Nah, guna mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, kini dikembangkan mie dari bahan pangan lokal. Kementan melalui Balai Besar Pascapanen Pertanian, Badan Litbang Pertanian, telah memiliki teknologi pengolahan mie berbahan baku tepung dalam negeri.
Di Cimahi (berbasis ubi kayu), Sumedang (berbasis hanjeli), Demak (berbasis sorgum), Palopo, Maluku Tengah, Sorong, dan Jayapura berbasis sagu.
Konsumsi pangan lokal berbasis sagu, jagung, ubi kayu ini perlu terus didorong. Tingginya penyakit degeneratif seperti diabetes terjadi karena konsumsi mie instan, beras atau nasi yang terus meningkat.Â
Lanjut ke pangan lokal lainnya, ikan. Ikan teri lokal sangat berlimpah, seperti kata Bu Susi, mantan Menteri KKP. Ikan teri juga relatif terjangkau sebagai sumber protein yang sangat baik. Masih banyak yang memandang sebelah mata pada ikan yang satu ini karena harganya yang murah.Â
Dalam 100 gr teri mengandung 500 -- 972 mg kalsium yang diperlukan ibu hamil untuk menjaga kepadatan tulang dan pembentukan janin. Hebat banget kan Selain itu juga ada zat besi tinggi, fosfor, vit. B1, lemak omega 3 yang sangat penting bahkan bagi perkembangan otak balita.
Bahkan omega 3 ikan teri bisa jadi lebih tinggi atau sama dengan ikan salmon, yaitu 2300 - 2400 mg (salmon 1300-2400 mg). Oh iya, yang dimakan di sini ikan teri segar loh ya, bukan ikan teri yang sudah diasinkan.
Ikan kembung juga sumber gizi yang sangat baik. Vitamin D yang terkandung membantu penyerapan kalsium untuk kesehatan tulang dan gigi. Sayangnya, ikan kembung selalu dibandingkan dengan Ikan salmon yang katanya sangat spesial karena kandungan omega 3-nya. Itu yang selalu digembar-gemborkan sebagai keunggulan ikan yang sebagian besar diimpor dari AS ini.
Faktanya, ikan kembung mengandung 2,6 g omega 3 sedangkan salmon hanya 1,4 g. Untuk urusan kandungan Omega 6 dan Omega 9, ikan kembung lebih baik. Catat!.
Diakui, citra ikan salmon jauh di atas ikan kembung. Citra kandungan gizi ikan salmon yang jauh di atas ikan-ikan lain, terutama ikan lokal, memang terlanjur menancap kuat di benak masyarakat Indonesia.Â
Nah, kalau sumber Karbohidrat sudah, sumber Protein sudah, lalu bagaimana dengan pangan yang mengandung protein nabati?.