Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Corona dan Tradisi Keagamaan Pesantren

18 April 2020   05:55 Diperbarui: 18 April 2020   05:58 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal disamping al-Quran dan hadits ada ayat kauniah alam semesta yang harus di eja, difahami sekaligus dipikirkan. Dari itu ada diksi Qur'an "taqilun, tatadabbarun, ulul al- bab, ulil abshar" dan lainya.

Dengan mendayagunakan segala indera yang telah diberikan barulah insan istiqomah dan tawakal. Bukankah peradaban luhur Umayah dan Abasiyah karena membuka keruang berfikir dari dogmatisme menuju ilmu pengetahuan. 

Dimulailah penerjemahan besar-besaran tradisi hellenisme, peradaban Yunani. Dari itu dunia islam berabad-abad menjadi mercusuar peradaban bagi dunia termasuk berjasa besar atas peradaban Eropa.

Pandemi Corona  telah  menelan korban puluhan ribu manusia meregang nyawa, ratusan ribu manusia  terinfeksi. Sudah seharusnya merubah cara pandang agama ideologi dogmatik ke cara pandang pengetahuan.  karena ideologi tak mengenal ruang  dialog karena Sudah taken for granted (terima jadi). 

Agama sebagai ideologi hanya akan menjadi fosil peradaban. Ini sesungguhnya hambatan terbesar kaum beragama yaitu menjadikan agama sebagai ideologi belaka. 

Sehingga agama tak mampu menjawab problematika kehidupan sosial kemasyarakatan, di era industrialisasi apa lagi era digital kini. Tak heranlah jika ada istilah " the end of ideology" berakhirnya sebuah ideologi.

Ideologi itu bersifat tertutup dan final sehingga tak mungkin berkembang. Penyimpangan dari pembakuan akan disebut "revisionis", sedangkan ilmu sebaliknya. Ilmu bersifat terbuka, artinya bukan saja berdasarkan kreativitas, tetapi memungkinkan borrowing. Konsekuensi logis untuk eksistensi ideologis, harus mengubah diri dari ideologi menuju cara berpikir ilmu. (Kuntowijoyo, 1995).

Dengan mengubah cara berfikir ideologi ke cara berpikir ilmu, dengan sendirinya membumi karena terkait langsung pada realitas sosial. Ada tauhid sosial, ibadah sosial, atau bisa juga ada al-Qur'an berjalan dalam artian teraktualisasi dalam kebiasaan hidup, seumpama bergotong royong, saling mengasihi tanpa sekat-sekat primordialisme.

Dari itu secara tidak langsung menganulir stigma negatif tentang ideologi agama sebagai candu, atau sebuah delusi dari Mark dan Freud. Tentang Corona pendekatannya cara berpikir ilmu, bukan semata ideologi agama. Menghadirkan agama sebagai rahmat semesta tentu dengan cara-cara pandang pengetahuan. Antum a'lamu bi umuri dunyakum.  

Dari itu ada ijtihad disamping ordonansi Qur'an dan Hadits. Ada ayat tersurat kitab suci, juga ayat tersirat berupa alam semesta. Muara ilmu dari ilahi sekalipun itu tradisi Yunani, bukan kah Hermes dalam tradisi filsafat Yunani begitu dihormati. Hermes tidak lain adalah nabi Idris as. Begitulah ilmu berawal dari yang satu pun ideologi agama.  Sementara agama adalah rambu-rambu agar insan sesuai dengan keteraturan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun