Dari gejala tersebut Syaiful Arif menekankan perlunya pendekatan religiusitas pancasila, dalam arti tidak melulu dogmatisme.
Sebagaimana ditegaskan oleh Buya Syafi'i dan Bung Hatta, Pancasila merupakan ideologi yang religius, bahkan Islami. Sila ketuhanan yang menjadi cerminan nilai-nilai tauhid, merupakan causa prima, sebab pertama bagi sila-sila di bawahnya.
Dengan pemahaman religiusitas pancasila, pada akhirnya usaha membenturkan islam dengan pancasila kehilangan momentum.
Karena tertanam konstruk tauhid sebagai pijakan " Ketuhanan Yang Maha Esa"
Tanpa sokongan religious sudah barang tentu dasar negara pancasila mengalami kepudaran. Menjadi cerita usang tentang bangsa pada akhirnya NKRI dalam bayang - bayang gulung tikar.
Ini merupakan keresahan sang Kiyai, dari itu pancasila perlu dipertahankan sebagai perekat persatuan dan kesatuan. Mengikat semua agama dalam kesepakatan bhineka tunggal ika.
Tanpa ikatan persatuan dan kesatuan pada akhirnya kehidupan beragamapun kehilangan makna karena perpecahan antar sekte dengan claim merasa paling benar.
Misi agama yang utama adalah menghargai harkat derajat kemanusiaan, melindungi nilai luhur dari itu kompatibel dengan hak azasi manusia.
Ratusan tahun lalu Al - Ghazali sang Hujatul islam merinci maqosidussyariah, esensi daripada penegakkan syar'iah yaitu : kebebasan  hidup nyaman tanpa tekanan, kebebasan dalam beragama tanpa gangguan, kebebasan memiliki harta tanpa batasan. Kebebasan berfikir ilmiah tanpa dibelenggu, dan terakhir kebebasan memiliki keturunan.
Wallahu alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H