Aku sedang duduk merenung, menapaki jalan jutaan kilometer
Menggulung jarak, menghentikan waktu yang berputar sejenak
Kudapati lirih begitu pedih diatas tumpukan reruntuhan rumah
Menganga menghadap kepada langit dengan kalimat pilu begitu sedih
Air mata tak lagi terbendung, melintas seperti arus sungai Nil
Menerobos batin yang memuncak atas sikap tak adil
Sebagiannya lagi hanya diam, menahan amarah yang menjadi-jadi
Pandangan kosong atas sikap Presiden yang mati suri
Dentuman, ledakan, dan kelaparan seperti makanan sehari-hari
Teriakan, tangisan, dan suara sirine seperti alunan simfoni
Menyelimuti kalbu yang sesak penuh duri
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!