Majunya satu Negara selalu diikuti dengan kebutuhan energi. Fosil yang menjadi sumber energi utama saat ini memiliki kekurangan yaitu menghasilkan karbon dioksida sebagai sisa reaksi atau pembakaran. Gambar diatas merupakan 10 negara dengan emisi karbon dioksida terbanyak di dunia, yaitu :
- Cina 11.980 ton
- Amerika 5.630 ton
- India 2.706 ton
- Rusia 1.945 ton
- Jepang 1.456 ton
- Jerman 878 ton
- Korea Utara 742 ton
- Iran 740 ton
- Arab Saudi 704,1 ton
- Kanada 680 ton
Maka perlu langkah nyata dari kita agar dapat menekan peningkatan jumlah karbon dioksida di udara? Salah satu caranya ialah menjadikan energi terbaharukan sebagai sumber energi utama.
Di Indonesia sendiri telah melakukan satu tindakan nyata, yaitu upaya menggantikan bahan bakar solar dengan bahan bakar minyak kelapa sawit 100 persen. konon, Minyak kelapa sawit yang dinamai B100 ini lebih irit dan lebih ramah lingkungan.
Amerika yang merupakan masuk daftar 10 negara dengan karbon dioksida terbanyak juga sedang giat-giatnya membangun energi terbaharukan. Jenis yang paling diminati ialah panel surya dan turbin angin.
Peningkatan jumlah panel surya dan turbin angin sudah menekan pemakaian batu bara di Negara tersebut. Pada tahun 2018 pemakaian batu bara turun 4 persen, ini merupakan penuruan terbesar selama 39 tahun terakhir.
 Berkat berkembangnya industri energi tanpa emisi tersebut telah meningkatkan lapangan pekerjaan sebesar 3,6 persen pada tahun 2018 dan diharapkan tahun 2019 dapat meningkat sebesar 6 persen.
Jadi pengembangan energi terbaharukan bukan hanya menekan peningkatan karbon dioksida, disamping mendapatkan energi tanpa polusi juga meningkatkan lapangan pekerjaan. Artinya, menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru, tapi malah mendapat banyak keuntungan.
Â
Sumber Bacaan
Global CO2 Emissions Hit a Record High Last Year. These Countries Are to Blame