Mohon tunggu...
Bay Bayu Firmansyah
Bay Bayu Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Ngomong Lewat Mulut dan Tulisan

Seorang mahasiswa magister Komunikasi yang gemar membaca buku dan menonton anime di waktu senggang. Menulis sebagai ajang pelampiasan atas keresahan yang dialami sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kiat-kiat Pendidikan Seks untuk Remaja

18 September 2024   22:03 Diperbarui: 19 September 2024   04:50 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Remaja Laki-laki | Unsplash.com

Beberapa minggu terakhir ini saya merasa begitu geram sekaligus merinding sewaktu melihat begitu banyak pemberitaan kriminal di media nasional yang semakin 'tidak normal'. Memang, berita mengenai pembunuhan, pencurian, hingga pemerkosaan sudah menjadi sarapan kita setiap hari. Namun, itu semua menjadi tidak normal, setidaknya bagi saya, jika yang menjadi pelaku adalah para remaja.

Dua berita yang baru-baru ini sedang disorot warganet adalah peristiwa yang terjadi di pulau Sumatera. Dilansir dari Kompas, seorang remaja perempuan berusia 13 tahun harus mengalami kejadian yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Ia diperkosa oleh empat remaja yang masih berusia 13, 12, dan 16 tahun. Tidak cukup sampai di sana, ia harus rela kehilangan nyawanya dalam upaya melepaskan diri dari para pelaku.

Belakangan diketahui bahwa motif para pelaku diawali oleh rasa penasaran yang memuncak setelah kecanduan video porno, yang membuat mereka akhirnya mengikuti syahwat keji tersebut.

Masih dilansir dari Kompas, berita berikutnya menyangkut tiga pelajar remaja yang tega memperkosa mantan pacar yang masih duduk di bangku SMP, yakni L (14) secara berulang kali. Para pelaku sendiri masih berusia 16 dan 17 tahun. Lagi-lagi kecanduan video porno menjadi asal muasal niat jahat itu muncul. 

Dua dari sekian banyak berita yang menyeret remaja ke dalam kasus kriminal semakin mempertegas bahwa dunia anak sedang tidak baik-baik saja. Dari sekian banyak motif yang melatarbelakangi para pelaku, kita bisa melihat bahwa niat jahat itu selalu dimulai dari kecanduan video porno.

Pendidikan seks yang masih tabu di masyarakat Indonesia harus segera diruntuhkan. Semua pihak mulai dari orang tua, pengajar, pemerintah,  hingga tokoh agama tidak bisa lagi tutup mata terhadap pentingnya pendidikan seks di kalangan remaja. Kita tidak mungkin bisa  membendung gelombang video porno yang kian deras, tetapi kita bisa mengubah pola pikir orang-orang yang menerima terpaan video-video vulgar semacam itu.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Di dunia dengan akses yang tidak terbatas, video porno dan sesuatu yang berbau seks sudah tidak bisa dihindari. Ia hampir ada di mana-mana, artikel berita, hiburan, media sosial, hingga iklan. Namun, semua itu bisa kita manfaatkan untuk memulai pembicaraan yang edukatif untuk para remaja.

Memang akan terasa canggung pada awalnya, tapi pendidikan seks pada akhirnya adalah tugas orang tua, tidak hanya guru biologi. Dengan komunikasi dan hubungan yang dijalin dari sejak dini, orang tua dapat menyiapkan pengetahuan tentang seksualitas yang sehat seumur hidup.

Berikut ini beberapa kiat yang bisa membantu orang tua untuk mengedukasi anak remaja:

1. Manfaatkan Momen

Menurut MumJunction, Orang tua bisa memanfaatkan momen sehari-hari sebagai titik awal dalam membicarakan seks. Artikel berita, program televisi, dan konten media sosial bisa menjadi pemicu yang baik. Coba tanyakan pada anak remajamu apa pendapatnya tentang hal itu.

2. Nyatakan dengan Jelas

Nyatakan perasaanmu terkait masalah-masalah yang berhubungan dengan seks secara tegas. Sampaikanlah risiko seks secara objektif, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual, dan rasa sakit emosional yang mungkin terjadi. Sampaikan secara lembut tanpa membuat anak remajamu merasa terhakimi.

3. Hargai Sudut Pandang Mereka

Jangan terus-menerus menguliahi anak remajamu tanpa mempedulikan reaksi mereka terhadap isu ini. Sebaliknya, dengarkan pendapatnya secara seksama. Pahami tekanan, kekhawatiran, dan tantangan yang mungkin ia hadapi. Bila mereka merasa didengar dan dipahami, mereka akan cenderung melanjutkan dialog terbuka dan mempertahankan komunikasi tentang isu ini hanya dengan orang tuanya.

4. Jangan Terpaku pada Fakta

Menurut Mayo Clinic, hal utama yang tentu akan kamu sampaikan pada anak remajamu adalah fakta-fakta medis seputar seks dengan penekanan pada risiko-risiko yang mengiringinya. Namun pada saat yang sama, cobalah untuk mengiringi fakta tersebut dengan sikap, perasaan, dan nilai-nilai di keluarga dan masyarakat. Berilah pemahaman bahwa tanggung jawab dan etika sosial sangat penting dalam memahami seks.

5. Fokus pada Pilihan yang Sehat

Masa remaja dikenal sebagai masa 'pemberontakan'. Namun, masa ini juga menjadi masa dimulainya perilaku merawat diri yang sehat. Selain fokus pada risiko, berilah contoh-contoh nyata tentang hubungan yang sehat dan pilihan yang baik dalam konteks seksual. 

6. Perkuat Pemahaman Agama

Negara kita adalah negara religius yang menjunjung nilai-nilai agama. Ini bisa menjadi alat untuk menjelaskan bagaimana agama memandang hubungan seksual di luar pernikahan. Apa saja konsekuensi yang akan dihadapi selama di dunia dan di akhirat kelak. Cobalah untuk mencari ayat dan hadis yang berkaitan dengan hubungan yang sehat antara laki-laki dan perempuan.

7. Lakukan Pembicaraan Secara Berkelanjutan

Doronglah anak remajamu untuk berbicara setiap kali ia memiliki pertanyaan atau sekadar penasaran seputar hal-hal yang berbau seksual. Sambutlah secara positif apapun yang ia tanyakan, kamu bisa meminta waktu bila memang dirasa tidak bisa menjawab pertanyaan mereka di saat itu juga.

Epilog

Hal-hal yang berbau seks memang selalu menjadi pembicaraan yang tabu di negara yang religius seperti Indonesia, tidak semua dari kita bisa menjelaskan hal semacam itu dengan baik dan benar kepada anak-anak yang sudah beranjak remaja. Tapi, pada akhirnya tugas untuk membina anak-anak menjadi kewajiban setiap orang tua. Bukan hanya tentang binaan pada aspek belajar tulis menulis, menghitung, mengaji kitab suci. Tetapi juga pada aspek bagaimana cara mengendalikan syahwat sejak dini.

Seks mungkin sulit untuk dibicarakan. Namun, lebih sulit lagi untuk dihindari. Jangan pernah berhenti belajar tentang bagaimana cara terbaik mengedukasi dan membimbing anak-anak kita, bahkan jika itu berkaitan dengan hal yang paling sensitif sekali pun.

Kitalah yang melahirkan mereka ke dunia, maka kita jugalah yang berkewajiban untuk memastikan bahwa mereka mendapat jawaban terbaik dari setiap pertanyaan yang muncul di benak mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun