Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulsel memang sangat dinamis. Bahkan, pada menit-menit akhir lobi-lobi politik masih sangat cair. Bahkan memunculkan pasangan yang cukup tak terduga sebelumnya yakni Agus Arifin Nu'mang-Tanribali Lamo (Agus-TBL).
Manuver Agus memang sangat luar biasa. Dimulai ketika keluar dari Partai Golkar yang pada saat ini gencar mewacanakan akan mengusung Nurdin Halid, yang kemudian terbukti hari ini. Agus pada akhirnya ke Partai Gerindra yang tak lain memiliki jumlah kursi yang cukup diperhitungkan.
Terbitlah Kartu Tanda Anggota (KTA) Gerindra. Namun kemudian Gerindra malah mengindikasikan mengusung Nurdin Abdullah. Akan tetapi, takdir pada akhirnya memilih Agus untuk berpasangan dengan Gerindra. Begitu juga saya kira denga perjalanan Tanribali yang kemudian berpasangan dengan Agus.
Akan tetapi, saya tidak ingin menulis tentang perjalan Pak Agus dan Pak Tanribali hingga memastikan maju sebagai calon gubernur Sulsel yang sah. Ku pikir ada yang lebih menarik dari itu yakni langkah politik dan manuver partai politik dalam berafiliasi dengan bakal calon gubernur.
Yang pertama adalah Partai Demokrat. Partai besutan mantan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut membuat langkah politik yang bagi saya cukup unik. Kenapa? yah karena lebih memilih untuk berkomitmen untuk mendukung pasangan independen Ichsan Yasin Limpo-Andi Mudzakkar (IYL-Cakka).
Bahkan, Partai Demokrat memastikan memilih untuk menjadi partai pendukung bukan sebagai partai pengusung di Pilgub dan pada menit-menit terakhir pula. Tentu ada alasan bagi Partai Demokrat untuk memilih IYL-Cakka yang notabene bisa dikatakan sudah tidak dibutuhkan oleh IYL-Cakka.
Tapi inilah kecerdikan Partai Demokrat dalam memilih celah. Feeling saya, Partai Demokrat mendeklarasikan untuk mendukung IYL-Cakka karena ada tujuan terselubung dengan niat yang sangat baik. Artinya, Partai Demokrat akan sangat mati-matian untuk memenangkan IYL-Cakka.
Akan tetapi, bisa jadi pada disisi yang lain Partai Demokrat tidak terlalu terbebani dengan menang atau tidaknya IYL-Cakka meski mati-matian berjuang untuk memenangkannya di Pilgub. Namun dengan memilihnya IYL-Cakka sebagai dukungan di Pilgub sudah cukup dikatakan sebagai sebagai sebuah kemenangan.
Permainan politik yang dipilih oleh Partai Demokrat ini memang aneh. Akan tetapi, itulah yang menjadi sisi uniknya. Dengan demikian, jika IYL-Cakka pada akhirnya menang di Pilgub maka Demokrat akan jaya. Pun jika pada akhirnya IYL-Cakka kalah maka Demokrat pun tidak akan kalah. Sebab kemungkinan pada Pileg mendatang akan sangat terbuka untuk menang.
Alasannya, jika IYL-Cakka kalah secara otomatis kubu IYL dan kubu Cakka akan lebih merapat ke Partai Demokrat. Bahkan bukan tidak mungkin IYL atau Adnan yang merupakan anak kandung dari IYL akan bergabung dengan Demokrat. Khusus untuk Adnan, tidak akan kesulitan karena sebelumnya merupakan kader Demokrat.
Selain Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga bagi saya sangat menarik. Pasalnya, partai berlambang Ka'bah tersebut mengusung bakal calon Agus-TBL. Namun, disisi yang lain total mendukung IYL-Cakka. Bahkan, ada istilah yang keluar "Boarding Pass".
Pada menit terakhir jelang penutupan pendaftaran lalu, PPP muncul sebagai super hero bagi pasangan Agus-TBL karena menjadi partai penyelamat untuk memastikan maju pada pesta demokrasi lima tahunan di Sulsel bersama Partai Gerindra.
Dengan keluarnya surat rekomendasi kepada Agus-TBL, membuat gejolak ditubuh Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Sulsel. Bahkan, gejolak tersebut memakan korban dengan dikeluarkannya Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPW PPP Sulsel, Rizal Syarifuddin.
Rotasi yang terjadi ditubuh internal DPW PPP Sulsel tersebut terjadi lantaran Rizal Syarifuddin sebagai salah satu akder PPP Sulsel yang mengantar dan menyerahkan rekomendasi kepada pasangan Agus-TBL. Dengan demikian, kata yang pas untuk PPP bagi saya adalah sandiwara.
Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan Demokrat, PPP tentu lebih beresiko memilih jalan politiknya di Pilgub Sulsel. Jika Partai demokrat seperti pepatah bugis mengatakan "manre haliki garagajiE" yang artinya tindakan yang diambil tidak ada ruginya.
Maka PPP juga seperti dalam pepatah bugis "lao lisu mappibali" artinya pulang pergi menjadi lawan. Maksudnya, jika pada akhirnya Agus-TBL yang akan menang, maka kader yang konsisten mendukung IYL-Cakka di Pilgub kemungkinan besar akan terluntah-luntah.
Begitu juga sebalikknya ketika IYL-Cakka yang menang maka kader yang total mendukung Agus-TBL akan mengalami nasib yang sama. Akan tetapi, namanya politik semua bisa berubah kapan saja. Tergantung bagaimana meramunya untuk mencapai kepentingan.
Apalagi, kader PPP yang total mendukung IYL-Cakka mengaku telah melakukan konsultasi dengan pihak Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP dan itu dimaklumi. Dengan demikian, pilihan politik sandiwara PPP di Pilgub akan berjalan sesuai skenario cantik atau malah menjadi sebuah bencana. Tentu waktulah yang akan menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H