Mohon tunggu...
Basuni ahmad
Basuni ahmad Mohon Tunggu... Guru - penulis buku Aktualisasi pemikiran pluralisme KH. Abdurrahman Wahid

Merenda kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Matra Juang Abah Yai Ma'ruf Amin

6 Juli 2019   08:51 Diperbarui: 6 Juli 2019   09:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari gejala tersebut Syaiful Arif menekankan perlunya pendekatan religiusitas pancasila, dalam arti tidak melulu dogmatisme.

Sebagaimana ditegaskan oleh Buya Syafi'i dan Bung Hatta, Pancasila merupakan ideologi yang religius, bahkan Islami. Sila ketuhanan yang menjadi cerminan nilai-nilai tauhid, merupakan causa prima, sebab pertama bagi sila-sila di bawahnya.
Dengan pemahaman religiusitas pancasila, pada akhirnya usaha membenturkan islam dengan pancasila kehilangan momentum.
Karena tertanam konstruk tauhid sebagai pijakan " Ketuhanan Yang Maha Esa"

Tanpa sokongan religious sudah barang tentu dasar negara pancasila mengalami kepudaran. Menjadi cerita usang tentang bangsa pada akhirnya NKRI dalam bayang - bayang gulung tikar.

Ini merupakan keresahan sang Kiyai, dari itu pancasila perlu dipertahankan sebagai perekat persatuan dan kesatuan. Mengikat semua agama dalam kesepakatan bhineka tunggal ika.

Tanpa ikatan persatuan dan kesatuan pada akhirnya kehidupan beragamapun kehilangan makna karena perpecahan antar sekte dengan claim merasa paling benar.

Misi agama yang utama adalah menghargai harkat derajat kemanusiaan, melindungi nilai luhur dari itu kompatibel dengan hak azasi manusia.

Ratusan tahun lalu Al - Ghazali sang Hujatul islam merinci maqosidussyariah, esensi daripada penegakkan syar'iah yaitu : kebebasan  hidup nyaman tanpa tekanan, kebebasan dalam beragama tanpa gangguan, kebebasan memiliki harta tanpa batasan. Kebebasan berfikir ilmiah tanpa dibelenggu, dan terakhir kebebasan memiliki keturunan.

Wallahu alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun