Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Doa dan Simpati untuk Para Pejuang Kesehatan

26 Maret 2020   14:53 Diperbarui: 10 November 2020   07:43 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiada ucapan terindah untuk para dokter, perawat, petugas laboratorium, petugas administrasi rumah sakit, petugas kebersihan, dan semua pihak yang terlibat langsung dalam penanganan kasus Covid-19 selain kata "terimakasih yang tidak terhingga."

Mereka itu, menjadi garda depan dalam memerangi wabah covid-19, sehingga seluruh pasien dapat tertangani dengan baik, tanpa harus menunggu antrian. 

Untuk itu, sudah selayaknya pemerintah memberikan penghargaan, apresiasi, dan insentif yang layak untuk mereka yang 24 jam melayani pasien, dan mereka akan tetap melayani sepanjang covid-19 belum mereda.

Tidak ada keinginan lain dari mereka kecuali harapan pasien yang ditanganinya sembuh. Mereka tentu akan selalu terbawa emosi pasien yang ditanganinya, baik marah, sedih, haru, khawatir, bingung, was-was. Yang jelas, mereka akan sangat gembira saat pasien dinyatakan sembuh. "Yes..!" ucapnya sambil mengepalkan tangan mereka.

Banyaknya dokter dan perawat yang tertular Covid-19 bahkan ada sebanyak 6 orang dokter yang meninggal dan 42 tenaga medis positif covid-19 karena menangani pasien, tentu menjadi keprihatinan kita semua. Untuk Dokter yang gugur, selamat jalan pahlawan kesehatan, jasamu untuk bangsa dan negara akan terukir indah selamanya yang tidak akan pudar di makan waktu. Pengorbanan jiwa ragamu menjadi inspirasi bagi dokter lainnya dalam mengabdikan diri kepada nusa dan bangsa.

Ke depan, semoga tidak ada lagi kabar duka yang menyelimuti dunia kesehatan. Semua petugas yang berada pada garda terdepan, diberi kesehatan, kekuatan, ketabahan, dan keimanan untuk mengamalkan ilmu dan keterampilannya bagi kemanusiaan, yang saat ini sangat membutuhkan.

Doa dan simpati untuk dokter Handoko Gunawan yang sudah berumur 80 tahun tetap semangat menangani pasien Covid-19. Dengan penuh semangat di atas sumpah Dokter, rasa kemanusiaan terpatri erat dalam hati dan sanubari beliau. Beliau tidak peduli dengan usianya, tidak peduli dengan larangan keluarganya, bahkan ia masih merawat pasien hingga pukul 03.00 diri hari. 

Berikut petikan tekad bulatnya untuk tetap menolong sesama. "Kalau saya mati juga gak apa-apa, tua, masih bisa lakukan hal yang berguna bagi orang banyak." Inilah sosok dokter yang dapat dijadikan contoh dan suri tauladan bagi dokter-dokter muda lainnya, untuk meletakkan sumpah dan janji menolong sesama di atas segalanya..

Beberapa simpati masyarakat terhadap dokter dalam bentuk pengiriman telur mentah dalam jumlah yang sangat banyak ke rumah sakit merupakan contoh kreatif yang perlu ditiru dan bisa juga dibuat dengan cara yang lebih kreatif lagi. Sebagai bentuk simpati dan dukungan dari seluruh unsur masyarakat kepada para pahlawan kesehatan.

Ada juga kelompok masyarakat di Makasar yang mengumpulkan donasi untuk membeli APD yang disumbangkan ke rumah sakit agar para petugas medis dan para medis dapat membantu penderita Covid-29 dengan lebih aman. Contoh seperti itulah yang patut disosialisasikan oleh para netizen dan media ke seluruh warga sehingga para pahlawan kesehatan selalu sigap dan bersemangat dalam menangani ratusan kasus Covid-19.

Indonesia Memanggil

Himbauan Mendikbud, Nadim Makarim bagi mahasisiswa kesehatan tingkat akhir untuk menjadi relawan penanganan Covid-19 perlu disambut gembira oleh semua elemen. Saat ini, Indonesia memanggil ilmu dan tenaga mereka untuk terlibat seccara bersama-sama dalam penanganan bencana wabah virus Corona. Himbauan ini sangat tepat untuk disambut, karena jumlah SDM medis dan para medis di Indonesia masih sangat terbatas, apalagi di daerah 3T (terdepan, terluar, dan terbelakang).

Jumlah dokter di Indonesia menurut data Kemenkes 2018 yaitu berjumlah 134.459 dokter umum yang tesebar di seluruh Indonesia. Dengan jumlah penduduk 265 juta jiwa berarti setiap dokter rata-rta melayani sebanyak 1.900 penduduk. Sayangnya lebih dari separoh dokter di Indonesia, praktik di Pulau Jawa yang mencapai 78.837 dokter umum. 

Di Jawa Barat menempati posisi terbanyak yaitu 20.929 dokter, DKI Jakarta 18.905 dokter,  Jawa Timur, 15.948 dokter, Jawa Tengah 12.358 dokter, Sumatera Utara 10.541. Sementara itu di wilayah lain seperti Sulawesi Barat hanya ada 154 dokter, Kalimantar Utara 244 dokter, Maluku utara 251 dokter, Papua Barat 309 dokter, Gorontalo 319 dokter, Bangka Belitung hanya 499 dokter.

Dengan kondisi yang seperti itu, diharapkan jumlah pasien Covid-19 tidak melonjak drastis. Namun, bila ada hal buruk yang harus dihadapi, dalam arti jumlah pasien bertambah, tentu dokter-dokter dari daerah yang jumlahnya banyak dapat dialihkan sementara ke daerah yang sangat membutuhkan.

Berbagai Profesi Berjibaku Melawan Corona

Ilmuwan di berbagai dunia telah mencoba membuat vaksin antivirus Corona, meskipun hasilnya belum maksimal. Namun, upaya kerja keras dibarengi dengan kerja cerdas mereka patut mendapat apreasi juga. Semua itu tidak lepas dari tanggung jawab keilmuwan mereka bagi kemanusiaan. Mereka berkejar-kejaran dengan waktu untuk menciptakan antivirus yang mampu melawan virus tersebut. Mereka dituntut dapat bekerja dengan sangat cepat untuk mencegah semakin meluasnya wabah tersebut.

Tidak kalah pentingnya dengan ilmuwan, para pekerja lapangan juga dengan gigih menyemprotkan disinfectant ke tempat-tempat umum dan jalanan untuk menghambat penyebaran virus Corona yang semakin hari semakin banyak memakan korban.

Berbagai ahli, mulai  ahli bangunan, sanitasi, teknik kesehatan, teknik listrik, ahli AC, ahli peredam panas, dan berbagai ahli berjibaku menyiapkan rumah sakit khusus Corona di Pulau Galang, Batam, Kepulauan Riau. Keberadaan rumah sakit tersebut diharapkan dapat menjadi jawaban atas kebutuhan masyarakat menghadapi ancaman Virus Corona. Rumah sakit tersebut juga diharapkan dapat menjadi pusat observasi dan isolasi pasien Covid-19.

Petugas rapid test atau pemeriksaan cepat yang menyebar ke pusat episentrum virus Corona juga layak mendapat apresiasi. Mereka tidak mengenal lelah melakukan test kepada semua orang dengan pemantauan (ODP) yang jumlahnya mencapai ribuan. Mereka akan masuk dari rumah ke rumah orang yang pernah kontak dengan pasien positif Corona.

Kerja keras juga dilakkukan oleh Gubernur Jateng yang telah berusaha menaikkan produksi Alqohol di Wonogiri, Jawa Tengah hingga 3 juta liter per hari. Tidak berhenti di situ, Gubernur juga bermaksud membangun pabrik masker di Brebes, mengingat tingginya permintaan.  

Kerja keras juga dilakukan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, serta Ketua Pelaksana Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang dengan sigap tengah menyulap Wisma Atlet di Kemayoran menjadi tempat pelayanan kesehatan bagi pasien dalam perawatan.

Usaha kreatif juga dilakukan oleh Walikota Surabaya yang membuat Bilik Disinfektan untuk mensetirilkan seluruh anggota badan dari Virus Corona. Upaya itu dilakukan untuk melawan Virus Corona yang sudah mewabah di Surabaya.

Dokter sebagai tumpuhan Terakhir

Berbagai inovasi pemenuhan supply chain sebagaimana telah dijelaskan di atas, semuanya merupakan upaya sungguh-sungguh dari pemerintah dan semua pihak yang terlibat, termasuk NGO dan kelompok masyarakat yang sama sekali tidak menginginkan Covid-19 meraja lela memakan korban jiwa di Indonesia.

Ketika semua unsur masyarakat dan pemerintah telah berjibaku, maka dokter dan petugas paramedis lah yang dapat dijadikan tumpuhan terakhir yang akan menangani seluruh pasien Covid-19. Tanpa mereka, korban Covid-19 akan semakin banyak. 

Tidak berlebihan sekiranya kita semua angkat topi kepada pahlawan kesehatan sebagai bentuk penghormatan dan rasa salut atas pengorbanan waktu, tenaga, jiwa dan raga mereka demi kemanusiaan. Di tangan dokter lah, upaya peningkatan kesehatan penduduk dapat tercapai, dan di tangan dokter lah penyebaran virus Corona dapat teratasi dengan baik. Semoga.

*) Dr. Basrowi, pengamat kebijakan publik, Alumsi S3 Unair Surabaya, dan S3 UPI YAI Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun