Bagi saya, politik identitas akan selalu melekat pada setiap politisi. Ia menjadi semacam branding yang tidak bisa lepas, apalagi bila itu berkaitan dengan agama. Sulit kiranya membayangkan Anies harus beribadah di gereja sementara waktu untuk menghilangkan status Islamnya.
Kontroversi berikutnya berkaitan dengan janji kampanye Anies untuk mengatasi banjir di Jakarta. Janji Anies untuk membangun 1.8 juta titik sumur resapan ternyata jauh dari harapan. Titik sumur resapan yang berhasil dibuat hanya sekitar 3000. Sekali lagi, banjir masih harus menjadi salah satu ciri khas Ibu Kota disamping gedung-gedungnya yang menjulang tinggi.
Kontroversi terakhir masih berkaitan dengan janji kampanye, yaitu Pembangunan Hunian Layak atau yang populer dengan sebutan Program Rumah DP 0%. Janji ini disebut tidak berjalan lantaran jumlah yang diharapkan jauh dari target awal yaitu sebanyak 250.000 unit. Anies hanya sanggup membangun 2.322 unit menjelang akhir masa jabatannya. Belakangan, Covid-19 menjadi salah satu faktor yang menyebabkan macetnya anggaran untuk program ini.
Dua kontroversi terakhir cukup klasik bila kita mengingat sedang berbicara tentang politik. Potensi kegagalan dalam menjalankan janji kampanye tentu akan selalu ada, entah itu setingkat presiden yang melemparkan janji, atau sekadar ketua desa di lingkungan tempat tinggal kita.
Dalam hal ini, sepertinya kemampuan bertutur kata Anies yang baik tidak diiringi dengan kemampuan hitung-hitungan yang mumpuni dalam menentukan target progam kerja, sehingga menyebabkan ia kewalahan dalam mencapai target yang ia sebutkan sendiri.
Calon Presiden Nomor 02
Kehadiran Prabowo Subianto sebagai calon presiden di pemilu kali ini menandai peringatan genap empat kali Prabowo ikut serta dalam Pemilihan Umum sebagai calon presiden/wakil presiden. Tiga edisi pemilu sebelumnya (2009, 2014, 2019) ia urung menjadi RI 1/ RI 2. Pada Pemilu tahun 2019 ia bahkan dikalahkan back to back oleh Joko Widodo.Â
Dikalahkan tiga kali berturut-turut dalam sebuah kompetisi mungkin sudah akan membuat orang lain bermuhasabah diri dan mengambil jalan ninja yang lain. Tetapi tidak dengan Prabowo, latar belakangnya sebagai prajurit militer yang militan seakan membuat ia tidak tahu kapan harus berhenti mencoba. Sebuah bentuk motivasi yang mendorong kita untuk tidak kenal menyerah.
Prabowo seakan sudah menjelma menjadi maskot pemilu itu sendiri. Di mana ada pemilu, di sana ada Prabowo.
Keikutsertaannya dalam pemilu kali ini lagi-lagi harus membuat para lawan politik kembali membuka lembaran hitam Prabowo di masa lampau. Pengabdiannya sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan di kabinet Jokowi nyatanya tidak membuat catatan hitam itu memudar. Sebaliknya, ia malah turut menambah daftar tersebut. Berikut kontroversi yang mengiringi Prabowo pada pemilu kali ini:
Kasus Penculikan Aktivis Peristiwa Mei, 1998. Isu ini seakan sudah menjadi bagian dari tubuh Prabowo itu sendiri. Saking hebatnya, catatan hitam ini membuat para aktivis HAM muncul ke permukaan, walau terjadi setiap lima tahun sekali. Para lawan politik tidak pernah bosan untuk mengingatkan kita tentang seberapa 'kejam' Prabowo di masa lalu.Â