Mohon tunggu...
Bass Elang
Bass Elang Mohon Tunggu... Seniman -

Dan pada akhirnya senja berubah menjadi malam yang gelap. Tak ada yang berkesan kecuali wajah manismu yang melintas.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Move On 5

21 April 2018   02:32 Diperbarui: 21 April 2018   06:41 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku nggak bisa move on dari Sugih. Hatiku tetap untuk Sugih. Belum bisa tergantikan," Susi mengungkapkan pengakuan Sinta kepada Parmin. 

Wanita bisa puas dengan satu cinta saja, ia merasa benar-benar jiwanya sudah terpenuhi. Jika dia sudah merasa nyaman itu sangat cukup baginya: hanya seorang yang dicintainya. 

Wanita mencintai pria tidak melihat bentuk fisik melainkan melihat pria yang memiliki kharisma; membaca sesuatu yang menarik. Meski wanita dapat menjelaskan sesuatu tentang pria, tapi baginya masih sangat menarik: pria yang memiliki misteri. Wanita terus ingin menyelami sesuatu yang terdalam pada diri seorang pria. 

Berbeda dengan pria. Ia tidak cukup puas dengan satu cinta. Ketidak puasannya itu membuatnya ingin memiliki banyak wanita. Cinta seorang pria kepada wanita sangat mudah dibaca. Pria mudah menunjukkan perasaannya dengan sikap dan perilakunya. Itu sebabnya ia mudah dibaca. 

Tetapi cinta wanita kepada pria agak sulit terbaca, bahkan dibaca pun tidak mudah. Oleh karenanya, banyak pria lain yang mendekati Sinta merasa kewalahan. Mereka sulit menerjemahkan perasaan Sinta yang sesungguhnya. 

Meski Sinta mengakui bahwa dia masih mencintai Sugih, tetapi dia mau meladeni pria lain yang mendekatinya. Tentu! Sikap Sinta yang terbuka kepada pria lain membuat mereka kegeeran: Percaya diri. Namun siapa sangka? Keterbukaannya cuma karena menghargai bukan karena ada rasa. 

"Ta, mending kamu pacaran sama cowok lain aja. 'Kan banyak yang suka kamu," celetuk sahabatnya.

Bangunan istana cintanya masih kokoh di dalam hatinya. Perasaannya masih terhadap Sugih. Meski banyak pria yang suka dan mencoba menghunuskan panah asmara ke hatinya—belum juga tertaklukan. Ia merasa cukup sendiri. 

Belum bisa menerima pria lain. Ia merasa cukup dengan satu pria yang telah membuatnya nyaman. Meski pria tersebut tak lagi mencintainya. 

"Aku masih mencintai Sugih. Aku merasa nyaman hanya dengannya," Sinta mencoba membalas bujukan Susi. 

"Sadar, Ta. Sugih tak mencintai kamu lagi. Move on, coba!" oceh Susi menggebu-gebu. 

 Sering melontarkan kalimat masih mencintai Sugih. Cuma itu pengakuan Sinta. 

Ada perbedaan: masih mencintai dan merindukan cinta. Dua hal itu samar tetapi dapat dijelaskan. Mencintai adalah memberikan perasaan kepada orang lain. Sedangkan merindukan cinta adalah mengharapkan ingin diberi: ingin dicintai. Keinginan justru tidak ada kepastian bisa mendapatkannya. 

"Pikirkan! Sebenarnya kamu mengharapkan cinta Sugih bukan mencintai Sugih," jelas Parto membingungkan temannya. 

Gila! Semua temannya tercengang: bingung. Kecuali Sutejo. Ia bisa menangkap omongan Parto. 

Bulan lalu, misalnya. Sinta sering mendatangi rumah Sugih. Diam di rumah pun ia mengenang Sugih. Itu sebabnya, menurut Parto, bahwa sesungguhnya Sinta mengharapkan dan merindukan cinta dari Sugih.

Pada suatu malam tiba. Di kafe #Ngoceh. Sapar menghubungi Jarwo untuk hendak mengajak Susi dan teman-teman lainnya; nongkrong di kafe. Di situlah di antara mereka saling menuturkan uraian kalimat. ! Sapar yang sudah di kafe duluan ia menunggu temannya. Menunggu adalah mengharapkan kedatangan. Sedangkan yang ditunggu adalah memberi waktunya untuk menyempatkan bertemu. Bertemulah mereka. 

"Cinta itu sangat misterius," Sapar memulai obrolan. 

"Ya. Makanya aku juga heran sama Sinta," kata Susi. "Sudah tahu mantannya gak cinta, tapi kok malah ia masih mencintai. Hadeuuh!" 

"Ah! Itu sih cuma pengakuannya aja. Belum tentu perasaannya begitu," terang Sapar berkicau. 

"Mungkin juga Sinta terlalu nafsu," sanggah Parmin. 

"Maksudmu?" sahut Susi penasaran. 

"Bisa saja 'kan? Ia cuma nafsu akan cintanya Sugih terhadap dirinya," jelas Parmin. 

"Ya. Nafsu bukan soal makan aja. Terlalu berharap dicintai juga nafsu," Sutejo menambahi.

     Sulit balikan menimbulkan keberharapan. Semakin menginginkan balikan semakin berharap. Mencintai seseorang adalah soal memberi. Jika engkau mengharapkan dicintai lagi maka itu membahayakanmu; engkau jadi sulit memberi. Itu justru menyengsarakan diri sendiri: engkau akan mudah baperan dan menyakiti hati sendiri karena keberharapan. Itulah masalahnya. 

     Dalam menjalin sebuah hubungan asmara. Cinta semestinya memperoleh suka-cita, tapi jika sepasang kekasih yang satu sama lain saling menginginkan lebih dicintai, hubungan itu akan tidak harmonis. Engkau akan marah-marah begitu pula dia sebaliknya. Itu dasarnya ada percekcokan di antara kalian. Selalu berharap mendapat perhatian dari kekasih juga akan menimbulkan masalah bagi hubunganmu. Seharusnya engkau memberi perhatian bukan mengharap perhatian. Satu-satunya cara agar mencegah kecemburuan adalah memberi: memberi cinta, perhatian dan belas kasih sayang. 

"Sinta itu cemburuan lho, orangnya," kata Susi mengenang sikap sahabatnya sewaktu masih hubungan dengan Sugih. 

"Pantas! Cemburuan itu membebani batin pacar," sahut Parto. "Timbul kecurigaan. Bahkan segala rutinitas pacar dibatasi. Ini-itu dilarang, disalahkan," tutur Parto kemudian. 

"Tergantung! Cemburuan itu dapat mengasyikan pacar, kok." sangkal Sapar. 

"Eh! Bener, ding. Bisanya pacar asyik karena cemburu itu lucu," ujar Parmin. 

"Dan, lucu mestinya abstrak," jarwo melengkapi. 

"Sayangnya Sinta ndak kek gitu," pungkas Susi manyun. 

     Rasa cemburu Sinta berlebihan. Sedikit kesalahan yang dilakukan Sugih dibesar-besarkan. 

     Sikap cemburu yang berlebihan dapat mengurangi kepercayaan seseorang terhadap kekasihnya. Keseringan tidak memberi kepercayaan akan menjadi pertengkaran dalam sebuah hubungan. Apalagi jika ketidak percayaan itu membuat seseorang mudah menyalahkan, lalu menghakimi kekasihnya bisa menjadi masalah besar. Dapat dikatakan hubungan itu rentan putus. 

"Sinta itu galak, sering marah-marah," kata Parmin menirukan pernyataan Sugih.

"Saya kira, kemarah-marahan Sinta itulah yang membunuh cinta Sugih." samber Jarwo. 

"Betul!" Sutejo membenarkan. "Akibatnya Sugih jadi benci." 

     Terkadang, energi seseorang lebih banyak digunakan untuk marah-marah dan menyalahkan kekasihnya. Sedikit demi sedikit energi cinta sang kekasih malah jadi menipis. Tipislah energi rasa cinta itu lalu berubah menjadi energi rasa benci. 

#Bass #Elang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun