Mohon tunggu...
Basri Muhammad Ridwan Sangadji
Basri Muhammad Ridwan Sangadji Mohon Tunggu... Penulis - bukan aktivis

Perjalanan menuju dan meraih dunia baru (masa depan) memang berat.tapi yakinlah dengan usaha yang keras pasti akan sampai pada tujuanmu.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mahasiswa dalam Pusaran Idealis Utopis dan Realis Pragmatis

8 Mei 2023   08:07 Diperbarui: 8 Mei 2023   08:35 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar Milik Penulis Secara Pribadi
Gambar Milik Penulis Secara Pribadi

Kawan-kawan tentu mengenal sosok pemikir bernama Tan Malaka. Ia merupakan satu dari banyaknya keturunan minang yang diakui pemikirannya. Sepanjang karier pengajaran dan pelariannya, Tan pernah berkata "Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda".

Lalu benarkah yang demikian itu, sebab belakangan sikap seperti itu hanya terdapat pada masa Tan, Gie, Sjahrir, Hamka, Soekarno, Bung Hatta?

Tokoh-tokoh di atas membanggakan idealismenya lebih dari godaan kepentingan. Mereka rela menjadi martir kekuasaan, dicaci, dihujat, dan difitnah, namun tetap menggenggam erat idealismenya. Sejak dari masa pendidikan---entah itu HIS, HBS, Kweekschool, dan sekolah kolonial setara sekolah rakyat lainnya---mereka tetap bangga menjadi inlanders atau pribumi.

Secara historis, dari masa keemasan kerajaan nusantara sampai kepada periode pergerakan nasional, pemuda Indonesia dikenal dengan semangat perjuangannya. Dinamika yang dibangun oleh pemuda maupun tetua berkutat pada gagasan adat, agama, serta budaya.

Jika membedah lebih dalam mengenai kalimat Tan di atas, maka jelas terlihat bahwa ia mencoba merangkai dua diskursus menjadi satu masalah serius. Diskursus pertama adalah idealisme, kemudian diskursus kedua ialah pemuda.

Idealisme yang dipunyai mahasiswa dan/atau pemuda memang seyogyanya merupakan kemewahan yang dimilikinya. Sikap idealis telah banyak membantu singkap tabir dalam kotak pandora, seperti tritura, maupun reformasi.

Memang jelas hal tersebut merupakan tanggung jawab moral yang harus disikapi secara benar. Sebab bila tidak, justru sikap idealis yang katanya menjadi kemewahan terakhir malah akan mengubur mahasiswa tersebut kepada pusaran kepentingan.

Belakangan mahasiswa di manapun universitasnya, mereka memang paling membanggakan sikap idealisnya, sampai-sampai ada ungkapan "kita orang itu harus bertanggung jawab kepada rakyat, kalau tidak siapa yang bela rakyat." Atau jika kalian pernah ikut dalam barisan demonstrasi, pasti kalian pernah tau atau mendengar mengenai sumpah Mahasiswa Indonesia.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, bertanah air satu tanah air tanpa penindasan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbangsa satu bangsa yang gandrung akan keadilan.

Kami mahasiswa Indonesia bersumpah, berbahasa satu bahasa tanpa kebohongan.

Frasa dalam sumpah mahasiswa tersebut merupakan bukti adanya idealisme mahasiswa dalam setiap arah geraknya. Bayangkan saja, trisila yang kerap dilantangkan mahasiswa tersebut bisa menjadi titik balik patriotisme mahasiswa.

Tidak percaya? Lihat saja reformasi yang berhasil menggulingkan piramida kekuasaan Soeharto selama 32 tahun jabatan. Jadi menjadi idealis adalah pilihan mulia, yang mampu menjadi stamina bagi perubahan di dalam papan catur politik Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun