Mohon tunggu...
Bayu Firmansyah
Bayu Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis yang menulis

Seorang lulusan public relations yang gemar membaca buku dan menonton anime di waktu senggang. Menulis sebagai ajang pelampiasan atas keresahan yang dialami sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Problematik Kampanye Politik

18 Januari 2024   11:52 Diperbarui: 19 Januari 2024   05:25 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera Parpol Memenuhi Jalanan | Kompas.com

Beberapa minggu terakhir ini saya, dan mungkin kita semua, dibanjiri berita-berita politik yang amat begitu banyak. Mulai dari pemberitaan seputar pasangan calon presiden yang tidak henti-hentinya membanjiri beranda media sosial kita, hingga kontroversi yang mengiringi setiap pasangan calon presiden, saya yakin masyarakat lebih tertarik dengan yang satu ini terlihat dari bagaimana kita lebih banyak memperdebatkan kejadian kontroversi pasca debat presiden alih-alih membahas gagasan-gagasan yang didebatkan.

Dari sekian banyak berita yang menghampiri beranda medsos saya, baru-baru ini ada dua berita yang membuat jari saya berhenti menggulirkan beranda Instagram. Berita pertama membahas tentang pelanggaran kampanye politik yang dilakukan banyak calon legislatif dari banyak partai.

Masalah muncul ketika para pejuang kursi wakil rakyat itu tidak pandang bulu dalam menempelkan poster bergambar dirinya di sudut-sudut ruang publik, hingga pohon pun menjadi media yang dipandang strategis untuk ditempeli poster.

Mereka lupa, atau bahkan tidak tahu, bahwa menempelkan poster kampanye politik di pohon menyalahi Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) No 15 tahun 2023 yang berbunyi: bahan kampanye dilarang ditempelkan di tempat umum seperti taman dan pohon.

Sontak hal ini membuat sebagian warga geram hingga mencoret-coret poster dengan cap bertuliskan "Tersangka Penusukan Pohon".

Berita kedua masih berkaitan dengan bahan kampanye politik. Berbeda dengan berita pertama yang hanya mengundang kemarahan dan sumpah serapah masyarakat. Kejadian kedua ini harus memakan korban yang membuatnya mendapat 12 jahitan di rumah sakit.

Disadur dari Kompas.com, pasangan suami istri tengah asyik berboncengan di Jalan Gatot Subroto. Sesampainya di Flyover Kuningan, ada bendera parpol yang tanpa diduga jatuh mengenai mereka. Korban yang tidak siap dengan jatuhnya bendera, harus rela dilarikan ke rumah sakit sambil mengerang kesakitan.

Dari dua peristiwa di atas, kita belajar bahwa bahan kampanye politik yang semula hanya merusak pemandangan kini sudah ada di tahap mengancam nyawa. Bila saja para calon wakil rakyat itu mau untuk meredam nafsu politiknya sesaat dan merenungkan kembali aturan dan moralitas dalam berkampanye, tentu kejadian seperti bahan kampanye yang mencelakakan bisa dihindari.

Berbicara tentang bahan kampanye politik, ternyata baliho fisik tetap menjadi primadona dalam mempromosikan calon legislatif atau eksekutif di pemilu kali ini. Dalam sudut pandang keilmuan, baliho politik dirancang untuk menciptakan kesadaran (awareness) yang mengharapkan masyarakat untuk mengetahui bahwa seseorang itu telah menjadi calon wakil rakyat di daerah pemilihan mereka.

Setelah tahap awareness, biasanya tahap berikutnya adalah pembentukan sikap dan opini (attitudes and opinion), lalu diakhiri ajakan (behaviour).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun