"Bisakah engkau tidak kasar sama perempuan, Gih? Kena karma kau nanti," geram Susi.Â
"Tidak! Karma tidak ada." Sugih menyangkal.Â
"Lihat saja nanti!" kata Susi memperingati.Â
   Saking marahnya Sugih. Ia menunjukkan sikap kasarnya kepada Sinta. Kebenciannya memuncak. Bahkan diperingati karma ia tidak percaya. Ia menganggap karma itu tidak ada. Ia justru menduga, bahwa sikapnya yang sekarang adalah akibat dari sikap Sinta yang terdahulu terhadap dirinya sewaktu masih hubungan. Itu yang terekam, itulah yang telah tercatat dalam alam bawah sadar Sugih. Daya ingatnya kuat. Sebab itu ia belum bisa menerima Sinta lagi.Â
"Tau rasa tuh, orang. Kalau sudah kena karma," Susi menunjukkan kekesalannya di hadapan teman-temannya. Â
"Siapa yang kamu maksud?" sahut Parmin.Â
"Iya. Datang-datang sewot. Nggak jelas!" Jarwo menambahi.Â
"Itu, Sugih!" seru Susi. "Sama cewek kasar banget. Aku jadi benci sama cowok."Â
"Ha?" serempak teman-temannya heran.Â
"Ia mendorong tubuh Sinta, sambil ngomong kasar. 'Kan aku jadi kesel," tutur Susi.Â
"Masa'?" heran Parto. "Terus kamu ngomong apa?" tanya Parto kemudian.Â