Mohon tunggu...
Basuki Ranto
Basuki Ranto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen sepuh

Pengalaman di BUMD dan BUMN, menulis dan berorganisasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Gaya Hidup YOLO dan FOMO Generasi Z

12 Juli 2024   14:01 Diperbarui: 12 Juli 2024   14:22 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

_*FENOMENA GAYA HIDUP YOLO DAN FOMO GENERASI Z*_
(Seri : HRM-4)

Oleh : Basuki Ranto

Dalam dunia kehidupan generasi Z terjadi aebuah gaya hidup dengan prinsip hidup hanya sekali atau dengan menggunakan bahasa gaul You Only Live Once (YOLO) dan prinsip hidup kekinian (tidak tertinggal) dengan bahasanya Fear Of Missing Out (FOMO).

Lebih lanjut makna dari YOLO adalah merupakan singkatan "You Only Live Once" yang merupakan bahasa dikalangan mereka (bahasa gaul). Hal tersebut mengandung maksud bahwa manusia hanya hidup sekali, karena itu harus dinikmatihidup saat ini juga.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa istilah ini digunakan sebagai pendorong semangat untuk memotibasi  bahwa hidup hanya sekali sehingga jangan sia-siakan dan manfaatkan secara maksimal.

Menukil dari laman Cambridge, gaya hidup YOLO digunakan terutama dalam media sosial yang dimaknai bahwa hidup harus enjoy-happy saja sehingga  harus melakukan hal-hal yang menyenangkan atau mengasyikkan, walaupun kadang kala konyol menyerempet bahaya.

Sementara menurut Dictionary, YOLO juga bisa digunakan untuk merasionalisasi perilaku impulsif atau sembrono. Hal tersebut ditunjukkan dengan  tindakan membeli sesuatu yang mahal dan bermerek (branded) misal tas, sepatu, atau barang lain yang mahal dengan alasan karena menggunakan prinsip hanya hidup sekali. Jadi tak mau menyia-nyiakan waktu atau kesempatan yang ada, sehingga kurang memperhitungkan kemampuan (income).

Gaya hidup YOLO dalam sisi lain sering dikaitkan dengan cara menikmati hidup yang maksimal dengan bebas. Prinsip YOLO dilandasi sebuah anggapan kejadian hidup ini hanya akan datang sekali dan tidak akan terulang lagi, sehingga tujuannya bagaimana keinginannya dapat terpenuhi saat ini.

Sedangkan FOMO adalah singkatan bahasa Inggris dari Fear Of Missing Out, dimana artinya bisa digunakan untuk menyebut pola pikir yang selalu merasa khawatir berlebihan dan juga merasakan ketakutan akan tertinggal trend yang sedang terjadi.

Gaya hidup FOMO didasari sebuah anggapan bahwa seseorang merasa tertinggal apabila tidak mengikuti trend sehingga tidak menjadi kelompok trendi. Hal ini dipicu dengan kehadiran di media sosial dan teknologi digital , sehingga ingin  meniru apa yang dilakukan oleh influencer atau tokoh idolanya.

Gaya FOMO didasari rasa takut merasa "tertinggal" karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Sebuah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.

Individu yang mengalami gaya hidup FOMO adalah mereka yang menggunakan media sosial secara berlebihan pada setiap waktu dan keadaan seperti  setelah bangun tidur, saat makan, bahkan saat berkendara yang sesungguhnya ini membahayakan keselamatan.

Disisi lain gaya hidup FOMO merupakan  kondisi yang dikaitkan saat seseorang kecanduan bermain ponsel atau media sosial. Kondisi ini ditandai dengan perasaan khawatir berlebihan jika tidak mengetahui berita terkini. Banyak orang yang mengganggap sepele, padahal FOMO dapat berdampak pada kesehatan mental.

Disebutkan menurut beberapq ahli: (Travers, 2020), (Ocklenburg, 2021) dan (Emamzadeh, 2020) Fear of Missing Out atau FOMO ini merupakan kecemasan terus menerus ketika tahu orang lain sedang mengalami hal yang menyenangkan dan kita tidak ada disitu dan tidak terlibat di dalamnya.

Gaya ini dipengaruhi oleh trend kehidupan masa kini yang paling trendi ,  berbekal kepada informasi di dunia maya yang tidak ada sekat dan bahkan melupakan etika dan budaya yang penting update terus.

Dalam keseharian FOMO ini hidupnya boros, semua keperluan yang diinginkan harus dipenuhi apapun dan dari manapun lsumbernya. Sehingga dalam hal memenuhi keingjnannya bertindak tidak rasional (irasional) karena pengaruh media sosial yang terus update dengan barang trendi.

Gaya hidup FoMO tidak berfikir masa depan yang penting hari ini, sehingga prinsip berjaga-jaga dan spekulasi melalui menabung (saving) maupun investasi (investment) tidak masuk dalam perencanaan mereka.
Pola hidup konsumtif menjadi utama sehingga seluruh penghasilan dihabiskan  bahkan kekurangannya dipenuhi dari sumber pinjaman atau dalam bahasa lain "besar pasak dari pada tiang", itulah gaya hidupnya.

Prinsip bersaing antar individu atau kelompok takut tertinggal atau tidak "in" berlaku bagi mereka akibat penaguruh media sosial yang terus berubah.

*Dampak Gaya hidup YOLO dan FOMO*

Dengan gaya hidup YOLO maka dampaknya adalah:

Pertama : Karena hanya berfikir saat ini maka seluruh pendapatan hanya digunakan untuk memenuhi keinginan saat ini dan bahkan sering terjadi defisit (minus Income).

Kedua : karena pola konsumtif maka akinatnya tidak memiliki sikap menyimpan dalam bentuk tabungan (saving)

Ketiga : sering kali seseorang bisa terjebak dalam utang atau meminjam uang kepada teman bahkan orang lain dalam bentuk pinjaman online yang bunganya tinggi dan sistembya memberatkan.

Keempat: Demi ingin menikmati hidup hanya sekali, seseorang jadi tidak bisa menahan dirinya dari tindakan konsumtif sehingga yang dipentingkan nafsu memiliki.

Kelima :  cenderung kurang dan bahkan tidak berfikir merencanakan masa depan.

Sementara itu Gaya kehidupan FOMO akan tejadi beberapa dampak yang ditimbulkan dari fenomena sindrom FOMO dan biasa merupakan  dampak negatif untuk kesehatan mental.
Selanjutnya apa saja dampak negatif yang bakal terjadi diantaranya: akan mengganggu kesehatan mental(1), dampak buruk hubungan sosial (2) dan gangguan pendanaan/financial (3).

Dampak FOMO dari sisi kesehatan adalah adanya ketakutan dan kecemasan mendalam yang bisa mempengaruhi kondisi fisik dan mental seseorang. Selain itu era digital saat ini banyak sekali hal yang mempengaruhi seseorang merasa cemas dan takut, sehingga konsentrasi berkurang, timbul kelelahan, susah tidur dan kecenderungan depresi mental.

Dari sisi hubungan sosial gaya FOMO juga mempengaruhi hubungan sosial. Hal ini ditandai dengan sudah tidak ada batasan (barier)  yang mampu menyekat seseorang untuk menjalin hubungan sosial. Hal tersebut berakibat munculnya sebuah sindrom FOMO yang semakin besar yang akan  mempengaruhi pergaulan secara langsung  maupun  tidak langsung melalui online.

Dari sisi keuangan gangguan finansial akan timbul dari sindrom FOMO adalah masalah perilaku konsumtif generasi milenial dan generasi z semakin besar, sehingga tindakan irasional akan muncul  karena ketidak seimbangan antara kemampuan dan keingjnan (bukan kebutuhan) sehingga berupaya menutup dengan melakukan pinjaman dengan cepat melalui pinjaman online (pinjol) misalnya.

 Hal yang mendorong perilaku tersebut adalah adanya gaya hidup mengikuti selibritas mendorong untuk membeli barang yang tidak bermanfaat demi sebuah anggapan akan ketinggalan tren kekinian. Hal lain karena sikap persaingan secara emosional mendorong agar bisa menggunakan barang yang dipaksakan sehingga secara akumulasi akan terus menambah pinjaman baik melalui angsuran atau fasilitas kredit lainnya yang akan membebani.

*Kesimpulan*

Dari beberapa uraian terkait dengan kecenderungan gaya hidup YOLO dan FOMO bagi generasi Z, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

(1) Gaya hidup YOLO dan FOMO oleh generasi Z pada dasarnya merupakan perilaku emosional yang tidak menguntungkan. Berfikirnya sesaat dan berprinsip pokoknya dan bersaing tidak sehat  karena mengedepankan ketertinggalan.

(2) Dikaitkan dari pola konsumsi maka prinsip konsumsinya mengabaikan persamaan income-kebutuhan sehingga terjadi defisit yang harus ditutup dengan pinjaman (hutang) dan bisa jadi masuk dalam jerat hutang.

(3) Tindakan yang dilakukan dengan menggunakan gaya ini akan menimbulkan sikap irasional karena terus dipengaruhi oleh gaged dan media sosial yang gencar.

(4) Gaya hidup YOLO dan FOMO oleh generasi Z tidak berfikir investasi masa depan, karena yang penting ngetrend dan tidak ketinggalan sehingga tetap kekinian (updated)

(5) Gaya hidup YOLO dan FOMO akan berdampak destruktif baik dari sisi financial, phisik, kesehatan dan mental sehingga diperlukan penyikapan yang cerdas.

(m@s-b@s,11072024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun