Mohon tunggu...
Basri Muhammad Ridwan Sangadji
Basri Muhammad Ridwan Sangadji Mohon Tunggu... Penulis - bukan aktivis

Perjalanan menuju dan meraih dunia baru (masa depan) memang berat.tapi yakinlah dengan usaha yang keras pasti akan sampai pada tujuanmu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa dalam Pusaran Idealis Utopis dan Realis Pragmatis

8 Mei 2023   08:07 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Milik Penulis Secara Pribadi

Mahasiswa realistis juga tidak salah, yang salah adalah mahasiswa traitorisme!

Katakanlah pada diri kalian kawan, ingin jadi apa kalian setelah lulus pendidikan universitas? tentu banyak pilihan bukan, yang pasti selinier dengan jurusan kawan-kawan, bisa juga keluar jalur, PNS, karyawan bank, masuk parpol untuk caleg.

Pilihan dari kawan-kawan merupakan pilihan realis, yang sudah menjadi acuan ketika masih duduk dalam kelas kelas SKS yang di program. Untuk sebagian mahasiswa realis, mereka cenderung terlihat disiplin, datang tepat waktu, menjadi ketua kelas, sampai mencoba menjilat dosen untuk menjadi asisten dosen.

Tidak salah bukan, itu adalah pilihan mulia guna mencapai tujuan, untuk membanggakan keluarga, bangsa, dan agama. Kelak sikap realisme yang diaplikasikan akan mendapat kredit dari pihak-pihak yang merasa terbantu oleh kalian.

Tapi kawan, kadang kala kalian jangan terlalu sering menjadi pragmatis hanya karena pandangan realis, takutnya ketika terbutakan justru hanya jadi subjek pemanfaatan.

Karena sekolah adalah tempat untuk belajar, jadi belajarlah selayaknya pendiri bangsa kita belajar, yaitu belajar untuk menolak segala tawaran-tawaran, dan mengubah sesuatu yang nothing to be something dengan kerja keras, cerdas, dan tegas.

Tidak salah menjadi realis, namun jangan meninggalkan esensi mahasiswa untuk menjalankan tusinya (tugas dan fungsi). Salah jika saat mahasiswa tidak menjadi apa-apa (idealis maupun realis), namun hanya diam karena ketakutan dan keberadaan rasa malu.

Mahasiswa yang takut dan malu adalah seorang pengkhianat, dia berkhianat kepada harapan orang tua, berkhianat kepada kebanggaan keluarga, dan berkhianat kepada anak-anak yang tidak mampu bersekolah.

Kadang golongan tersebut mendapat istilah golongan traitorisme. Mereka yang traitorisme juga mempunyai tujuan ketika berpendidikan di univeritas, namun tidak mampu beradaptasi karena terbelenggu rasa malu dan takut.

Oleh karena itu, menjadi realis dan pragmatis tidak salah. Namun jika tidak menjadi keduanya (realis dan idealis), itu adalah masalahGambar Mahasiswa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun