Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pengkerdilan Politik

9 Mei 2018   02:31 Diperbarui: 9 Mei 2018   03:27 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atau kalau paling tidak merekrut orang dengan keterwakilan pamor. Misalnya munculnya berbagai artis yang berhijrah kepolitik. Kupikir hal ini tidak salah dari segi apapun. Ini wajar-wajar saja ketika dipandang dari sisi politik untuk mendapatkan suara dalam kontestasi politik. Namun apakah itu tidak mengkerdilkan kaderisasi partai itu sendiri?

Saya sendiri ingin mengatakan bahwa apa terjadi dalam dunia politik saat ini ada sebuah kebablasan yang sangat akut. Melakukan framming bahwa politik itu akan hadir dalam kontestasi Pilkada atau Pilpres dengan skala waktu lima tahun. Hingga melakukan peluasan pemaknaan politik untuk membenarkan tindakan SARA hingga membuyarkan rasa kemanusiaan.

Kupikir dua alasan inilah yang membuat politik nasional seperti irasional. Lebih mementingkan mengawang-ngawang ketimbang melakukan perjalanan masuk pelosok desa hingga lorong-lorong kota. Lebih mementingkan ketenaran semu dalam dalam framing media daripada membersihkan sampah dari dipekarangan rumah hingga kompleks perumahan bersama tetangga dan keluarga.

Membingkai politik SARA dan kampanye negatif untuk urusan pesanan calon yang kemudian menjadikan rakyat sebagai serdadu demokrasi untuk saling beradu argumentasi. Gontok-gontokkan melakukan pembelaan hingga membuat kegaduhan demi tercapainya nafsu kekuasaan.

Ini sesuai apa yang disampaikan oleh Pramoedya Ananta Toer bahwa "Akan ada permainan politik oleh orang-orang kriminal dan permainan kriminal oleh orang-orang politik". Tengoklah berapa banyak kepala daerah yang ditangkap karena menyalahgunakan kewenangan hingga berujung korupsi.

Padahal politik itu bermakna sangat luas. Tidak bisa hanya difokuskan pada satu kontestasi politik semata. Sebab jika itu dilakukan maka secara otomatis kita akan terlibat dalam pengkerdilan pemaknaan politik hanya dalam liha tahun sebelum dan sesudah Pilkada. Lalu itu juga akan membuat kita untuk tidak balajar politik dimasa lalu yang umurnya sudah puluhan, ratusan, hingga ribuan tahun.

Apa mau kita demikian? Apa tega kita mencabut imajinasi kita untuk berfantasi dengan sejarah-sejarah yang sebelumnya telah membangun dan membesarkan negara ini. Bukankah Soekarno pernah mengingatkan kita tentang Jasmerah "Jangan sekali-sekali melupakan sejarah".

Politik itu adalah pengabdian bukan untuk mencari kekuasaan. Sebab kekuasaan bukanlah pada titik bagaimana kita menguasai orang lain, tapi kekuasaan yang sesungguhnya paling benar adalah menguasai diri sendiri untuk berdamai dengan diri sendiri dan juga kepada orang lain.

Oleh karena itu, saya dan kita semua berharap memainkan ritme politik secara elegan dengan cara-cara yang selaras dengan konstitusi. Sebagaimana yang dicita-citakan oleh almarhum Adanan Buyung Nasution yakni demokrasi konstitusional.

Selain itu, sudah selayaknya kita semua sadar untuk berkomitmen untuk melakukan literasi politik. Ini tentu tak lain dan tak bukan untuk melihat Indonesia sehat dalam berpolitik, sehat dalam ber-Pilkada, serta sehat dalam ber-Pilpres tanpa saling menjatuhkan, apalagi saling menyalahkan hingga berujung pertikaian.

Arena politik adalah arena adu gagasan dan ide. Bukanlah arena untuk menunjukan siapa yang paling kuat dan siapa paling lemah seperti dalam perang. Sebab Pilkada itu bukanlah perang. Jika perang mematikan maka Pilkada menghidupkan. Terima kasih.

#AKUMENCINTAIMU

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun