“Sampai kapan pun, kemajuan perempuan menjadi faktor penting dalam peradaban bangsa”
~ R. A. Kartini ~
Selaras dengan kutipan yang disampaikan oleh salah satu pahlawan nasional wanita Indonesia sekaligus tonggak utama yang memperjuangkan kesetaraan hak atas pendidikan, pendapatan, status sosial dan hukum, serta pengambilan keputusan pada perempuan, Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat atau yang sering disebut sebagai Raden Ajeng Kartini, menyimpulkan bahwa perempuan direpresentasikan sebagai peradaban yang indah, luar biasa, dan membanggakan. Perempuan mempunyai peran yang sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara karena dari rahim seorang perempuan lahir generasi penerus bangsa yang mana setiap tingkah laku dan perbuatannya dapat berpengaruh pada peradaban masa depan bangsa.
Lahirnya generasi unggul yang sehat, cerdas, adaptif, kreatif, mandiri, dan berkarakter positif didasari oleh sentuhan perilaku perempuan mulai dari sejak dini hingga tumbuh menjadi generasi yang mempunyai potensi luhur sehingga dengan hal ini dapat terbukti bahwa membangun peradaban bangsa sesuai dengan tingkat kemajuan berpikir kaum perempuan.
Meneladani perjuangan Raden Ajeng Kartini di era milenial dan perkembangan revolusi industri 4.0 saat ini memang bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan sikap yang kreatif dan inovatif untuk bisa beradaptasi dengan perubahan teknologi digital, khususnya dalam bidang pendidikan di era milenial. Pendidikan menjadi hal yang penting karena dapat mengangkat derajat serta martabat bangsa. Pendidikan tidak terbatas pada jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama berhak mengenyam pendidikan secara utuh. Persamaan pendidikan inilah termuat pada konsep pendidikan Raden Ajeng Kartini yang memberikan kebebasan pada kaum perempuan untuk berdiri sendiri, menjadi perempuan yang mandiri, serta tidak bergantung pada orang lain atau seorang laki-laki (Pane, 2008).
Selain dengan ketidakmerataan pendidikan pada perempuan di masa itu, dengan meninjau dari isi buku yang ditulis Raden Ajeng Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang, peranan perempuan pada masa itu juga masih berkutat dalam 3 hal, yaitu masak, manak, macak serta digambarkan sebagai konco wingking yang mengartikan bahwa perempuan hanyalah sebagai pembantu suami untuk mengurusi segala urusan di belakang atau dapur. Hal ini menyatakan pada masa itu kesenjangan pada perempuan dan laki-laki sangatlah tinggi. Oleh karena itu, Raden Ajeng kemudian mendirikan Sekolah Kartini yang bertujuan untuk memberikan pendidikan dan keterampilan kepada perempuan dalam mengejar karier dan menjalani kehidupan yang mandiri.
Namun, ternyata sampai saat ini masalah kesenjangan antara laki-laki dan perempuan atau yang biasa disebut sebagai kesetaraan gender belum bisa teratasi secara sempurna. Di era globalisasi saat ini, kesetaraan gender masih menjadi tantangan dan hambatan bagi peradaban bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan kehidupan perempuan di berbagai daerah rural yang masih mendapatkan diskriminasi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Banyak perempuan pada daerah rural yang tidak bisa mengenyam pendidikan, putus sekolah, atau bahkan tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena terkendala faktor ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Perempuan tersebut pada akhirnya akan dijodohkan oleh orang tuanya sehingga terjadi pernikahan dini dan muncul permasalahan sosial lainnya.
Selain itu, perspektif negatif masyarakat rural terhadap perempuan yang berpendidikan masih terbilang tinggi. Mereka menganggap bahwa perempuan tidak perlu susah payah untuk melanjutkan pendidikan karena hanya membuang-buang biaya, menghabiskan waktu muda, dan mereka berpikir nanti setelah menikah perempuan akan tetap menjadi ibu rumah tangga yang hanya mengurus seorang anak, suami, dan pekerjaan rumah. Hal ini dapat membuktikan bahwa kesetaraan gender pada perempuan di daerah rural masih sangat memprihatinkan karena sangat mengekang perempuan dalam melanjutkan cita-cita sebagai perempuan yang independen, dapat berkarier, dan hidup secara mandiri. Padahal, perempuan yang independen, cerdas, dan bisa melakukan segala hal tanpa bergantung pada laki-laki merupakan faktor utama dalam melahirkan generasi yang unggul serta berkarakter untuk masa depan Indonesia.
Oleh karena itu, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi di era globalisasi, penulis menawarkan solusi yang inovatif dalam bentuk platform digital yang bernama KARTINI MILENIAL sebagai wadah untuk mendobrak prinsip 3M (masak, manak, macak) serta pemberdayaan dalam pengimplementasian nilai juang Raden Ajeng Kartini di era perempuan masa kini. KARTINI MILENIAL dirancang dengan dipadukannya pada teknologi Internet of Things dalam pengembangan platform, disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, serta sudah diadaptasikan dengan perkembangan globalisasi. Target utama dari platform KARTINI MILENIAL adalah para perempuan di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini bertujuan agar para perempuan Indonesia bisa saling berbagi pengetahuan dan wawasan terkait kehidupan karier dan masa depan. Adapun beberapa fitur menarik pada platform KARTINI MILENIAL yang bisa dimanfaatkan pengguna, yaitu sebagai berikut ;
1. Ubah Mindsetmu, yaitu fitur yang berisi tentang pembentukan pola pikir yang unggul pada perempuan melalui media podcast dan film perjuangan. Podcast ini akan diisi oleh narasumber perempuan hebat yang telah berhasil mengejar karier dan cita-citanya sehingga mereka bisa saling berbagi ilmu dan pengetahuan pada pengguma platform. Selain itu, pengguna juga bisa mengakses film perjuangan perempuan Indonesia yang telah memperjuangkan hak kebebasan pada perempuan, seperti film Kartini karya Hanung Bramantyo. Dengan hal ini, diharapkan bisa membentuk pola pikir pengguna untuk terus semangat dalam memperjuangkan kebebasan serta kesejahteraan mereka.