Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Dari Oposisi, PDIP dan Megawati, Serta Jokowi Menuju Istana (2)

5 April 2018   00:28 Diperbarui: 6 April 2018   04:55 3660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, sejumlah proyek infrastruktur malah mengalami masalah. Mulai dari mangkraknya kereta api cepat Jakarta-Bandung, runtuhnya jalur kereta api Soekarno Hatta, robohnya bangunan tol Becakayu, dan lain-lain. Meski memang sejumlah ruas tol bertambah dan perbaikan jalan di trans Papua dan Kalimantan. Akan tetapi ini belumlah cukup.

Yang paling krusial bagi saya kepastian hukum yang seperti menyasar hanya kalangan tertentu saja. Sebagai bukti dan paling nyata adalah kasus Novel Baswedan yang pada 11 April mendatang akan memasuki satu tahun tapi belum terungkap. Bahkan, pelakunya masih bebas berkeliaran. Tentu ini PR besar.

Sehingga, saya secara pribadi berkesimpulan bahwa pertarungan Pilpres 2019 mendatang lebih berat bagi PDIP, Megawati dan Jokowi. Sebab tentu rakyat sebagai pemilih telah punya dasar untuk memberikan pilihan pada Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Jika sebelumnya PDIP, Megawati, dan Jokowi sangat bebas untuk memberikan janji politik karena telah bersama rakyat selama 10 tahun sebagai partai oposisi yang kemudian memabukkan rakyat untuk memberikan dukungan, maka untuk Pilpres 2019 harus bersiap untuk ditagih janji.

Apalagi warning sudah sangat jelas bagi PDIP, Megawati dan Jokowi pada Pilkada DKI Jakarta lalu. Dimana usungan PDIP yang berstatus sebagai incumbent bertekuk lutut dihadapan partai oposisi. Kupikir hasil Pilkada DKI Jakarta ini masih kartu kuning.

Akan tetapi, jika pada Pilkada serentak 2018 yang akan berlangsung pada 27 Juni mendatang jagoan-jagoan PDIP yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera kembali kalah. Maka kupikir itu sudah masuk kartu merah. Artinya, PDIP, Megawati, dan Jokowi sudah kalah secara psikologis. Khusus di Jateng dimana PDIP mengusung Ganjar Pranowo terus ditekan dengan isu korupsi.

Bagaimana pun itu, politik tetaplah politik. Apapun itu, semuanya masih bisa terjadi. Kata sejumlah politisi yang sering saya ajak berdiskusi di Makassar "Dalam kontetasi politik, lebih baik menang curang daripada kalah curang". Kupikir ini "realistis" secara politik. Entahlah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun