"Bisa saja 'kan? Ia cuma nafsu akan cintanya Sugih terhadap dirinya," jelas Parmin.Â
"Ya. Nafsu bukan soal makan aja. Terlalu berharap dicintai juga nafsu," Sutejo menambahi.
   Sulit balikan menimbulkan keberharapan. Semakin menginginkan balikan semakin berharap. Mencintai seseorang adalah soal memberi. Jika engkau mengharapkan dicintai lagi maka itu membahayakanmu; engkau jadi sulit memberi. Itu justru menyengsarakan diri sendiri: engkau akan mudah baperan dan menyakiti hati sendiri karena keberharapan. Itulah masalahnya.Â
   Dalam menjalin sebuah hubungan asmara. Cinta semestinya memperoleh suka-cita, tapi jika sepasang kekasih yang satu sama lain saling menginginkan lebih dicintai, hubungan itu akan tidak harmonis. Engkau akan marah-marah begitu pula dia sebaliknya. Itu dasarnya ada percekcokan di antara kalian. Selalu berharap mendapat perhatian dari kekasih juga akan menimbulkan masalah bagi hubunganmu. Seharusnya engkau memberi perhatian bukan mengharap perhatian. Satu-satunya cara agar mencegah kecemburuan adalah memberi: memberi cinta, perhatian dan belas kasih sayang.Â
"Sinta itu cemburuan lho, orangnya," kata Susi mengenang sikap sahabatnya sewaktu masih hubungan dengan Sugih.Â
"Pantas! Cemburuan itu membebani batin pacar," sahut Parto. "Timbul kecurigaan. Bahkan segala rutinitas pacar dibatasi. Ini-itu dilarang, disalahkan," tutur Parto kemudian.Â
"Tergantung! Cemburuan itu dapat mengasyikan pacar, kok." sangkal Sapar.Â
"Eh! Bener, ding. Bisanya pacar asyik karena cemburu itu lucu," ujar Parmin.Â
"Dan, lucu mestinya abstrak," jarwo melengkapi.Â
"Sayangnya Sinta ndak kek gitu," pungkas Susi manyun.Â
   Rasa cemburu Sinta berlebihan. Sedikit kesalahan yang dilakukan Sugih dibesar-besarkan.Â