Mohon tunggu...
Sofyan Basri
Sofyan Basri Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak Manusia

Menilai dengan normatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demokrat, SBY, AHY, dan Pilpres (2)

28 Maret 2018   19:15 Diperbarui: 28 Maret 2018   19:28 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kongres Partai Demokrat yang dilaksanakan di Kota Pahlawan, Surabaya kembali memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Ketua Umum untuk periode 2015-2020 secara aklamasi. Hal itu pula membuat mantan Presiden RI ke-6 itu menjadi Ketua Umum pertama untuk masa jabatan dua periode sebagai Ketua Umum Demokrat.

Diawal masa jabatannya sebagai Ketua Umum Demokrat, SBY tetap konsisten untuk memperbaiki citra partai. Hal itu pun membuatnya untuk tetap konsisten dan komitmen untuk berada dijalur politik yang netral baik itu secara eksekutif dipemeritahan maupun pengambilan kebijakan melalui DPR.

Konsisten dan eksistensi Demokrat tersebut pelan-pelan mulai dilirik oleh masyarakat. Meski tak jarang ada yang melakukan kritik. Salah satunya saya dari sekian banyak orang yang melakukan hal yang sama. Saya mengkritik Demokrat yang memilih netral karena bagi saya politik itu keberpihakan. Bukan politik jika tidak berpihak.

Akibat sikap Partai Demokrat yang tidak jelas itu, pengambilan keputusan di DPR terkesan tidak normal. Sebagai contoh, pada pengambilan keputusan terkait Undang Undang Ormas. Pada awalnya Demokrat bersama PKB dan PPP menyodorkan poros ketiga mendukung dengan catatan. Akan tetapi hal itu tidak berefek dan berakhir dengan dukungan.

Oleh karena itu, saya ingin mengatakan bahwa hancur tidaknya pemerintahan atau "abal-abal" atau tidaknya penguasa dalam mengelola negara saat ini tidak terlepas dari besar tidaknya dosa Demokrat dalam memutuskan untuk memilih bersikap netral. Saya kira ini, sedikit tendensius akan tetapi ini adalah fakta juga. Dan kupikir ini adalah salah satu resiko dari sebuah pilihan yang telah diputuskan oleh Demokrat. hehehe

Kembali ketopik, SBY sebagai otak Demokrat tentu akan melihat peluang kemudian meledakkannya ditengah antara partai oposisi dan partai penguasa. Dimulai ketika SBY mulai menyadari bahwa Demokrat belum bisa dilepaskan dari Cikeas dengan mengorbitkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pilkada DKI 2017 lalu.

Sosok AHY yang dimunculkan SBY adalah tepat. Sebab, AHY merupakan kader militer murni sangat bersih dari isu-isu miring terutama mengenai korupsi yang selama ini menggerogoti Demokrat. AHY akan menjadi lokomotif baru bagi Demokrat agenda politik lima tahun hingga sepuluh tahun ke depan.

Kemunculan AHY bagi saya ini akan berdampak pada dua hal. Pertama, SBY yang sudah merasa akan kehilangan kursi sebagai Ketua Umum Demokrat tidak perlu risau lagi. Sebab AHY akan menjadi penerusnya dalam menjalankan roda partai pada masa-masa yang akan datang.

Oleh karena itu, SBY tidak perlu lagi khawatir akan masa depan Demokrat. Seperti yang pernah terjadi pada era Anas Urbaningrum. SBY juga tidak perlu lagi khawatir akan kehilangan pengaruh di Demokrat, sebab AHY merupakan kader tulen Cikeas dan merupakan keturunannya secara langsung.

Kedua, SBY yang selama ini menjabat sebagai Ketua Umum Demokrat untuk memperbaiki citra Demokrat pelan-pelan berhasil. Kini dengan sosok AHY, Demokrat akan kembali bersinar dengan terang. Apalagi, jiwa bersih dan usianya yang masih sangat muda sangat menarik perhatian publik.

Terbukti dengan berbagai antusias masyarakat ketika AHY melakukan kunjungan keberbagai daerah. Mulai dari kegiatan kemanusiaan seperti yang dilakukan di Pacitan lalu, maupun kegiatan lain seperti memberikan kuliah umum pada berbagai universitas di daerah sangat digandrungi. Terutama kalangan anak muda dan milenial.

Tak hanya itu, AHY juga membuat internal Demokrat sangat solid. Itu terbukti pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat yang dilaksanakan di Sentul International Convention Center (SICC) Sentul City, Bogor, Jawa Barat. Bahkan, AHY menjadi aktor hadirnya Presiden Joko Widodo.

Pada penutupan Rapimnas tersebut, AHY tampil memberikan orasi politik. Dalam orasinya tersebut, AHY mendeklarasikan diri untuk siap berkontribusi untuk NKRI. Dan menyatakan siap berkoalisi dengan partai lainnya. Bagi saya pribadi, kalimat itu adalah simbol jika SBY melalui AHY siap bertempur baik Pileg maupun Pilpres 2019.

Oleh karena itu, sangat wajar jika SBY melakukan manuver politik untuk membentuk poros ketiga pada Pilpres 2019 mendatang. Tentu, SBY tahu jika AHY belum saatnya maju sebagai Calon Presiden (Capres). Akan tetapi, kupikir hal itu tidak masalah bagi SBY. Sebab bisa jadi strategi pada Pilkada DKI lalu akan kembali digaungkan.

Dengan mendorong AHY untuk melakukan komunikasi kepada Presiden Joko Widodo untuk hadir dalam Rapimnas lalu itu adalah langkah pertama. Sekaligus itu sebagai simbol jika AHY mampu melakukan manuver politik kepada para penguasa.

Langkah selanjutnya adalah dengan mengundang sejumlah partai politik untuk membahas poros ketiga di Pilpres sebagai langkah kedua. Dalam strategi ini, SBY tidak melibatkan AHY. Sebab yang diundang dalam pertemuan tersebut adalah para elit partai politik dari PAN, PKB, dan PKS.

Kupikir, poros ketiga bisa jadi merupakan agenda pembahasan untuk memunculkan Capres diluar dari Joko Wododo dan Prabowo Subianto. Dan yang paling memungkinkan adalah Wakil Presiden Jusuf Kalla. Semua orang tentu tahu, jika JK merupakan salah satu tokoh politik yang sangat dekat dengan umat muslim yang tak lain merupakan pemilih terbesar di Pilpres.

Hal lain yang mungkin ada dalam pikiran SBY bahwa inisiasi poros ketiga merupakan bukti jika AHY akan bisa masuk dalam semua kalangan. Dan mungkin saja, dalam waktu dekat ini AHY akan melakukan komunikasi dengan Prabowo Subianto sebagai salah satu Capres potensial.

Posisi Partai Demokrat yang netral dalam bersikap secara politik selama ini memang sangat dimanfaatkan SBY untuk melakukan komunikasi politik jelang Pilpres 2019 mendatang. Apalagi, dengan sosok AHY yang dari berbagai kalangan dinilai sangat potensial maju di Pilpres sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres).

Tentu dengan tawaran AHY yang bisa jadi mewakili pemilih dari kalangan pemuda dan kalangan milenial yang jumlahnya sekitar 40 persen populasi Indonesia menurut Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sangat menggiurkan oleh Capres seperti Prabowo, Joko Widodo maupun Capres poros ketiga.

Dan langkah ketiga SBY adalah menjadikan AHY sebagai jargon untuk meraih pemilih pada Pileg 2019. Kupikir, dengan kehadiran AHY selama ini membuat elektoral Demokrat naik. Meski memang sampai saat ini belum ada data riset terbaru mengeani elektoral partai politik.

Bagi saya, langkah ketiga ini merupakan tujuan pamungkas bagi SBY. Manuver politik bagi SBY selama ini memang secara tidak langsung belum pernah menyebut AHY sebagai salah satu Cawapres potensial di Pilpres 2019, meski semua orang sudah membacanya. Namun, lagi-lagi SBY berperan sebagai aktor utama dalam arena.

Sikap SBY yang tenang bisa jadi akan membius. Membius dan menghaluskan tujuan utamanya di Pileg. Sekali lagi, saya ingin mengatakan bahwa SBY memunculkan jargon AHY yang semua orang tahu termasuk kader Demokrat jika maju pada Pilpres akan kalah.

Akan tetapi, pointnya adalah dengan majunya AHY pada Pilpres akan menaikkan elektoral Partai Demokrat. Tentu saja, hal itu akan berpengaruh pada Pileg. Dimana para pemilih pemula atau kalangan milenial yang jumlahnya 40 persen itu memungkinkan akan menjadi pundi-pundi suara Demokrat di Pileg.

Khusus untuk target Pileg bagi Demokrat, sebelumnya telah saya bahas dalam essay saya sebelumnya. Akan tetapi dalam tulisan itu hanya menjadikan Sulsel sebagai contoh. Entahlah, semua bisa saja terjadi sebab yang pasti dalam politik adalah ketidakpastian itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun