Selamat malam para manusia kesayangan. Apaka kabar hari ini? Semoga baik yah. Oh iya, setelah beberapa bulan saya tidak menulis tentang politik, hari saya coba untuk menerka-nerka lagi. Apalagi saya kira situasi dan kondisi politik jelang Pilwalkot cukup rumit untuk ditebak.
Oke, baiklah. Saya akan memulai pandangan politik saya ini untuk kembali mengingat Pilwalkot 2018. Tentu kawan-kawan seluruhnya sudah tahu bagaimana awal dan akhirnya Pilwalkot Makassar ketika itu. Saya pribadi menilai Pilwalkot 2018 adalah Pilwalkot paling bersejarah.
Saya ingin meminjam kalimat dari sebuah novel dengan judul Hilang yang ditulis oleh seorang penulis muda Nawang Nidlo Titisari "Sebuah Kekalahan Tanpa Pemenang". Kupikir itu adalah frase saya tentang Pilwalkot 2018. Pertarungan yang berujung tanpa pemenang itu memang menyakitkan.
Setahun berlalu, kini Pilwalkot kembali akan didengungkan. Sejumlah nama kembali bermunculan untuk ambil bagian. Tidak terkecuali mereka yang bertarung tapi berakhir tanpa pemenang. Adalah hal yang wajar jika demikian, tentu saja.
"Dalam perang Anda hanya bisa terbunuh sekali, tapi dalam politik Anda bisa mati berkali-kali" adalah kalimat yang dipopulerkan oleh tokoh Britania Raya, Sir Winston Churchill. Kupikir kalimat ini banyak dimanipulasi oleh politisi untuk terus eksis berkontestasi di Pilwalkot. Entahlah.
Iring-iringan opini yang kian pekat akhir-akhir ini, tentu sebagai penanda Pilwalkot memang begitu seksi didengar dan diperbincangkan. Mulai dari dengan latar belakang kandidat, hingga asal muasal kelahiran kandidat terus bergejolak menjadi headline media.
Sebagaimana biasanya, kandidat adalah manusia paling suci untuk menempati kursi panas dengan segala macam jargonnya. Danny Pomanto misalkan, walau kalah tanpa bertarung pada Pilwalkot 2018, Danny masih disebut paling mencolok dari kandidat lain.
Bukan tanpa alasan, Danny secara figur masih diunggulkan oleh berbagai survei. Karenanya, politisi NasDem itu sudah dipastikan ambil bagian di Piwalkot. Apalagi, NasDem merupakan partai pemenang di parlemen Kota Makassar.
Tapi apakah itu akan mulus? Kupikir pertanyaan ini masuk akal sekaligus agak nakal. Banyak hal yang bisa terjadi, bahkan sesuatu yang sangat mungkin bisa menjadi tidak mungkin. Kenapa demikian? Saya ingin mengutip kalimat populer para politisi Makassar "politik itu dinamis".
NasDem sebagai partai berkecimpungnya Danny, hingga kini masih bungkam terkait Pilwalkot. Padahal pada sejumlah daerah yang menggelar Pilkada, NasDem membuka pendaftaran tapi di Makassar dan beberapa daerah tidak dilakukan. Kenapa dan Mengapa?
Partai besutan Surya Paloh itu seperti bermain layang-layang, tarik kemudian dilepas, begitu seterusnya hingga waktu itu tiba. Apalagi, pasca masuknya Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam jajaran kabinet Indonesia Maju semakin membuat NasDem dalam on the track di Pilwalkot.
Berita bahagia ini membuat Danny dalam dua dugan-dugaan yakni apakah kerinduannya terhadap SYL beberapa waktu lalu akan berakhir manis atau justru menjadi awal ketidakmungkinan yang lain. Nanti kita akan menjadi saksi bagaimana skenario ini bersuara dan berbicara.
None Bersukacita
Pengumuman Kabinet Indonesia Maju oleh Presiden Joko Widodo pada 23 Oktober lalu sempat membuat riuh di Sulsel. Bahkan, Gubernur Sulsel sempat memberikan komentar jika menteri asal Sulsel yang masuk kabinet merupakan sosok yang agamawan.
Prediksi mantan Bupati Bantaeng itu rupanya meleset yang kemudian mendapat kritik dari Sekretaris DPW NasDem Sulsel, Syaharuddin Alrif. "Katanya Gubernur NA, SYL tidak jadi menteri, apaji ini buktinya?. Makanya jangan sok tahu," sebagaimana dikutip dari fajar.co.id.
Pernyataan NA itu sendiri, bisa jadi bukti bahwa hubungan politik antara NA dan SYL kurang baik. Apalagi, semenjak NA menjadi Gubernur Sulsel menggantikan SYL, sejumlah pejabat dilakukan mutasi. Termasuk Irman Yasin Limpo (None) yang tidak lain adalah adik kandung SYL.
Pasca SYL dilantik menjadi Menteri Pertanian, None yang baru saja dimutasi seperti ketiban durian runtuh. Hal itu kemudian menggelorakan semangat untuk maju di merebut 01 Makassar yang kini dijabat Pelaksana Tugas (Plt) yang tidak lain adalah hasil rekomendasi NA.
Tidak hanya itu, None bisa jadi akan dapat kado istimewa selanjutnya untuk masuk NasDem. Apalagi, pasca Munas NasDem lalu, Ketua DPW NasDem Sulsel Rusdi Masse ditunjuk sebagai Ketua OKK DPP NasDem sehingga membuat posisi Ketua DPW NasDem Sulsel menjadi lowong.
Kapasitas dan kapabilitas None tentu tidak diragukan lagi untuk menempati posisi Ketua DPW. Siapa None? Siapa SYL? Siapa RMS? Semua tentu tahu bagaimana track rekor ketiganya, apalagi ketika SYL dan RMS masih di Golkar dan juga hubungan dari ketiganya. Sehingga tidak perlu dijelaskan.
Jika demikian, harapan None untuk maju pada Pilwalkot seperti jalan tol, mulus dan bebas hambatan. Bisa jadi. Ini hanya dugaan-dugaan. Semua masih dapat dikomunikasikan. Tidak ada yang tidak mungkin dalam politik bukan. Ingat pesan None "Jangan pikir macam-macam".
Kemana Danny?
Lalu, bagaimana dengan Danny? Kupikir ini akan sangat menarik ditelisik. Sebab jika NasDem memberikan rekomendasi kepada None, Danny berpeluang akan keluar dari track. Sebab, diawal saya sudah pastikan bahwa Danny tidak mungkin tidak maju di Piwalkot 2020. Kecuali ada kejadian luar biasa.
Dugaan saya, jika Danny tidak mendapatkan rekomendasi NasDem, maka ini adalah pukulan telak. Walau tentu saja tidak akan menumbangkan Danny untuk maju di Pilwalkot. Banyak opsi yang bisa dilakukan, salah satunya dengan melakukan komunikasi dengan PDIP.
Iya, tentu saja PDIP. Daya tawarnya adalah partai ini adalah partai pemenang pemilu 2019 yang menguasai parlemen dan merupakan partai dari Presiden Joko Widodo. Dan kita tahu bersama bagaimana track record Danny pada Pilpres lalu di Kota Makassar.
Lalu, apakah jalur ini akan meredam tensi politik antara Danny dan NA yang selama ini sedang tidak baik-baik saja? Yah bisa jadi iya. Apalagi, jika PDIP menjadi tolak ukurnya. Kan PDIP pengusung utama NA pada Pilgub lalu kan PDIP.
Tapi semudah itu kah? Lah ini menjadi bagian yang tidak kalah penting. Pengembalian mutasi hingga kegiatan F8 yang diambil alih Danny tidak mudah untuk dilupakan. Dan bisa jadi banyak hal lain yang mungkin kita tidak ketahui. Ini hanya dugaan-dugaan. Tapi tentu saya akan cukup menimatinya dengan segelas coklat panas.
Kupikir cukup sekian, peluk hangat dari jauh. Salah lestari, salam literasi, saya Sofyan Basri. #AKUMENCINTAIMU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H