Mohon tunggu...
Bay Bayu Firmansyah
Bay Bayu Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Suka Ngomong Lewat Mulut dan Tulisan

Seorang mahasiswa magister Komunikasi yang gemar membaca buku dan menonton anime di waktu senggang. Menulis sebagai ajang pelampiasan atas keresahan yang dialami sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Bola

PSSI: Konflik dan Intrik

23 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 24 Juni 2020   19:10 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasanya tak akan ada habisnya jika kita mau membicarakan konflik dan permasalahan yang terjadi di dunia sepak bola Indonesia. terkhusus, untuk federasi sepak bola kita, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia atau PSSI. dibanding menghitung  banyaknya prestasi yang diraih lebih mudah bagi kita untuk menghitung banyaknya masalah yang terjadi. 

Sebut saja masalah-masalah macam kinerja wasit yang tak kunjung membaik, dualisme kepemimpinan, korupsi yang terjadi, pemilihan ketua umum yang tidak pernah memuaskan, hingga perseteruan dengan pelatih kepala sering kali terjadi.

Untuk masalah terakhir, publik, khususnya pecinta sepak bola kembali dibuat geleng-geleng kepala oleh kondisi yang sedang terjadi di PSSI. Hal itu terkait dengan kasus antara direktur teknik PSSI, Indra Sjafri dengan pelatih kepala timnas, Shin Tae-Yong.

Masalah bermula dari wawancara sang pelatih kepala dengan media lokal Korea Selatan, Joins. Arsitek berusia 49 tahun itu curhat tentang kondisi Timnas Indonesia dan PSSI.

"PSSI sering mengubah manajemen dan kebijakan. Ratu Tisha, yang sudah dikenal dengan kemampuannya, tiba-tiba keluar pada bulan April. Selain itu, PSSI dengan mudah menerima permintaan seorang pelatih lokal. Kemudian, setelah pemusatan latihan di Thailand, pelatih tersebut pulang tanpa pamit di bandara. Di pertemuan keesokan harinya, saya mencoba untuk menerimanya andai ia mengakui kesalahannya," kata Shin Tae-yong. 

Yang dimaksud "pelatih tersebut" adalah Indra Sjafri, yang kini menjabat sebagai Direktur Teknik. Dengan kata lain, dia yang seharusnya menjadi staf Shin, kini menjadi atasan. 

Sebenarnya sebelum wawancara itu muncul ke permukaan masih ada beberapa hal yang menjadi awal kekisruhan antara PSSI dengan Shin Tae-yong. Seperti, Shin Tae-yong menginginkan Timnas U-19 berlatih di Korsel selama pandemi di Indonesia belum mereda, namun PSSI sebagai 'pemberi kerja' tidak merestuinya malah berbalik menyuruh Shin Tae-yong untuk kembali ke Indonesia, jika pada pekan terakhir Juni 2020 Shin Tae-yong tak kunjung datang maka pemecatan menjadi ancamannya. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh Syarif Bastaman, Ketua Satgas Timnas Indonesia.

padahal urusan pecat-memecat pelatih bukan berada ditangan Satgas Timnas Indonesia. Hal itu disampaikan oleh Anggota Exco PSSI, Haruna Soemitro.

"Silakan jalan saja (satgas Timnas Indonesia). Kecuali pemberhentian atau pengangkatan pelatih baru, itu perlu rapat Exco atau emergency meeting Exco," Ujar Haruna.

Tidak ingin konflik di media semakin merembet, PSSI segera berinisiatif menjadi wadah klarifikasi Coach Indra Sjafri selaku aktor utama konflik. Melalui situs resmi PSSI ia menjelaskan poin-poin yang menjadi kronologi permasalahan yang menyangkut dirinya dengan pelatih Shin Tae-Yong.

Alih-alih menyelesaikan masalah, klarifikasi tersebut malah membuat publik bertanya-tanya mengapa PSSI hanya mewadahi Coach Indra Sjafri untuk memberi klarifikasi tetapi tidak melakukan hal yang sama untuk Pelatih Shin Tae-Yong.

Wisnu Prasetya Utomo, dosen dan pengamat komunikasi, menekankan tindakan PSSI yang menyediakan wadah untuk Coach Indra Sjafri memberi klarifikasi sebagai tindakan menceburkan diri ke dalam konflik, alih-alih menjadi penengah. Integritas organisasi menjadi dipertanyakan.

"Tidak melanggar etika. Namun, perlu diketahui, etika situs web organisasi dan milik pribadi tentu berbeda. Kontennya memang aneh dan tidak jelas, khas web-web pemerintah. Cuma, yang namanya web pemerintah memang isinya suka-suka lembaga dan kepentingannya. Tapi hal ini menunjukkan kalau PSSI gagal menunjukkan prioritas yang jelas dan malah terjebak sekaligus menjadi corong konflik," tegas Wisnu. 

Sementara itu, pengamat sepak bola Akmal Marhali mengatakan bahwa kisruh yang terjadi antara PSSI dan Shin Tae-yong ini karena masalah yang terlalu diumbar ke publik.

"Masalahnya ada di problem internal yang diangkat ke publik. Sebaiknya, setiap permasalahan internal, baik atau buruk, harusnya tidak dijadikan konsumsi publik," kata Akmal.

Bagaimanapun, nasi sudah menjadi bubur. Publik sudah terlanjur mengetahui apa yang sudah terjadi dan hal itu membuat rasa antipati terhadap PSSI semakin meluas. Menarik melihat bagaimana cara PSSI menyelesaikan permasalahan ini, apakah akan berakhir seperti kasus-kasus sebelumnya, berakhir dengan pemecatan pelatih??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun