Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy.
Dr.Dr.Basrowi.M.Pd.M.E.sy. Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat Kebijakan Publik, Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung

Man Jadda Wa Jadda: Siapa Bersungguh-Sungguh Akan Berhasil## **Alloh Akan Membukakan Pintu Terindah Untuk Hambanya yang Sabar, Meskipun Semua Orang Menutupnya**.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tetap Disiplin: Kunci Sukses New Normal

1 Juni 2020   07:18 Diperbarui: 1 Juni 2020   07:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam rangka menyambut New Normal, kedisiplinan dalam menerapkan protokol kesehatan merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Sikap acuh tak acuh dan berbagai pelanggaran PSBB, tentu harus dihindari pada saat penerapan New Normal. Jangan sampai muncul rasa frustasi dari para tenaga kesehatan, karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mentaati seluruh himbauan Pemerintah.

Tagar dan video 'Indonesia terserah' yang dilatarbelakangi rasa kekecewaan pananganan Corana yang dilakukan  oleh pemerintah seharusnya tidak perlu terjadi. Banyaknya pelanggar PSBB dan protokol kesehatan telah membuat tenaga kesehatan (Nakes) merasa kecewa. 

Seolah-olah himbauan dan sosialisasi agar masyarakat sadar akan bahaya Covid-19, telah gagal. Masyarakat tetap saja membuat kerumunan, tidak mau melakukan 3B dari rumah, tidak menggunakan masker saat keluar rumah, dan tidak menerapkan berbagai protocol kesehatan lainnya.

Keluarga yang menurut Nakes sebagai garda terdepan dalam memutus penyebaran Covid-19 telah gagal. Akhirnya, jumlah pasien positif Covid-19 terus bertambah. Nakes sebagai garda paling belakang akhirnya semakin berat tugasnya karena harus pontang-panting dalam menangani semakin bertambahnya pasien.

Oleh karena itu, masyarakat harus saling bekerja sama dalam mengatasi pandemi ini. Ketika masyarakat sudah acuh dalam menerapkan protokol kesehatan, sementara perkembangan covid-19 terus bertambah, maka hal itu menyebabkan bertumpuknya kekecewaan tenaga kesehatan.

Kekecewaan juga berakar dari ketidaktegasan pemerintah dalam larangan mudik dengan membuka transportasi darat, laut dan udara dengan berbagai celah sehingga bisa disiasati oleh calon penumpang dengan berbagai dalih termasuk pemalsuan surat keterangan bebas Covid-19, termasuk pemalsuan surat tugas yang saat ini marak dilakukan di era serba virtual.

Kekecewaan itu bertambah menguat dengan rencana BUMN beroperasi normal dengan tenaga kerja di bawah 45 tahun. Hal itu tentu membuat kecemburuan sektor swasta yang juga menuntut beroperasi normal. Terserahlah, kalau kasus positif Covid-19 membludak.

Ungkapan geram, sinis, bahkan sarkasme, karena tenaga kesehatan sudah frustasi dan kesal terhadap kebijakan yang 'ambigu'. Pemerintah masih melirik sektor ekonomi yang sebenarnya bisa diselamatkan setelah covid-19 benar-benar bisa diatasi.

Pengorbanan yang Sia-sia

Pengorbanan masyarakat yang taat di rumah saja selama 8-10 minggu lebih, dinodai oleh kebijakan 'semi pelonggaran'. Akibatnya, masyarakat yang sudah patuh dengan anjuran Pemerintah menjadi kecewa, yang pada akhirnya dapat menjadi putus asa. Banyak sekali masyarakat yang pada akhirnya menjadi tidak peduli atas apa yang terjadi.

Sebelum semuanya menjadi kacau, pemerintah hendaknya tetap fokus dalam penanganan wabah Corona, jangan terlalu memikirkan kemandegan roda ekonomi. Karena sesungguhnya roda ekonomi dapat dihidupkan dan diputar dengan sekencang-kencangnya setelah covid-19 berlalu.

Sifat mendua Pemerintah yang pada satu sisi ingin mengatasi covid-19 dengan cepat, tetapi di sisi lain ingin mengurangi PHK, mengurangi kemandegan ekonomi di sektor transportasi, perhotelan, dan kuliner. Kebijakan itu akhirnya direspon negatif oleh tenaga kesehatan yang sudah bersusah payah dan berkorban tidak pulang ke rumah berminggu-minggu di RS karena ingin Corona berlalu.

Jangan Suka-suka Kalian Saja

Saat ini Indonesia masih memiliki jumlah kematian pasien psoitif Covid-19 tertinggi di Asia Timur di luar China. Apakah kita nantinya dianggap sebagai bangsa yang ceroboh dan gegabah dalam penanganan wabah Corona. Jawabanya tentu tidak bukan. 

Oleh karena itu, ketika para relawan telah berjuang mati-matian melawan Covid-19, sementara masyarakat di luar acuh, maka laksana pepatah, tumbu tidak mendapatkan tutup, atau bertepuk sebelah tangan. Tidak ada gayung yang bersambut. 

Saat ini setidaknya sudah ada 52 Nakes yang meninggal dunia dengan kasus positif per 18 Mei 2020 sudah tembus di atas 18.000 kasus. Bagaimana dengan janji pemerintah yang tidak akan mengecewakan para Nakes? 

Namun, kebijakan yang diambil pemerintah ternyata berpotensi membuat kerumunan massa dalam jumlah besar seperti saat tanggal 18/5/2020 di Terminal 2 Bandara Soeta. Mereka seolah tidak menghiraukan protokol kesehatan dan menafikan UU nomor 6 tahun 2018 tentang Kedaruratan Kesehatan.

Sikap 'yo wis terserah, sak karepmu" harus segera disudahi karena tidak akan menyelesaikan masalah, malah justru memperkerush suasana. Oleh karena itu, sekali lagi pemerintah hendaknya selalu melakukan koreksi atas seluruh kebijakannya. Jangan sampai menyebabkan Nakes dan masyarakat yang sudah meng-gua-kan keluarganya berbulan-bulan di dalam rumah menjadi sia-sia.

Kini saatnya, pemerintah di era new normal lebih fokus pada pemulihan kesehatan masyarakat, dengan menekan angka positif dan kematian akibat Covid-19. Karena faktor nyawa tidak bisa diselamatkan di kemudian hari, sementara faktor ekonomi dapat di-recovery di kemudian hari.

*) Dr. H. Basrowi, M.E.Sy. Alumni Pesma Baitul Hikmah Surabaya, Alumni PPs Ekonomi Syariah UIN Raden Intan Lampung, S3 Ilmu Sosial Unair, dan S3 Manajemen SDM UPI YAI Jkt

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun