Enggak capek apa sekedar ribut terus karena ngarep utangan luar negeri sementara dorongan sektor industrinya hanya berharap dari investasi manufakturing industri, atau lebih parah lagi malah terus menerus menjadi negara konsumen dengan tingkat pendapatan dan growth yang pelan.Â
Bukan berarti tidak ada sektor industri lain yang menarik, tapi melihat dari peluang, sumber daya alam, ketahanan pada ekosistem dan kemampuan pengelolaan, mestinya, justifikasi untuk industri ini lebih dari cukup. Â
Coba lihat gambar diatas dan bayangkan bagaimana ada lagi acara TV Mbangun Desa dan mereka, para petani lagi berbincang serius tentang industri berbasis agraris tanaman ganja. Desa Wisata Ganja, dan lainnya, yang menggunakan bantuan Dana Desa.
Masuk gak ?
Badan Narkotika Nasional tidak perlu merasa keberatan apalagi tersinggung. Fokus aja ke bagaimana penanggulangan pecandu dan impor jenis narkoba yang "beneran" Golongan 1 dan bagaimana tidak mengkriminalisasi pengguna sehingga Lapas dan Rutan penuh sesak. Itu aja pengguna ganja hanya sekitar 2-3 % dari total jumlahnya. Lainnya para pengguna amphetamine jenis sabu. Kalo ketemu taneman berhektar hektar ya jangan sekedar main bakar aja lah.Â
Om, pengguna kamu masukin ke Lapas, gak bakalan sembuh seriusan. Sepertinya perlu banyak ngobrol tidak sekedar teoritikal tapi betul betul kena ke esensi.
Dan pemikiran  ini tidak akan selesai apabila muara nya, yakni kriminalisasi penggunaan ganja dan minimnya pengetahuan tentang ini kenyataannya masih saja menjadi satu penghalang pemikiran.
Coba bayangkan satu percakapan imajinatif ini deh. Dimana Menkeu Sri Mulyani lagi mumet karena mikirin bujet megaproyek infrastruktur  atau rencana pemindahan Ibukota :