Padahal tenaga pendidik (guru) menurut Komarudin Hidayat  Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, bagaikan aktor atau aktris yang setiap hari tampil untuk dilihat, didengarkan, dan ditiru tutur katanya. Makanya sebaik apa pun konsep kurikulum yang dihasilkan pemerintah, kalau kualitas gurunya tidak berkualitas, sasaran dan target pendidikan tidak akan tercapai.
Statemen ini telah dibuktikan Pemerintah Finlandia yang menerapkan rekrutmen calon guru sangat ketat hingga mengantarkan negara ini berada paling tinggi dalam bidang pendidikannya.
Makanya tenaga pengajar di sana adalah putra-putri terbaik bangsanya. Mereka bekerja sebagai pendidik tidak direcoki berbagai urusan birokrasi. Sebaliknya mereka mendapatkan kebebasan berinovasi berdasarkan riset secara kontinu. (Komarudin Hidayat, Koran Sindo, 28 Juli 2017).
Kembali Kezonasi. Zonasi ini sesungguhnya bukan sebuah solusi, melainkan, masalah baru pendidikan diera Jokowi. Jika diteropong lagi sama sekali tidak selaras dengan semangat revolusi mental.
Semoga mendikbud kedepan lebih peka terhadap kemajuan pendidikan di negeri ini, dulu melahirkan Mpu Tantular seorang bijak bestari kelas dunia pantas di sejajarkan dengan Aristoteles.
Negeri ini melahirkan  punjangga hebat Ronggo Warsito, Negarawan sejati disegani dunia yaitu,  Soekarno dan Hatta. Ada Gus Dur juga Habibie Dua Presiden penomenal dalam perjalanan reformasi Indonesia.
Akankah kedepan Indonesia bisa mencetak kembali tokoh super hebat tersebut, jawabannya ada pada proses perjalanan pendidikan era kini.