Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara, Aksara, dan Keadiluhungan

7 Juni 2020   07:55 Diperbarui: 7 Juni 2020   08:13 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nusantara ketika mengalami migrasi keyakinan dari Hindu-Budha kemudian menjadi penganut muslim mayoritas ini tidak terlepas dari sifat dasar warga nusantara yang bersifat terbuka terhadap nilai-nilai luhur
yang datang menghampiri.

Bijak bestari nusantara lebih melihat substani nilai ketika berkaitan dengan hal yang transcendence. Falsafah bhineka tunggal ika ini sebagai bukti.
Perbedaan kulit atau simbol tak pernah dijadikan penghalang untuk sebuah cita-cita adiluhung membangun peradaban nusantara yang sepadan dengan peradaban Yunani.

Peradaban Yunani bisa terangkat ke muka melalui era kejayaan Islam dengan proyek besar-besaran penerjemahan.
Sementara peradaban nusantara terkubur dalam gudang kolonialisme.
Masyarakat nusantara tempo dulu sesungguhnya kaya literasi dan telah terjalin komunikasi intelektual dibenua Asia.
Dengar bahasa tulisan palawa. Belakangan komunikasi intelektual dengan huruf Arab pegon.

Tapi apa dinyana setelah kolonialisme datang orang nusantara dianggap bodoh, bahkan dianggap jauh dari peradaban.
Ini sesungguhnya kacapandang kolonialisme
Apa yang menyangkut nusantara adalah buruk. Tetapi sebaliknya apa yg datang dari Barat itu modern.
Tentang nusantara dalam kacapandang kolonialisme tidak ada yang baik.
Mereka potret tampak muka tradisi nusantara
Diframe besar-besaran sebagai penganut agama takhayul.

Tradisi literasi nusantara dan komunikasi tulis mereka ubah dengan tradisi Barat yaitu tulisan Latin. Dari itu warga nusantara yang tak bisa tulisan Latin diangap bodoh dan buta huruf.

Akibat kolonialisme Belanda nusantara dipaksa dicerabut dari akar tradisi dan budaya tulis menulis.
Ini berbeda dengan Hindustan yang dijajah Inggris. Inggris tak mengutak-atik bahasa tulis India. Walaupun Inggris memasukan pengantar bahasanya dalam proses pendidikan.

Kini sudah seharusnya para pemangku kebijakan berusaha kembali menumbuhkan budaya luhur yang hilang sebagai jati diri bangsa.
India, Jepang, dan rumpun Indocina, juga negara Arab. mereka punya jati diri dalam bahasa komunikasi juga tulis-menulis. Mengusai aksara jadi diri bangsa sebagai ciri bangsa yang beradab dan memiliki peradaban.

telah tayang di lakpesdamkabtangerang.or.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun