Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nusantara, Aksara, dan Keadiluhungan

7 Juni 2020   07:55 Diperbarui: 7 Juni 2020   08:13 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika ada yg mengatakan "aku malu jadi orang Indonesia" sudah dipastikan yang ngomong belum membaca limpahan kekayaan manuskrif nusantara yang membuktikan adiluhungnya peradaban nenek moyang bangsa Indonesia.

Bagaimana tidak adi luhung kalau pada abad ke-5 berdasarkan sumber Tibet, para Tokoh agama datang kenusantara untuk menerjemahkan kitab Hindu dari bahasa sansekerta ke Bahasa Mandarin era Mataram Kuno ( Ho~ling) para tokoh agama itu di bantu menerjemahkan oleh pendeta Mataram kuno.

Di nusantara era itu sudah ada pusat penerjemahan bahkan mengalahkan tradisi Hindu di India.

Nusantara Hindu jika dicermati lebih teliti jelas berbeda dengan Hindu india.
Ini bisa dibuktikan dengan fakta dan data arkeologi.

Era kerajaan Kutai sang raja menyediakan tempat khusus ( mulia ) bagi para Brahmana yang disebut Waprakeoevara. Hal ini berbeda dari struktur masyarakat hindu di India yang meletakkan Brahmana diatas kasta sang Raja, yaitu Kasta Ksatria.

Dalam prasasti Tugu (Poerbatjaraka, 1952:14-15). Diceritakan bahwa sang raja merupakan cucu Pendeta yang berkasta Brahmana. Padahal seharusnya raja berasal dari kasta Ksatria.
Dalam tradisi hindu India tidak mungkin satu keluarga memiliki dua kasta. Tetapi di Nusantara bisa terjadi.

Kekhasan lainnya adalah penyamaan raja dengan dewa ini sesungguhnya tidak lazim di India.

Ini sesungguhnya local Genius yaitu bagaimana kebudayaan lokal mengolah kebudayaan asing itu sesuai dengan karakteristik maupun kepentingan masing-masing. ( lihat, Noerhadi Magetsari" LOCAL GENIUS" Jumantara vol.01 No.1 Th 2010).

Jadi bisa di terima ungkapan Bung Karno Menganut Hindu bukan berarti Jadi Hindustan ( India ). Nusantara dengan demikian punya daya tawar dalam menerima sebuah nilai dan peradaban.

Bukan mencerna tanpa pikir meninggalkan kontemplasi.
Sehingga bisa melahirkan peradaban adiluhung yang tak tertandingi.

Borobudur bukti nyata lahir dari perpaduan antara aliran Tantrayana dan Mahayana. Ini merupakan mutiara berharga nenek moyang menerima kebaikan darimanapun untuk kebaikan semesta rahmatan lil alamin.
Lagi-lagi fasafah Bhineka Tunggal Ika tidak datang tiba-tiba dan bisa dijadikan perekat tali kebangsaan Indonesia.

Nusantara ketika mengalami migrasi keyakinan dari Hindu-Budha kemudian menjadi penganut muslim mayoritas ini tidak terlepas dari sifat dasar warga nusantara yang bersifat terbuka terhadap nilai-nilai luhur
yang datang menghampiri.

Bijak bestari nusantara lebih melihat substani nilai ketika berkaitan dengan hal yang transcendence. Falsafah bhineka tunggal ika ini sebagai bukti.
Perbedaan kulit atau simbol tak pernah dijadikan penghalang untuk sebuah cita-cita adiluhung membangun peradaban nusantara yang sepadan dengan peradaban Yunani.

Peradaban Yunani bisa terangkat ke muka melalui era kejayaan Islam dengan proyek besar-besaran penerjemahan.
Sementara peradaban nusantara terkubur dalam gudang kolonialisme.
Masyarakat nusantara tempo dulu sesungguhnya kaya literasi dan telah terjalin komunikasi intelektual dibenua Asia.
Dengar bahasa tulisan palawa. Belakangan komunikasi intelektual dengan huruf Arab pegon.

Tapi apa dinyana setelah kolonialisme datang orang nusantara dianggap bodoh, bahkan dianggap jauh dari peradaban.
Ini sesungguhnya kacapandang kolonialisme
Apa yang menyangkut nusantara adalah buruk. Tetapi sebaliknya apa yg datang dari Barat itu modern.
Tentang nusantara dalam kacapandang kolonialisme tidak ada yang baik.
Mereka potret tampak muka tradisi nusantara
Diframe besar-besaran sebagai penganut agama takhayul.

Tradisi literasi nusantara dan komunikasi tulis mereka ubah dengan tradisi Barat yaitu tulisan Latin. Dari itu warga nusantara yang tak bisa tulisan Latin diangap bodoh dan buta huruf.

Akibat kolonialisme Belanda nusantara dipaksa dicerabut dari akar tradisi dan budaya tulis menulis.
Ini berbeda dengan Hindustan yang dijajah Inggris. Inggris tak mengutak-atik bahasa tulis India. Walaupun Inggris memasukan pengantar bahasanya dalam proses pendidikan.

Kini sudah seharusnya para pemangku kebijakan berusaha kembali menumbuhkan budaya luhur yang hilang sebagai jati diri bangsa.
India, Jepang, dan rumpun Indocina, juga negara Arab. mereka punya jati diri dalam bahasa komunikasi juga tulis-menulis. Mengusai aksara jadi diri bangsa sebagai ciri bangsa yang beradab dan memiliki peradaban.

telah tayang di lakpesdamkabtangerang.or.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun