Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tolak HTI dan FPI, Ada Apa dengan (Kota) Semarang?

15 April 2017   18:57 Diperbarui: 17 April 2017   18:42 44149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kombes pol abiyoso dalam pembubaran acara HTI Indonesia dalam Khilafah. sumber;

Dan apabila seseorang sudah tahu bahwa keimanan atau keyakinan itu adalah sesuatu yang terdekat dihati, tentu gak bakalan sulit untuk menghargai  dan menghormati mereka yang kebetulan juga sedang mendalami satu keimanan atau keyakinan. Meski, keyakinan tersebut lain dengan yang dipercayanya. Kenapa demikian? Karena ia akan dengan mudah melihat sosok dirinya yang di tengah rumit dan sumpeknya dunia sekarang ini berusaha dengan keras untuk meyakini sesuatu yang tak Nampak. Apapun bentuk, sebutan dan namaNya. Bagaimana pun cara menghormati Nya.

Ini yang secara lugas, dipahami oleh mereka yang sedang berusaha keras mempertahankan keimanan masing masing di kota Semarang sendiri. Ini arti kataLakum Dinukum Waliyadin bagi kami.

 Nah bicara diluar keyakinan?

Lagi lagi, Kota Semarang adalah sebuah kemajemukan.  Warga asli Tanah Jawa yang seiring dengan waktu sudah melebur ke etnis an nya. Kota Pelabuhan, mau gimana lagi? Kami bertetangga dengan tidak mengenal etnis atau keyakinan. Duduk bareng, guyonan dan tak jarang ledek ledekan perkara keyakinan  atau etnis pun jadi sesuatu yang biasa dilakukan.

Tidak Ada Yang Tabu Di Semarang, Apabila Niat Baik Jadi Tujuan.

Enggak ada tabu disana, karena tidak sedang membangun sekat.  Malah suka terbingung bingung kalau ada orang yang berusaha sopan karena gak mau menyinggung ( misal nih) keturunan etnis Tionghoa dengan kata “ Maaf, mereka yang Chinese”. Lha ngapain pake boso londo segala? Malah lucu dan terang benderang kalau orang itu sebenarnya ada ganjelan, grundelan. Lha kok aku yang Jowo gak disebut dengan “Javanese?”

Lucu kan?

HTI, getol mempopulerkan Khilafah. Ngotot sih enggak ,kalau di Semarang , hanya saja konsep yang ditawarkan memang tidak komplit untuk sebuah masyarakat yang majemuk seperti Kota Semarang

sendiri. Jelas ditolak lah.

FPI bagaimana? Boleh deh kalian para simpatisan berusaha membela keberadaan FPI dan Habib Rizieq Shihab dengan ‘segala kebaikan FPI yang kadang tidak di ekspos di media massa’. Hanya saja sikap tidak simpatik kalian saat bertakbir pun menjadi satu catatan penting bagi kami warga Semarang. Tidak ada satupun orang yang bersholawat, kemudian mengajak untuk permusuhan. Karena sejatinya bershalawat adalah memberikan sebuah ‘jalan’ untuk penenangan hati, selain dari sebuah pujian bagi Rasulullah SAW sendiri.  Track record buruk FPI di berbagai daerah lain di Indonesia, menjadi  penolakan bagi kami, Warga Semarang.

Memberikan Agenda Yang Tidak Pas Untuk Cermin  Muslim di Indonesia dan Penolakan Yang Kebablasan Akhirnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun