Hari ini, polisi, babinsa dan petugas terkait berkeliling ke kampung-kampung penduduk untuk mensosialisasikan bekerja dari rumah, beribadah di rumah dan melakukan social distancing.Â
Di Lembang, polisi menyisir tempat nongkrong anak muda, kafe, warung-warung kopi dan tempat kerumunan untuk menghimbau kepada masyarakat untuk pulang ke rumah masing-masing, dalam rangka menghindari penyebaran Virus Corona. Bahkan hari ini, polisi akan menindak secara tegas, setiap ada kerumunan. Siapa pun yang memaksa orang lain untuk berkumpul, akan dikenai sanksi.
Kemenkes juga selalu menghimbau kepada anak muda, agar jangan gagah-gagahan berkumpul-kumpul, nongkrong tanpa menggunakan APD, karena mereka bisa sakit Covid-19 dan berpeluang menyebarkannya kepada masyarakat lain yang masih sehat.
Kursi tunggu di bank, di bandara, dan tempat-tempat umum semuanya diberi jarak tempat duduknya dengan cara setiap selang satu diberi silang. Hal itu juga ditujukan dalam rangka membudayakan social distancing sehingga setiap orang ada jarak.
Di Masjid al-akbar Surabaya, tempat berdiri antar jamaah dibuat berjarak 1 meter dalan berjamaah sehingga social distancing benar-benar diterapkan. Begitu juga waktu khutbah dipersingkat, serta bacaan surat oleh imam juga memilih surat pendek-pendek, semua itu merupakan jawaban ilmiah yang tidak keluar dari rasa pongah.
Makna Pongah
Sikap pongah, terkesan menyepelekan, dan tidak Sains merupakan sikap yang kurang santun bila diperlihatkan kepada publik di saat seperti sekarang ini di mana virus Corona (Covid-19) sedang mewabah. Â
Sikap pongan merupakan sikap sombong terhadap segala persoalan yang sedang dihadapi, seolah-olah lawan yang dihadapi hanya hal yang sepele sehingga tidak perlu serius dalam menghadapi. Termasuk sikap menyepelekan sesuatu yang memandang remeh yang seharusnya ditangani secara sangat serius. Sikap ini merupakan sihap yag kurang baik, karena selain meniadakan sikap kewaspadaan juga dapat berakibat sangat fatal.
Niat baik para pejabat negara yang tidak menggunakan APD saat bersama wartawan, dengan tujuan agar masyarakat tidak panik, tetapi oleh banyak pihak terkadang justru seperti memberi contoh kepada mereka, sehingga mereka tetap berleha-leha, seolah-olah virus corona masih jauh.Â
Bahkan ada yang menganggap bahwa virus itu belum nyata mengancam jiwa mereka. Terbukti masih banyak masyarakat yang tidak menerapkan social distancing dan menggunakan alat pelindung diri ketika berada pada kerumunan.
Contoh Sikap Jauh Dari Pongah
Sikap pongah akan berakibat buruk, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Terkadang mereka yang pongah justru terkena batunya atau makan tuannya.Â
Oleh Tuhan YME, sikap itu bisa jadi langsung dijawab dengan kondisi sebaliknya. Karena yang layak mempunyai sikap pongah itu hanya Tuhan. Manusia hanya boleh berusaha dan berdoa.
Negara Italia mempunyai kasus positif Covid-19 yang sangat besar, karena di negara itu, proses penangannya tidak sesigap yang disarankan oleh WHO. Penanganan yang santai, tidak cepat, dan tidak menggunakan SOP akan mampu meningkatkan jumlah penderita posifit Covid-19.
Memberi contoh tidak menggunakan APD pada saat berada pada kerumunan, dan tidak menjaga jarak (social distancing) juga merupakan sikap yang kurang terpuji. Begitu juga berbagai penyataan seperti 'virus corona bisa sembuh sendiri, seperti flu biasa," juga merupakan pernyataan yang menggarah pada anti sains. Â
Upaya MUI mengharamkan orang dalam pengawasan (ODP) dan Pasien dalam pengawasan (PDP) mengikuti majelis ta'lim juga merupakan bentuk penghindaran rasa pongah dan penekanan sains.Â
Banyaknya orang yang ke masjid dengan penataan barisan (shaf) seperti belum ada wabah virus Corono pada dasarnya merupakan bentuk anti sains yang perlu dikritisi, karena Islam itu ilmiah dan mudah.
Upaya MUI mengkaji cara berwudlu bagi petugas kesehatan yang harus memakai APD lengkap selama 8 jam, sehingga ada kepastian dalam memakai APD tersebut juga merupakan upaya sains yang perlu untuk dikaji lebih dalam, sehingga tidak pro ada dan kontra dalam bersuci.
Upaya Menteri Agama yang mengajak umat Islam untuk tidak menyelenggarakan peringatan isra' mi'raj dalam bentuk kumpulan massa juga telah berupaya membawa kegiatan keagamaan dalam ranah sain, tidak pongah, dan tidak menyepelekan ganasnya penyakit Covid-19 yang hingga hari ini belum ada obat yang diyakini dapat menyembuhkannya.
Masjid Jogokarian Yogyakarta juga membagikan hand sanitizer secara gratis kepada warga untuk menghambat penyebaran virus Corona. Sultan HB X juga menegaskan bahwa,Â
"Tuhan bersama orang-orang yang taat aturan." Artinya, mereka yang taat aturan akan diberi keselamatan dan kesehatan, sementara yang tidak taat aturan maka mereka akan sakit. Contoh tidak taat aturan lainnya seperti tidak mau melakukan social distancing, tidak mau memakai APD saat berada di kerumunan, malas cuci tangan secara rutin, dan lainnya. Mereka yang tidak taat atura, berarti bersikap pongah, dan anti sains. Â
Pembatasan besuk tahanan di semua lembaga pemasyarakatan juga merupakan upaya ilmiah untuk menghambat penyebaran virus Corona. Â Begitu juga, inisiasi KPK membuat ruang khusus untuk memeriksa saksi juga merupakan tindakan ilmiah yang lepas dari kesombongan.
Berbagai himbauan dari Ma'ruf Amin, agar ulama tidak membuat perkumpulan, bahkan Wakil Presiden juga meminta MUI untuk membuat berbagai fatwa tentang fiqh, ibadah, dan muamalah. Sebagai contoh adanya anjuran dokter untuk tidak memandikan jenazah yang meninggal karena Covid-19 juga memerlukan fatwa MUI, sekaligus sebagai jawaban agama yang bersifat ilmiah yang lepas dari rasa sombong.Â
Penghapusan mudik gratis juga merupakan bentuk keputusan yang rasional di tengah mewabahnya Covid-19. PT KAI yang memberi kemudahan kepada pemesan kereta lebaran juga merupakan jawaban ilmiah atas wabah Corona.
Penyemprotan disinfectant kepada seluruh ojek on-line menunjukkan bahwa, semua phak ingin menggunakan rasionalitasnya dalam mencegahan penyebaran virus Corona. Â Â
Pemkot Bandung dan DKI yang memasang tempata cuci tangan di tempat umum dengan menggunakan air dan sabun tangan. Serta pemasangan hand sanitizer di tempat umum, juga menjadi bukti bahwa semuanya dilakukan secara ilmiah bukan tanda dasar.
Membaca seluruh uraian diatas, sudah saatnya kita dalam berperilaku, bersikat, bersosialisasi, dan berdia sosia selalu menekankan sain, tidak sombong, dan tidak meremehkan segala sesuatu yang berkaitan dengan virus.
Jangan Covidiot
Marilah berfikir sehat, jangan jadi covidiot, menganggap Corona sebagai lelucon, dan tidak membahayakan, dapat dihadapi tanpa harus social distancing.Â
Mereka bahkan mengatakan tidak perlu mengurung diri di rumah, tidak perlu menggunakan masker dan sebagainya. Mereka selalu berfikir yang berlawanan dengan yang disarankan. Mereka tetap suka ke pasar, tetap keluar rumah, memilih berlibur di luar rumah, senang berhura-hura dengan temannya, senang berkumpul, atau menongkrong bersama teman-temannya.
Semua itu dapat dikategorikan bersikap Pongah atau anti sains. Semoga saja semua pembaca yang budiman, bisa berperilaku tidak pongah, tidak anti sain, dan tidak Covidiot.
*) Dr. Basrowi, Pengamat Kebijakan Publik, Alumni S3 Unair Surabaya dan S3 MSDM UPI YAI Jakarta serta Penggiat Ekonomi syariah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H