Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kontestasi Islam pada Masyarakat Pesisir

6 Juni 2020   05:52 Diperbarui: 6 Juni 2020   05:53 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka membangun mushala dan mengangkat ta'mir yang bisa menjadi motor penggerak partai. Selain itu secara politik juga ada kewajiban desa untuk mengangkat Kaur Kesejahteraan (Kesra) yang disebut sebagai "Kaum" yang turut andil mempercepat proses islamisasi di sana.

Empat Kelompok Keagamaan

Daerah Urut Sewu hingga saat ini sedang mengalami islamisasi yang massif yang dilakukan oleh organisasi NU, LDII, Jaulah dan Muhammadiyah. Semuanya saling melakukan kontestasi di tengah masyarakat yang mayoritas generasi tuanya masih menganut Islam Abangan, dan sebagian lagi Aboge (Alif Rebo Wage).

NU lebih banyak melakukan pengajian umum dan pengiriman santri-santri senior untuk membina keagamaan di sana. NU lebih banyak melakukan kegiatan keagamaan seperti mauludan, tahlilan, manakiban, ambengan, nariyahan, yasinan, rejeban, ruwahan, nyadran (punggahan dan pudunan), sawalan, kendurian, terbangan, qasidahan, hadrahan. Semua kegiatan ritual kelompok NU itu dalam rangka menarik masyarakat abangan agar tertarik ke masjid dan menganut agama Islam.

Muhammadiyah dalam melakukan islamisasi lebih banyak mendirikan TPA untuk menyasar anak-anak SD agar bisa mengaji mulai dari buku IQRA' karya As'ad Humam yang begitu monumental. Muhammadiyah lebih banyak berdakwah untuk menghilangkah tahayul, bid'ah, dan khurafat (TBC). Muhammadiyah lah yang paling gencar melakukan pelarangan kegiatan larungan, berbagai sesajen, pemotongan hewan dibawah pohon besar, dan berbagai rutual yang tidak ada tuntunannya baik di Al-Qur'an maupun Hadits Shahih.  

LDII dengan pengikut yang sudah di Bai'at membangun masid di daerah pesisir seperti di Desa Awu-Awu, Ketawangrejo, dan Cokroyasan (Meskipun desa yang ketiga ini agak jauh dari pesisir). Di dalam komplek masjid di Desa Cokroyasan juga dibangun pesantren dengan santri dari seluruh daerah di Indonesia.

Kelompok Jaulah lebih banyak melakukan tabligh dan singgah beberapa hari di masjid yang ada di pesisir. Mereka happy di daerah pesisir karena sekarang sudah mudah sarana transportasi, listrik, dan berbagai sarana lainnya. 

Apalagi di daerah 'merah' ini sudah tidak ada lagi 'grandong' (sebutan untuk penjahat di derah pesisir). Tidak heran saat ini, di daerah pesisir Urut Sewu banyak orang berjenggot (lihyah) dengan celana cingkrang (isbal). 

Kontestasi di ruang Publik

Saat ini, Islam selalu hadir di ruang publik dengan lebih banyak dibantu oleh berbagai acara TV yang menghadirkan berbagai acara keagamaan. Banyak sekali gadis muslim yang menggunakan jilbab meskipun trend ibu-ibu hanya menggunakan kerudung selendang yang tidak menutup sempurna.

Banyak anak-anak yang dipondokkan oleh tuanya di Pesantren tradisional dan modern. Banyak juga yang bersekolah di Madrasah, SMP/SMA Muhammadiyah, dan kuliah di Universits Muhammadiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun