Mohon tunggu...
Bay Bayu Firmansyah
Bay Bayu Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Ngomong Lewat Mulut dan Tulisan

Seorang mahasiswa magister Komunikasi yang gemar membaca buku dan menonton anime di waktu senggang. Menulis sebagai ajang pelampiasan atas keresahan yang dialami sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dilema Pemilih, Sulitnya Mencari Pemimpin Terbaik

2 Februari 2024   16:50 Diperbarui: 2 Februari 2024   17:45 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kontroversi kedua masih melibatkan perizinan yang harus dikeluarkan oleh Ganjar selaku Gubernur Jateng. Kali ini Ganjar membuat kegaduhan dengan menolak kedatangan Timnas Israel U-20 di ajang Piala Dunia U-20 yang digelar di Indonesia. Ia beralasan bahwa sikapnya itu sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina dan loyalitasnya terhadap partai.  Akibatnya, Indonesia gagal menjadi tuan rumah dan banyak pihak mengalami kerugian macam UMKM. Lebih parahnya lagi, sikap Ganjar tersebut ternyata tidak membuat Palestina merdeka atau terhindar dari misil Israel.

Kontroversi terakhir dari Ganjar Pranowo berkaitan dengan janji kampanye untuk menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah. Target kemiskinan yang awalnya 6,48%-7,48% ternyata cukup jauh di luar ekspektasi. Pada 2023, angka kemiskinan Jateng menunjukkan 10, 77% atau sekitar 3,79 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan. 

Lagi-lagi kontroversi soal janji kampanye cukup klasik. Faktor Covid-19 yang di luar kendali pemerintah, dalam hal ini Ganjar, agaknya membuat angka 10,77% bukan sepenuhnya salah Ganjar.

Kesimpulan

Terlepas dari semua kontroversi yang melekat pada setiap calon presiden, saya cukup gembira bahwa Pemilihan Presiden tahun ini diikuti lebih dari dua pasangan calon. Jumlah dukungan dari masyarakat menjadi lebih merata dan tidak terkonsentrasi pada dua kubu saja, hal itu cukup mengurangi ketegangan dan tensi di antara para pendukung. Tidak seperti pemilu sebelumnya yang hanya terbagi menjadi dua kubu sehingga bermunculan istilah-istilah yang kurang enak didengar macam cebong dan kampret.

Percayalah Kompasianer, siapapun presidennya orang yang akan mengeksekusi program mereka adalah orang yang sama yang saat ini duduk di kursi pemerintahan. Perbedaan mendasarnya hanya terletak pada komposisi pejabat dari setiap partainya. Bisa kita ingat, partai pemenang di pemilu sebelumnya secara terang-terangan meminta presiden agar jumlah pejabat dari partainya lebih banyak dibanding pejabat dari partai lain. Maka kesimpulan frematurnya, permintaan yang sama pasti akan terjadi pada partai pemenang pemilu kali ini.

Ah sepertinya memang benar, pemilu tahun ini bukan tentang memilih kandidat yang terbaik di antara yang terbaik. Tetapi, memilih calon yang kekurangan dan kesalahannya paling bisa kita toleransi.

Fakta dan catatan kontroversi pada artikel ini disadur dari bijakmemilih.id, sebuah situs yang menyediakan informasi akurat dan berkualitas seputar kandidat dan partai politik pada Pemilihan Umum 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun