Mohon tunggu...
Fitriani Abdurrazaq
Fitriani Abdurrazaq Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Negeri Jakarta. Pelajar dan penulis pemula yang tertarik pada bidang agama, budaya, filsafat, dan pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sepasang Burung Kecil dan Hujan

29 Oktober 2011   10:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin hal ini merupakan pemandangan yang aneh; seonggok benda tak dikenal terjulur keluar dari pipa paralon yang menempel di atap. Awalnya tak ada yang menyadari hal itu kecuali saya. Lantas seorang kawan menyeru seraya menunjuk ke arah benda kehitam-hitaman itu, “ada burung yang bersarang di situ?!” Aku yang belum menoleh langsung padanya, paham kalau yang dia maksud adalah sarang burung yang terdorong keluar oleh hujan deras semalam yang meluncur menyelancari paralon putih itu.

Memang sekitar lima atau enam hari yang lalu, pagi-pagi sekali, sepasang burung kecil, terbang dan meloncat-loncat di sekitar pipa itu. Mereka sepertinya bercengkrama; merencanakan kehidupan mereka yang kecil dan manis. Bergantian mereka bersiul, lalu terbang berbarengan. Beberapa saat mereka menghilang. Tiba-tiba salah satu dari pasangan tersebut, yang kemungkinan si jantan, pulang. Ia lalu sibuk bolak-balik membawa sesuatu, satu persatu, entah dari mana ia mendapatkannya. Ia memasukkannya ke dalam paralon, bermaksud membuat sarang untuk ia tempati bersama pasangannya.

Dan pagi ini, si jantan kembali lagi, mengajak kekasihnya untuk menemui sarang baru dan hangat itu, di dalam paralon yang membawa air hujan. Tapi sarang itu sudah kuyup, terhambur dan terjulur keluar, sebentar lagi akan jatuh. Tak ada tingkah lain. Mereka hanya kembali bercengkrama, dengan siulan yang masih ceria dan nyaring. Di sela-selanya seolah mereka berdoa, ”Rabb kami, Engkau melihat kami kini tak bertempat tinggal, tapi bumiMu luas dan  ketentuanMu tegas. Jika nanti Kau keringkan pipa ini, dan belum Kau keringkan tenggorokan ini dari udaraMu, maka akan kami bangun kembali sarang ini. Tempat kami berdzikir menghitung ni’matMu, setelah seharian membentangi alam mencari penghidupan menyaksikan keniscayaan janji-Mu…”

Tahukah, sepasang burung kecil ini telah berulang-kali melakukan hal tersebut; membuat sarangnya sedikit demi sedikit dalam beberapa jam, sebagaimana seminggu, tiga minggu, atau sebulan yang lalu. Mengapa mereka tak pindah dari paralon itu? Karena itulah tempat terbaik mereka di kota yang sudah miskin pepohonan ini. Untungnya mereka hanya sepasang burung, tidak dikaruniai akal, akal yang kadang loyo di depan nafsu, yang bisa mendorong mereka bersungut-sungut dan mengeluh saat hujan meniadakan rumah mereka, seperti yang dilakukan kebanyakan para mahluk berakal bernama manusia saat hujan mengguyur mereka dalam perjalanan menuju rumah yang hangat dan nyaman.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)

Ibnu Katsir  berkata: “Hisablah diri kalian sebelum dihisab, perhatikanlah apa yang sudah kalian simpan dari amal shalih untuk hari kebangkitan serta (yang akan) dipaparkan kepada Rabb kalian.” (Taisir Al-‘Aliyil Qadir, 4/339)

Dewdrops

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun