Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semarang: Saksi Atas Pergerakan Toleransi

20 Februari 2017   06:07 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:17 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Menara, Jalan Layur Semarang. Dokumen Pribadi

Narkoba, tidak mengenal suku atau keyakinan.

Warga Kota Semarang kebanyakan pada masa itu pun terkena demam ini. Ironi dari sesuatu yang menghancurkan banyak keluarga dan bangsa ini malah menjadi satu sarana pembauran etnis. Anjloknya nilai tukar Rupiah pada saat itu justru menjadi satu keuntungan bagi Kota Semarang yang didukung oleh sentra industri furniture Jepara dan pelabuhan Kota Semarang.

Bergeraknya ekonomi, euphoria kebebasan reformasi dan lemahnya hukum yang ada pada saat itu menjadi faktor pendukung. Anda mau orang Jawa, peranakan Arab, Tionghoa,  etnis dari para pendatang luar Jawa yang merantau di kota Semarang dan bahkan orang asing multi nasional dengan istri lokal mereka ( era booming furniture Jepara)  pada masa itu menjadi membaur. Semua teman dalam kegembiraan era house music dantripping. Ekonomi yang membaik dan peredaran barang haram yang bikin semua menjadi teman dan saudara.

Sejarah kelam namun juga sisi pembauran yang harus jujur diakui memang bagian dari Kota Semarang.

Gesekan Di Indonesia. Bagaimana Dengan Semarang ?

Di berbagai penjuru Indonesia, berbagai gesekan antar etnis dan keyakinan seperti semakin mudah tersulut. Hal ini tentu menjadi perhatian warga Semarang yang memang ‘multi’ ini. Sedikit kecemasan bahwa peristiwa yang terjadi di berbagai belahan daerah di Indonesia itu akan menjadi pelatuk bagi kelompok  kecil masing masing yang selama ini tak terlihat namun meradang.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Kota Semarang yang berbatasan dengan Demak dan sejarah penyebaran agama Islam Walisongo terutama dengan Sunan Kalijogo mungkin menjadi satu akar nilai pembelajaran keyakinan : akan sejarah dimana Kanjeng Sunan Kalijogo berusaha melakukan pembelajaran Islam yang tidak melupakan budaya. Sumber Pribadi.

Warga Semarang, mulai hati hati dan berjaga dengan kata toleransi. Media sosial pun dipergunakan sebagai wadah informasi dan juga kerukunan bersama saat pergeseran tradisi, seperti arak arakan Warak Ngendog sebelum Ramadhan menjadi seperti sepi peminat.Acara yang diprakarsai oleh Kanjeng Bupati RMTA Purbaningrat yang dimulai pada tahun 1881 sempat terlihat kehilangan makna dan bahkan sedikit yang tahu akan nilai historis dan filosofis dibalik perayaan itu sendiri.

Tantangan baru untuk mempertahankan pembauran yang sudah cukup lama harmonis ini menjadi tugas estafet kepada generasi seterusnya.

Pemerintah Kota Semarang menjadi serius untuk ‘menggarap’ nilai historis Kota Semarang. Kerukunan multi kultural yang menjadi ciri khas , dibangunkan kembali. Kawasan Kota Lama dipugar habis. Yang dulunya sempat menjadi satu area yang rawan akan tindak kejahatan, kini menjadi satu spot klangenan turism wajib yang juga mengangkat historis gerakan dan peleburan multi etnis tadi.

ereja Blenduk, salah satu bangunan ikonik di Kawasan Kota Lama Semarang. Dokumen Pribadi Berbagai festival dihidupkan kembali. Beberapa mempertahankan nilai historis namun menggunakan format baru sebagai penarik dan pembelajaran nilai nilai baik.
ereja Blenduk, salah satu bangunan ikonik di Kawasan Kota Lama Semarang. Dokumen Pribadi Berbagai festival dihidupkan kembali. Beberapa mempertahankan nilai historis namun menggunakan format baru sebagai penarik dan pembelajaran nilai nilai baik.
Edukasi. Mengenal Toleransi Seutuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun