Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapitalis, Birokrat, dan Penderitaan Raykat

4 Mei 2020   21:30 Diperbarui: 4 Mei 2020   21:29 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Emosi ekonomi para kapitalis yang selama ini membuncah serta mengagungkan hasrat hedonimse sudah saatnya untuk dienyahkan dalam rangka menghilangkan nomadisme dan pemborosan yang pada akhirnya hanya memperlebar ketimpangan ketidakadilan.

Para kaitalis yang selama ini selalu berusaha meningkatkan dan mengeruk kekayaan materi telah menjadi mimpi buruk secara massif bagi rakyat yang menjerit kelaparan karena ketimpangan yang sangat 'njomplang'. 

Pengembaraan para kapitalis melalui mekanisme teknologi telah menghadirkan kenisbian suasana hingga membuahkan stereotif yang menganga mendorong semua orang untuk mengadu kompetensi yang tiada henti.

Hari ini, pandemi telah mendatangkan sifat empati para kapitalis sebagai nilai tanda (sign value) bahwa partikel-partikel kehidupan sejati telah bersemi dalam nurani. Pemberhalaan dan pemujaan harta yang selama ini telah menjadi rentetan kontinum dan terpatri daalm sanubari diharapkan dapat luntur berubah menjadi panggilan hati untuk bersama mengarungi ibu pertiwi yang sedang dirundung hati.

Birokrat dan Pembangunan Martabat

Begitu juga para birokrat jangan berhenti pada tataran procedural, tetapi marilah turut berkolaborasi sehingga dapat dijadikan sebagai detoksifikasi sifat korup menuju normalisasi tatanan ekonomi yang dipandu oleh etos malu. Sikap seperti itu juga diharapkan dapat mengobatai kanker kepongahan yang diekspresikan melalui kesadaran kolektif untuk saling membantu.

Syahwat kekuasaan sudah seharusnya di rem, dalam rangka melatih kesabaran. Para birokrat tidak boleh terjebak dalam lumpur yang penuh pamrih. Mereka juga tidak boleh berhenti dalam tangga kehidupan yang penuh tendensi materialistis. 

Para birokrat yang selama ini tiada henti menggeber gas roda ekonomi dalam rangka menghasilkan tumpukan harta sudah saatnya untuk dievaluasi. Bahwa kebutuhan nalar insani yang dipenuhi oleh hasrat untuk menikmati harus dikekang jangan sampai keluar dari logika konsumsi yang selalu ingin menguasai.

Imunitas para birokrat terhadap laku tindak yang kurang manusiawi juga harus segera direvisi agar menjadi humanis yang selalu menghargai kapasitas kemanusiaan

Ilustrasi rutinitas yang selama ini ditunjukkan lewat panggung depan para birokrat sebagai sebuah ekstravagan mencitai rakyat harus direalisasikan. Jangan sampai yang terjadi pada panggung belakang adalah realitas sebaliknya. Rakyatnya terjungkal dalam jurang kemiskinan dan telah jatuh dalam lubang hina laksana jasad tanpa jiwa.

Keheningan dalam keprihatinan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun