"Gue fans Newcastle sejak zaman Alan Shearer." ucap seorang suporter bola di kolom komentar Instagram.
"Gue fans Inter Miami sejak MLS ada." ujar warganet yang lain, masih di kolom komentar.
Pernahkan Anda melihat komentar-komentar semacam di atas? Komentar yang berusaha mengukuhkan loyalitas terhadap klub sepak bola. Komentar pertama dilayangkan oleh seorang warganet pasca Newcastle United FC resmi diakuisisi konglomerat asal Qatar.
Sementara itu, komentar kedua berasal dari warganet yang selesai membaca berita tentang kepindahan Lionel Messi ke klub Liga Amerika Serikat Inter Miami.
Komentar-komentar tersebut diunggah bukan tanpa alasan, mereka mencoba menghindari cemoohan dari suporter klub lain.
Seperti halnya di dunia akademik dan karier. Di antara suporter sepak bola, khususnya suporter klub Eropa, sering kali terjadi 'senioritas'. Seseorang yang mengaku telah lama mendukung suatu klub merasa berhak meremehkan dan menghardik suporter baru. "Ahh fans karbit lo, ngaku-ngaku fans setelah klubnya kaya raya.", "Fans kemaren sore aja bangga, nih gue udah jadi fans MU sejak dalam kandungan." demikian kira-kira bunyi keangkuhan para suporter sepuh itu.
Di tempat lain, rasa takut diremehkan dan dicomooh sepertinya juga telah menginspirasi seseorang untuk membuat halaman suporter klub Fulham FC. Akun Instagram yang komentarnya kerap saya lihat di akun-akun info seputar sepak bola.
Awalnya saya sempat tidak habis pikir. Kenapa ada orang yang mendukung klub antah-berantah, yang mungkin lebih banyak mengalami kekalahan dibanding merayakan kemenangan dalam satu musim. Klub yang selama ini berjuang di zona degradasi.
Setelah cukup lama menerka-nerka, saya mulai menebak isi pikiran sang pemilik akun. Barang kali dia sedang bersiap bila sewaktu-waktu ada investor timur tengah yang menyuntikkan dana ke klub tersebut. Setelah klub itu kaya dan bergelimang trofi, ia bisa dengan bangga memamerkan keseniorannya kepada suporter baru.
Sesungguhnya fenomena 'senioritas' di kalangan suporter bola bukanlah hal baru. Setidaknya bagi saya pribadi.
Kumpulan fenomena di atas membawa pikiran saya ke sebelas tahun yang lalu, tepatnya pada musim 2011/2012. Saat itu adalah periode awal Manchester City berhasil meruntuhkan hegemoni Manchester United yang sudah berlangsung selama puluhan tahun.
Pada saat bersamaan, Facebook masih menjadi media sosial (medsos) primadona dengan berbagai fitur seperti Status, Chat, Halaman dan Grup antar pengguna. Salah satu grup yang cukup terkenal di kalangan suporter adalah Grup Debat Red Devil VS Citizens.
Untuk menyamakan pemahaman sekaligus memberi gambaran, grup tersebut jauh dari kesan 'Debat' yang bisa Anda bayangkan. Grup itu berisi orang-orang berani mati yang merasa sedang mengemban misi untuk menjaga citra, reputasi, dan harkat martabat klub favoritnya.
Orang-orang setara militan organisasi separatis. Frasa ini tidak sedang melebih-lebihkan, karena memang di antara peserta debat kerap diwarnai ancaman pemb*cokan di dunia nyata.
Sekumpulan orang yang jelas-jelas tidak akrab dengan kata keramahtamahan, bahkan cenderung intimidatif. Jangan salah sangka, saat ini saya juga sedang membicarakan diri sendiri.
Saya yang kala itu masih sangat muda, tentu merasa terpanggil untuk turut terjun dalam perdebatan tentang siapa yang lebih baik antara Man City dan Man United. Sebuah kesia-siaan yang kelak saya tertawakan sambil meringis setiap kali terkenang momen-momen tersebut.
Satu dekade berlalu, fenomena senioritas itu nyatanya masih bisa terjadi, meski dengan medsos yang berbeda, tapi dengan pola yang hampir sama.
Bagi saya, tidak masalah bila seseorang ingin menjadi suporter klub bola mana pun, tidak peduli sudah berapa lama ia menyukai klub itu. Sudah sewajarnya orang ingin menikmati kemenangan, tanpa harus melihat klub itu bersusah-susah dahulu di zona degradasi demi embel-embel suporter loyal.
Tidak perlu meladeni para suporter sepuh yang militan itu. Barang kali mereka lupa, bahwa klub kesayangannya yang dibela mati-matian itu bahkan tidak menyadari ada seseorang di belahan dunia lain bernama Asep dan Agus sedang mendukung mereka. Bukan di atas tribun, apalagi di jalur VIP, melainkan hanya dari balik layar handphone dan TV!
Salam Olahraga, dari suporter sepuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI