Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Presisi Aksi Demonstrasi Makassar

29 September 2019   10:43 Diperbarui: 29 September 2019   11:24 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab selain telah melanggar sejumlah aturan yang sebelumnya telah saya jelaskan juga seperti hilang kendali. Sebagai contoh, ketika kawan kami dari LKBN Antara, Darwin Fatir dan dua jurnalis lainnya dipukuli dengan sangat brutal.

Yang disayangkan, Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Dicky Sondani membantah terjadinya pengeroyokan. Ia bahkan mengingatkan untuk memakai tanda pengenal sebagai wartawan. Tapi kemudian dari berbagai video, kawan kami Darwin telah sesuai dengan prosedur itu.

Dan lagi, insiden itu hanya dibarengi dengan permintaan maaf. "Kami minta maaf. Anggota yang melanggar akan diberikan sanksi. Nanti kita akan lakukan penyelidikan dulu oleh Propam. (Sanksi) Tergantung dari hasil sidang disiplin," kata Dicky Sondani. (cnnindonesia.com)

Atas kejadian ini, saya ingin mengatakan bahwa kasus ini harus diungkap secara terbuka. Tidak boleh didiamkan apalagi disembunyikan. Saya tidak ingin seperti kasus-kasus kekerasan terhadap jurnalis lain yang hanya berujung tanpa kejelasan. Jika kembali seperti itu, JELAS ITU TIDAK FAIR.

Ajang Selfie dan Narsis

Oke baiklah, sejenak kita keluar dulu dari ketegangan yang dibahas sebelumnya. Mari kita menelisik lebih jauh dari aksi demonstrasi kemarin. Barangkali kita akan menemukan hal-hal unik dan menarik. Kupikir ini bisa jadi bumbu-bumbu yang perlu diperlihatkan juga.

Sebab aksi demonstrasi kemarin itu pelakunya merupakan generasi z yang unik juga genit. Sebagai contoh yang unik dan genit yang saya maksudkan adalah mengenai kalimat yang disampaikan melalui bahasa yang amat milenial seperti "Jangan Matikan Keadilan Matikan Saja Mantanku". Asek sekali yah.

Saya kira ini cara yang amat sederhana untuk mengungkapkan keresahan pada dua sisi sekaligus. Pertama, resah karena sejumlah rancangan undang undang yang dibahas DPR itu sangat kontroversial. Kedua, resah karena belum bisa move on dari sang mantan rupanya. Ini menarik, ah juga genit.

Hal lain yang bisa menarik perhatian adalah narsis. Kupikir anak-anak milenial juga memang sangat narsis sih. Gimana tidak, makan saja, foto dulu, dan up load kemudian. Begitu juga saya kira dengan aksi yang dilakukan kemarin. Tidak dipungkiri ada hal semacam ini.

Bahkan, ketika saya berjalan keliling dari depan Kantor DPRD Sulsel ke Jalan AP Pettarani, saya mendapati sejumlah kejadian ini. Malah ada juga peserta aksi yang bernaung sambil pesan makan cepat saji seperti KFC sambil nge-AC. hehehe

Walau saya tidak ingin secara serampangan mengatakan mereka ini sekedar narsis tanpa ikhlas membela poin kesepatakan oleh aliansi. Akan tetapi, perlu menjadi catatan kepada kita semua bahwa narsis itu ada disekitar kita. Jangan sampai narsis mengelabui eksistensi perjuangan. INI TIDAK BOLEH DIBIARKAN. Sebab perjuangan itu hanya kepentingan publik dan kemanusiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun