Nah, makin kesini, dengan berbagai penyakit yang kini bermunculan. Meluasnya non-communicable diseases atau penyakit-penyakit yang tidak menular (kanker, aterosklerosis, diabetes, stroke, artritis, obesitas, jantung koroner, osteoporosis), di tengah majunya teknologi dan industri obat-obatan masa kini.
Orang mulai 'eling' akan perlunya hidup sehat. Dan dimulai dari makan makanan yang sehat. Jadi, justru dari gaya makan sehat, bisa menjadi 'celah' pangan lokal kembali digemari. Setuju dong kalau makanan yang baik adalah obat yang baik pula.
Pangan lokal punya nutrisi yang lebih baik. Pasalnya, mereka tidak melewati jalan yang panjang di truk maupun di ruang penyimpanan. Makin singkat distribusinya, maka potensi hilangnya nutrisi dan vitamin pun semakin berkurang.
Jadi, sampai disini paham kan maksud saya tentang 'sengsara membawa nikmat'?. Ternyata adanya berbagai penyakit justru menyadarkan kita untuk kembali ke alam, kembali kepada sesuatu yang baik yang justru dihasilkan bumi pertiwi ini.
Pangan itu bermacam-macam. Namun, tidak semua memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh. Saatnya mengubah persepsi bahwa 'makanan disantap terutama demi kenikmatannya', persepsi yang fatal Kawan!. Makanlah demi fungsinya.Â
Bahwa yang menyehatkan bukan melulu harus dikonsumsi dari luar. Bahkan pangan lokal jauh lebih kaya nutrisi dibandingkan yang impor. Butuh bukti?
Untuk di negera asia lain yang juga sama memiliki jenis makanan pokok berupa nasi yang berasal dari beras. Mungkin akan sulit menemukan makanan yang tinggi karbohidrat sebagai pengganti nasi. Bagaimana dengan Indonesia?, Tentu tidak.
Salah satu umbi yang memiliki nilai strategis sebagai pengganti nasi putih adalah singkong. Singkong mengandung karbohidrat sangat tinggi sekitar 34-38 gram per 100 gram. Kandungan energinya 146-157 kalori per 100 gram bahan. Ada juga Ubi Jalar, Umbi Talas, mengandung vitamin, mineral, antioksidan dan serat.
Itu baru sebagian kecil dari beberapa jenis pangan pengganti nasi putih. Masih ada, kentang, umbi garut, suweg, ganyong, gadung, gembili juga uwi. Pernah dengar nama-nama umbi-umbian tersebut?, Jarang ya, tidak sepopuler Udon dan Ramen kan?, (haha...)
Bicara soal 'Ramen' makanan mie yang kekinian itu, jika melihat pola konsumsi masyarakat Indonesia saat ini, mie merupakan sumber karbohidrat kedua yang banyak dikonsumsi setelah beras. Bahkan hasil penelitian, ternyata pola konsumsi masyarakat mulai bergeser ke terigu dan mie.Â
Sayangnya, mie yang selama ini banyak dikonsumsi masyarakat umumnya terbuat dari bahan baku impor (terigu).