Mohon tunggu...
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD
Dr.Dr.Basrowi.SE.ME.MPd.PhD Mohon Tunggu... Dosen - Pengamat adm bisnis Alumni S3 Unair, Alumni S3 UPI YAI Jakarta, S3 Asia e University

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Pongah, Covidiot, Apalagi Anti Sains

23 Maret 2020   21:46 Diperbarui: 24 Maret 2020   09:26 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sikap pongah akan berakibat buruk, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Terkadang mereka yang pongah justru terkena batunya atau makan tuannya. 

Oleh Tuhan YME, sikap itu bisa jadi langsung dijawab dengan kondisi sebaliknya. Karena yang layak mempunyai sikap pongah itu hanya Tuhan. Manusia hanya boleh berusaha dan berdoa.

Negara Italia mempunyai kasus positif Covid-19 yang sangat besar, karena di negara itu, proses penangannya tidak sesigap yang disarankan oleh WHO. Penanganan yang santai, tidak cepat, dan tidak menggunakan SOP akan mampu meningkatkan jumlah penderita posifit Covid-19.

Memberi contoh tidak menggunakan APD pada saat berada pada kerumunan, dan tidak menjaga jarak (social distancing) juga merupakan sikap yang kurang terpuji. Begitu juga berbagai penyataan seperti 'virus corona bisa sembuh sendiri, seperti flu biasa," juga merupakan pernyataan yang menggarah pada anti sains.  

Upaya MUI mengharamkan orang dalam pengawasan (ODP) dan Pasien dalam pengawasan (PDP) mengikuti majelis ta'lim juga merupakan bentuk penghindaran rasa pongah dan penekanan sains. 

Banyaknya orang yang ke masjid dengan penataan barisan (shaf) seperti belum ada wabah virus Corono pada dasarnya merupakan bentuk anti sains yang perlu dikritisi, karena Islam itu ilmiah dan mudah.

Upaya MUI mengkaji cara berwudlu bagi petugas kesehatan yang harus memakai APD lengkap selama 8 jam, sehingga ada kepastian dalam memakai APD tersebut juga merupakan upaya sains yang perlu untuk dikaji lebih dalam, sehingga tidak pro ada dan kontra dalam bersuci.

Upaya Menteri Agama yang mengajak umat Islam untuk tidak menyelenggarakan peringatan isra' mi'raj dalam bentuk kumpulan massa juga telah berupaya membawa kegiatan keagamaan dalam ranah sain, tidak pongah, dan tidak menyepelekan ganasnya penyakit Covid-19 yang hingga hari ini belum ada obat yang diyakini dapat menyembuhkannya.

Masjid Jogokarian Yogyakarta juga membagikan hand sanitizer secara gratis kepada warga untuk menghambat penyebaran virus Corona. Sultan HB X juga menegaskan bahwa, 

"Tuhan bersama orang-orang yang taat aturan." Artinya, mereka yang taat aturan akan diberi keselamatan dan kesehatan, sementara yang tidak taat aturan maka mereka akan sakit. Contoh tidak taat aturan lainnya seperti tidak mau melakukan social distancing, tidak mau memakai APD saat berada di kerumunan, malas cuci tangan secara rutin, dan lainnya. Mereka yang tidak taat atura, berarti bersikap pongah, dan anti sains.  

Pembatasan besuk tahanan di semua lembaga pemasyarakatan juga merupakan upaya ilmiah untuk menghambat penyebaran virus Corona.  Begitu juga, inisiasi KPK membuat ruang khusus untuk memeriksa saksi juga merupakan tindakan ilmiah yang lepas dari kesombongan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun