluarga. Siapa keluarga itu? Yakni seorang ayah, seorang ibu, kakak, dan adik yang saling berhubungan dan berkaitan dari satu waktu ke waktu lainnya. 

Bagaimana mereka menjalankan sebuah keluarga? Sebenarnya membentuk keluarga berarti membentuk peran terhadap individu dengan individu lainnya yang mengemban tugas dan kewajiban dalam menjalankan keluarga. Salah satu peran terberat keluarga adalah memberikan pendidikan, lantas siapakah orang tersebut? Orang yang lebih tua dalam keluarga---ayah, ibu, dan kakak---dan mengerti akan pendidikan. 

Namun kebanyakan keluarga di Indonesia tidak menyadari akan peran ini, sebab mereka beranggapan bahwa pendidikan hanya didapat pada pendidikan formal yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan. 

Anggapan ini  adalah anggapan yang salah karena pendidikan formal tidak mengajarkan semua aspek kehidupan dalam dunia pendidikan, sehingga dapat dikatakan pendidikan formal terbatas pada pendidikan umum. 

Salah satu bidang pendidikan yang tidak diajarkan bahkan tidak ada dalam pendidikan formal dan hanya diberikan pada pendidikan informal adalah pengenalan permainan tradisional. Meski saat ini kurikulum 2013 telah memberikannya tapi hanya sebatas bacaan belaka tanpa tindak lanjut seperti praktik.

Oleh sebab itu, peran pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan untuk menghidupkan permainan tradisional di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.


Kenapa harus permainan tradisional? Kebanyakan orang tua di Indonesia mengesampingkan pendidikan akan permainan tradisional sebab mereka beranggapan sudah habis masanya karena diterpa oleh permainan digital sebagai akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Pernahkah kita berpikir, bahwasanya alat-alat canggih hari ini adalah hasil dari permainan tradisional zaman dulu. Sebagai contoh (1) permainan kincir angin yang terbuat dari bambu kini diadopsi menjadi kincir angin pembangkit listrik (2) permainan telepon kaleng kini diadopsi menjadi ponsel pintar. Hal ini menyatakan dan membuktikan peranan penting permainan tradisional sebagai pendorong atas perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Jadi, peran aktif keluarga sebagai penyelenggara pendidikan informal sangat diharapkan dalam tumbuh kembang anak melalui permainan tradisional.

Permainan tradisional adalah barang atau alat yang digunakan untuk bermain oleh anak-anak bahkan orang dewasa dengan menggunakan bahan dari alam---tanah, batu, kayu, dan bambu---dan bahan sisa atau limbah. Contohnya ialah enggrang, gobak, bekel, pindan, cempyengan, dakon, bambu gila, petak umpat, layangan, cakaran, lompat tali, kreweng, tek teng beseh, beras opo ketan, kil satu kil dua, lalak butah, dan lain-lain. 

Namun, kemajuan zaman ternyata membawa pengaruh terhadap eksistensi permainan tradisional tersebut. Sudah jarang ditemui seorang anak bermain permainan tradisional sebab telah digantikan oleh permainan digital akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Sejatinya permainan tradisional membawa dampak yang luar biasa terhadap tumbuh kembang anak, selain berinteraksi dengan teman sesama juga mengasah keterampilan otak anak dalam memainkan permainan tradisional. 

Berikut adalah dampak permainan tradisional terhadap tumbuh kembang anak.

  1. Solidaritas antar teman
  2. Menumbuhkan sikap gotong royong atau kerja sama
  3. Berani berinteraksi dengan orang lain
  4. Mengasah keterampilan otak anak
  5. Melatih dalam berpikir dan mengingat
  6. Menumbuhkan ide atau imajinasi anak
  7. Melatih bersikap jujur, disiplin, dan tanggung jawab
  8. Mampu mengontrol emosi
  9. Menimbulkan rasa ceria terhadap psikologi anak
  10. Melatih anak untuk tanggap dan tangkas
  11. Mampu menyusun strategi
  12. Mampu menyelesaikan masalah sendiri
  13. Meningkatkan konsentrasi atau fokus anak

Mengingat banyaknya dampak permainan tradisional terhadap tumbuh kembang anak menandakan pentingnya pengenalan permainan tradisional pada anak sejak dini. Untuk itu perlu ditekankan bahwa peran aktif keluarga dalam memberi pendidikan pertama dan utama bagi anak melalui pengenalan permainan tradisional mampu menjadi motivator tumbuh kembang anak.


Kunci tumbuh kembang anak terletak pada keluarga. Keluarga sebagai pelaku pendidikan informal tentunya harus mampu memberikan pendidikan karakter bagi anak. 

Sebagaimana penjelasan di atas salah satu bentuk pendidikan karakter yakni melalui pengenalan permainan tradisional. Lalu, bagaimana sikap keluarga untuk membangun motivasi terhadap tumbuh kembang anak melalui pengenalan permainan tradisional? 

Menurut saya, beberapa sikap yang harus dilakukan oleh keluarga dalam memotivasi tumbuh kembang anak melalui permainan tradisional, antara lain.

1. Kreatif

Dibalik permainan tradisional yang sederhana dan kuno tersimpan suatu sikap kreatif terhadap tumbuh kembang anak. Hal ini jarang disadari oleh para orang tua sebagai pemberi pendidikan pertama pada anak. Sehingga mengesampingkan permainan tradisional dan mengalihkannya pada permainan digital akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Maka dari itu, peran keluarga di era kekinian dalam menghadapi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terhadap tumbuh kembang anak adalah dengan melakukan pengenalan permainan tradisional. 

Selain itu keluarga dituntut kreatif dalam mengajarkan permainan tradisional, artinya keluarga harus mampu menyiasati suatu masalah dengan mencari hal baru sebagai jalan kedua agar permainan tradisional dapat diajarkan.

Dengan mengajak anak untuk bermain permainan tradisional tentunya mampu memberi manfaat ganda pada anak baik secara jasmani maupun rohani. Secara jasmani, anak dituntut bergerak aktif dalam permainan tradisional sehingga seluruh organ tubuh anak akan digunakan dan berakibat pada meningkatnya kesehatan anak. Secara rohani, anak akan mampu berpikir dan mengolah emosi secara stabil sebab berinteraksi dengan orang lain dalam bermain permainan tradisional. 

Salah satunya adalah sikap kreatif, sikap ini akan tumbuh dengan baik pada anak jika mengalami kendala dalam kehidupannya. Sebagai contoh, dua orang anak ingin bermain bekel namun tidak mempunyai biji bekel, alhasil kedua anak tersebut menciptakan permainan baru (cakaran) dan inilah yang dinamakan kreatif.

2. Aktif

Keluarga dituntut aktif dalam mengajarkan permainan tradisional untuk menyikapi permainan digital akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Aktifnya keluarga tidak sebatas mengenalkan dan mengajarkan anak akan permainan tradisional, namun turut serta mempraktikkan tata cara bermain permainan tradisional. Sehingga anak mampu melihat secara nyata alur permainan yang dimainkan. Dengan begitu anak dapat bersikap aktif dalam permainan tradisional dan mampu memengaruhi tumbuh kembang anak itu sendiri. 

Bilamana seorang anak mampu bersikap aktif dalam kesehariannya maka akan membentuk karakter tanggap dan tangkas dalam tumbuh kembang anak. Hal ini dapat dibentuk dengan bermain permainan tradisional sebagai perantara memotivasi anak.

3. Inovatif

Ketika seorang anak mulai bosan terhadap permainan tradisional tertentu, tiba saatnya peran keluarga memberi inovasi pada permainan tersebut. Sehingga anak akan tetap riang dan ceria dalam bermain permainan tradisional. 

Misalnya anak sudah bosan pada permainan pindan (seperti yang kita tahu bahwa pindan adalah salah satu permainan tradisional yang menggunakan permukaan tanah sebagai lantai permainan, memiliki ukuran persegi panjang dengan enam persegi panjang di dalamnya dan pola permainan dimulai dari persegi panjang nomor satu hingga nomor enam) maka keluarga harus berperan inovatif, yakni memberikan perubahan pada pola permainan atau pola ukuran bidang permainan sehingga akhirnya memunculkan permainan baru namun serupa seperti pindan kapal, pindan petani, dan pindan orang. 

Keadaan ini adalah pemicu bagi anak untuk bersikap inovatif dalam kesehariannya dan akhirnya berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

4. Komunikatif

Peran yang sangat mendasar dalam membangun hubungan antara anak dan kedua orang tua adalah komunikatif. Begitupun dengan pengenalan permainan tradisional, di mana keluarga dituntut komunikatif dalam memberi penjelasan dan ekspresi keceriaan terhadap anak. 

Kita ambil contoh, seorang ayah tengah bermain dakon bersama anaknya dan ayah tersebut berhasil memenangkan permainan, tentunya ayah harus bersikap senang dan bahagia atas kemenangannya walaupun anak tersebut berada dalam kesedihan atas kekalahannya.

Namun, sang anak tadi mendapat pengalaman berharga dalam permainan tersebut. Pengalaman inilah yang nantinya akan diungkapkan oleh anak berupa cerita kepada orang lain. 

Ungkapan menceritakan kembali kejadian tersebut pada orang lain adalah sikap komunikatif yang nantinya menjadikan karakter anak yang mudah bergaul dan berinteraksi.

Nah, usai sudah pemaparan mengenai peran keluarga dalam menghidupkan permainan tradisional di era kekinian sebagai motivator tumbuh kembang anak. Namun perlu kita tinjau kembali bahwasanya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan tantangan bagi setiap keluarga di Indonesia dalam memberikan pendidikan terhadap anak. 

Sebagai penyelenggara pendidikan informal, keluarga tidak serta merta dalam membekali pendidikan pada anak akan tetapi menyeleksi bahan ajar atau media yang digunakan. Mengingat pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak munculnya berbagai macam alat elektronik yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak. 

Untuk itu, peran keluarga sangat diperlukan dalam mendampingi tumbuh kembang anak agar menjadi anak yang berkarakter dan berguna bagi kehidupan bangsa. Melalui pengenalan permainan tradisional kepada anak, secara tidak disadari memberi modal bagi anak untuk mampu bersikap baik dan selaras dengan norma atau aturan di lingkungan masyarakat. 

Beberapa sikap yang dapat diambil oleh anak dalam bermain permainan tradisional adalah kreatif, aktif, inovatif, dan komunikatif. 

Sikap inilah yang nantinya memengaruhi pola pikir anak ke depan sehingga dapat mengubah kehidupan bangsanya di masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun