*MENYIMAK KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DALAM MENGELOLA ORGANISASI*
Oleh: Basuki Ranto
Keberhasilan sebuah organisasi apakah itu pemerintahan, bisnis (perusahaan) maupun organisasi sosial (partai) sangat ditentukan oleh gaya kepemimpinan yang digunakan.
Banyak gaya kepemimpinan yang bisa digunakan satu diantaranya adalah gaya kepemimpinan transaksional ( transactional leadership) selain banyak gaya lainnya yang merupakan opsi yang bisa digunakan. Dalam kepemimpinan terdapat tiga (3) unsur yaitu: pemimpin itu sendiri, bawahan dan situasi.
Kepemimpinan transaksional adalah suatu model kepemimpinan bergaya transaksional sebagai transaksi antara pengikut dan pemimpin untuk hasil yang diinginkan dengan cara memenuhi keinginan pemimpin dengan sebuah harapan dari pengikut, yang melibatkan janji atau komitmen secara hormat dan berbasis kepercayaan.
Dalam kepemimpinan transaksional pemimipin lebih banyak memberikan arahan dan target kepada bawahan dengan orientasi hasil atau kinerja yang dpisertai dengan pemberian penghargaan (reward) dan ancaman berupa sanksi (penalty/punishmen). Reward diberikan ketika Tim atau bawahan dalam melaksanakan perintah dengan target kinerja terbaik, sementara sanksi atau pinalti (punishmen) dengan berbagai bentuk ancaman.
Penghargaan merupakan bentuk iming-iming atau peluang untuk mendapatkan insentif misalnya atau mendapat promosi jabatan atau kenaikan pangkat tertentu ketika kinerja tercapai sesuai yang ditetapkan. Sementara penurunan jabatan , pemindahan dan bahkan sampai pemecatan bisa dilakukan merupakan konsekuensi tidak tercapai target yang ditetapkan dan inilah yang berkait kepada pemberian hukuman atas ketidak tercapai target yang ditetapkan.
Dalam kepemimpian transaksional kepentingan individu yang diutamakan , sementara kepentingan publik terabaikan. Sedangkan aturan ditetapkan dan dilaksanakan sesui dengan prosedur , sementara ketika aturan itu menghambat target maka aturan itu ditabrak dengan mengatur kembali sesuai dengan keinginan sehingga aturanpun cenderung dirubah bahkan dirusak.
Sebuah pertanyaan apakah dalam melaksanakan dan mengelola pemerintahan di negeri yang tercinta ini gaya kepemimpinan yang digunakan adalah model kepemimpinan transaksional. Untuk menjawabnya kita perlu menyimak anatomi gaya kepemimpinan Transaksional.
*Ciri Kepemimpinan Transaksional*
Seorang pemimpin pada dasarnya adalah panduan bagi suatu kelompok dan pemimpin dijadikan contoh (role model) bagi bawahan.
Dengan demikian pemimpin harus dapat meyakinkan para pengikut untuk mematuhi instruksi yang diberikan. Inilah yang membangun aspek paling penting dari kepemimpinan transaksional.
Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari gaya kepemimpinan transaksional (Very Well Mind) diantaranya adalah adanya Iming-iming (janji) ketika apa yang diperintahkan dapat dilaksanakan dengan kinerja terbaik berupa insentif, promosi jabatan, dan hadiah lainnya sehingga termitivasi untuk mencapai target. Sehingga dengan demikian Tim dan bawahan  akan berkontribusi melakukan yang terbaik ketika rantai komando jelas. Di sisi lain fokus kegiatan adalah bagaimana instruksi pemimpin dipatuhi dan dilaksanakan para anggota dan ini adalah tujuan utama.
Sementara itu agar target bisa tercapai bawahan perlu dimonitor dengan hati-hati untuk memastikan target terpenuhi.
Dalam gaya kepemimpinan transaksional, terdapat  sifat-sifat seperti: berfokus pada tujuan jangka pendek; penekanan hanya pada penyelesaian tugas, sedangkan dari  kebijakan didukung sistem dan prosedur terstruktur. Penekankan pentingnya aturan dan melakukan hal-hal dengan benar dan dalam aktifitasnya  condong menggunakan otak kiri. Sifat lain dalam kepemimpinan transaksional adalah  menentang perubahan (pro status quo).
Bila kita simak dari berbagai hal yang terkait dari karakter dan sifat dari gaya  kepemimpinan transaksional , maka dalam hal pengelolaan organisasi yang besar seperti Republik Indonesia ini cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transaksional.
Organisasi tentara dan kepolisian juga cenderung menggunakan gaya kepemimpinan transaksional karena adanya garis komando yang dan perintah  dari atasan yang satu pintu serta wajib dilaksanakan oleh Tim atau bawahan.
Prinsip pengaruh ganda (sumbiosis mutualisme) merupakan sesuatu yang saling menguntungkan baik bagi pemimpin maupun yang dicapai ketika kinerjanya berhasil.
Organisasi pemerintah memiki ciri dan sifat sebagaimana tersebut dalam kepemimpinan transaksional. Penyelenggaraan Pemilu yang baru saja diselesaikan merupakan contoh penggunaan kepemimpinan transaksinal karena semua sudah terstruktur dan target hasil sudah diarahkan oleh pemimpinnya sementara kebawah hanya melaksanakan apa yang diperintahkan atasan.
Organisasi bisnis juga bisa memanfaatkan gaya kepemimpinan transaksional karena salah satu karakter dari kepemimpinan ini adalah effisiensi. Tujuan organisasi pasti bertujuan mencari keuntungan (profit motive) dan melalui aksi efisiensi maka profit bisa dihasilkan secara lebih maksimal.
Beberapa uraian tentu masih merupakan beberapa catatan kecil dari menyimak karakteristik dan sifat dari kepemimpin transaksional, sehingga masih perlu kajian lebih lanjut dari aspek-aspek di dalam organisasi.(m@s-b@s 30032024)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H