Salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yang terkenal dengan wisata alam Bromo Tengger Semeru yakni Lumajang. Sebutan lain dari Lumajang adalah bumi Arya Wiraraja. Nama Arya Wiraraja sendiri mengartikan penguasa/raja pada masa Majapahit yang berada di bumi Lumajang kala itu bernama Lamajang. Bumi Lumajang yang telah ada sejak periode kerajaan Majapahit menyimpan banyak warisan. Salah satunya, jaran kencak.
Selain itu, Lumajang memiliki panorama alam yang menakjubkan. Lumajang juga memiliki warisan budaya yakni jaran kencak, batik Lumajang, dan tradisi masyarakat suku Tengger.Â
Oh ya, kalian sudah ke Lumajang? Apa, nggak pernah? Piye toh kok ora entok nyang Lumajang? Lumajang itu sangat kaya, wisata alamnya jempolan apalagi wisata budayanya wich keren bingits. Penasaran pastinya nih yeh? Yuk simak penjelasan Bara yah. Tapi, Bara cuman jelasin budaya Lumajang kalo wisata alamnya tinggal googling aja.
Budaya Lumajang yang hingga kini masih eksis dan cukup banyak penggemarnya yakni jaran kencak. Ada yang tahu kenapa namanya jaran kencak ya? Bukan jaran goyang lho, ya. Jaran kencak adalah budaya asli Lumajang sejak ratusan tahun lalu yang masih dipelihara dengan baik dan ajek.
Lumajang sendiri sudah lahir semenjak zaman kerajaan hindu buddha yang terkenal dengan adanya adipati Arya Wiraraja sebagai bupati waktu itu. Jika dikalkulasi hingga hari ini Lumajang sudah menginjak usia ke 764 tahun (disebut Harjalu yang perayaannya dilaksanakan di setiap bulan Desember).Â
Jaran kencak sendiri adalah budaya wajib yang selalu menghiasi parade budaya saat Harjalu berlangsung. Awal mula tercetusnya nama budaya jaran kencak adalah segerombolan kuda yang aktif  bergerak yang dalam bahasa Jawa  diartikan sebagai jaran kencak, jaran yang selalu kencak.
Jaran kencak bukan sebatas parade kuda yang dipertontonkan pada sepanjang jalan melainkan suatu parade yang mendandani kuda sebagai aktor utama dengan sangat cantik dan mewah sehingga menarik untuk dilihat. Istilah lain yang digunakan oleh masyarakat Lumajang adalan jeren kleneng.Â
Jaran kencak adalah budaya mengarak kuda yang telah dirias dengan ornamen khusus budaya yang menyertai jaran kencak sendiri. Selain para kuda yang dirias juga para pawang kuda yang menemani setiap kuda dalam parade turut dirias dan umumnya adalah seorang laki-laki, baik usia muda maupun dewasa.
Biasanya jaran kencak berkolaborasi dengan reog. Apa nggak salah tuh? Padahal reog sendiri merupakan budaya asli Ponorogo, tapi di Lumajang reog berbaur dengan jaran kencak dalam setiap pertunjukan atau pentas budaya.Â
Entah asal mulanya bagaimana, tapi ini fakta budaya Lumajang. Sebab sanggar budaya reog di Lumajang sangat banyak diantaranya sanggar reog yang terkenal yakni Sanggar Reog Pak Sokip, Sanggar Reog Gembong Bawono, Sanggar Reog Gajah Mungkur, dan lainnya.Â
Jaran kencak selalu menyertai pertunjukan reog karena kebanyakan para pemilik sanggar reog mengaplikasikan jaran kencak sehingga jaran kencak juga dimiliki oleh pemilik sanggar reog di Lumajang.Â
Tapi sayang Bara tidak sempat mendokumentasikan budaya jaran kencak yang digelar pada bulan Desember tahun lalu pada acara Harjalu ke 764 dan bagi kalian yang ingin mengetahuinya silakan googling di internet yah.Â
Jaran kencak tak pernah lepas dari berbagai macam kegiatan masyarakat Lumajang. Pasalnya setiap kali ada acara hajatan warga dan yang bersangkutan memiliki kelebihan dana tentunya mengundang salah satu sanggar budaya jaran kencak untuk di pertunjukkan di kediaman yang memiliki hajat tertentu.Â
Biasanya jaran kencak dipertontonkan pada acara khitanan, sebab sebagai bentuk menghibur anak yang dikhitan. Jika ada acara jaran kencak di salah satu hajatan warga Lumajang pasti banyak orang yang melihatnya dan itu sangat ramai sekali.Â
Namun tak semua orang mampu mengundang sanggar jaran kencak sebab budgetnya terbilang cukup elit. Hal ini pula yang mampu terus melestarikan budaya jaran kencak di Lumajang, sebab anak cucu kita mampu terus melihat pertunjukan budaya ini dan sebagai penyemangat para pemilik sanggar untuk tetap menjaga eksistensinya.
Eits, jangan di-close dulu! Saya lanjutkan yah.

Lumajang juga punya batik sebagai warisan leluhur. Batik Lumajang memiliki corak yang khas dan sangat berbeda dengan corak batik di daerah lain. Batik Lumajang mengombinasikan ikon Lumajang. Oh ya, ada yang tahu ikon Lumajang? Ada yang tahu Lumajang disebut kota apa? Oke, Lumajang terkenal dengan sebutan kota pisang.Â
Baru tahu kalian? Kemana aja sih? Kenapa disebut kota pisang? Lumajang adalah daerah penghasil pisang terbaik dan terbanyak setiap tahunnya dan pisang andalan Lumajang adalah pisang kirana dan pisang agung. Kekayaan ini diaplikasikan pada batik Lumajang yang menampilkan sifat khas dari batik lainnya yang bermotif pisang di setiap lembar kain batik hasil produksinya.
Batik khas Lumajang ini digunakan oleh seluruh aparatur sipil negara di pemerintahan kabupaten Lumajang. Hal ini dimaksudkan untuk senantiasa menjaga, menghargai, dan melestarikan salah satu budaya leluhur yang ajek dari zaman kerajaan dulu kala.
Tak hanya itu, pemerintah kabupaten Lumajang juga sering mengadakan pameran batik khas Lumajang di alun-alun kota sebagai ajang memperkenalkan batik yang merupakan salah satu warisan Indonesia bahkan dunia ke khalayak umum hingga mancanegara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI