***
Malam ini, sepasang kekasih tak direstui akan pergi meninggalkan desa, melangkah dengan api asmara yang membara. Akankah cinta mereka berakhir bahagia?
Mbak Leli merenung. "Siapa yang menulis ini?" gumamnya dalam hati. Di tangannya tergantung secarik kertas bertuliskan kalimat di atas. Kertas itu tak sengaja ia temukan di lapak meja jualannya, ditindih bungkus rokok Class Mild kosong serta korek api yang pentulnya tinggal dua batang.
"Ada apa, Mbak? Kok termenung?" tegur Helmi.
"Kamu yang menulis ini, ya?" Mbak Leli balik bertanya sembari menyodorkan kertas.
Helmi menerimanya, lalu dibaca.
Ryan dan Jejen sejenak alihkan perhatian dari papan catur.
Kang Naryo menoleh sedikit.
Baidil? Wah, ia berusaha menampilkan wajah tak peduli.
"Yeee..., apaan itu?" Ryan berseru kecewa setelah tahu isi bacaannya. Ia kembali jongkok depan catur. Matanya sesekali mendelik ke arah Baidil. Ia sudah tak sabar ingin Baidil segera menyingkir.
"Kukira surat kiriman pacar," kata Helmi, meremas-remas kertas itu dan membuangnya ke got.