Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semarang: Saksi Atas Pergerakan Toleransi

20 Februari 2017   06:07 Diperbarui: 20 Februari 2017   08:17 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah pernah ke Kota Semarang?

Kota Syah Bandar  di Jawa Tengah dengan kontur  menarik ibarat sebuah ‘benteng’ yang melihat lepas ke Laut Jawa ini memang nyaris tidak mengerti arti kata yang susah dan gakaseli Indonesia itu.

Toleransi? Makanan Apa Itu, Mas, Mbak ?

Dari kawasan pesisir pelabuhan. Pecinan, Kauman, Pekojan, Kranggan  bahkan  Semarang atas yang lekat dengan kontur perbukitannya. Kuliner, bahasa sehari hari dan etika bergaul khas Semarang,   banyak memberikan sebuah gambaran akan peleburan berbagai etnis yang dahulunya merupakan pendatang menjadi Semarang.  

Masjid Menara, Masjid Kauman, Klenteng Sio Hok Bio dan Tay Kak Sie. Gereja Blenduk dan Vihara di Watugong menjadi satu penanda penting akan keragaman keyakinan dan yang tak kalah pentingnya keterbukaan dan kehangatan penerimaan leluhur Jawa.

Sebuah ikon  asimilasi etnis, kultural dan keyakinan dapat dirasakan  di tempat yang semula Masjid dan kini menjadi Klenteng yang terkenal  dengan sejarah armada Kekaisaran Tiongkok dengan Laksamana Cheng Ho dan Juru Mudi Dampo Awang.  Klenteng Gedung Batu.

Klenteng Gedung Batu Semarang. Foto Pribadi
Klenteng Gedung Batu Semarang. Foto Pribadi
Nilai historis dan tradisi Dugderan.  Dengan suara dentuman meriam pelabuhan  sebagai penanda awal bulan Ramadhan. Warak Ngendoq,  sebuah upaya dakwah dengan kearifanWara’Iyang  di dalam bahasa Arab berarti suci. Ngendoq atau bertelur. Nilai filosofis luhur cadas wal paten yang merupakan satu penggambaran akan suatu keadaan bersuci (atau menuju suci ) yang membuahkan kebaikan pahala. 

Arak-arakan sebentuk ilustrasi  yang melambangkan Semarang. Dimulai pada masa sebelum Ramadhan. Kearifan leluhur  akulturasi yang dibawa baik oleh pendatang dan juga masyarakat Jawa.

Kepala yang berbentuk Naga sebagai buah cinta pemikiran etnis  pendatang  Tionghoa, Unta, mewakili bagian tubuh adalah sumbangsih  kerinduan akan budaya , asal dan keyakinan etnis Timur Tengah para pedagang dan mereka yang syiar pada saat itu.

Empat kaki yang kokoh namun sederhana. Pilar yang melambangkan penerimaan dan juga satu olah gerak untuk melangkah bersama-sama dengan Tiyang Jawi di Tanah Jawa yang sakral ini.

Sebuah akulturasi budaya dan keyakinan yang dalam. Sedikit teringat dengan perjuangan Ki Ageng Pandanaran,  maupun Kanjeng Sunan Kalijaga yang salah satu petilasannya terdapat di tempat yang kini merupakan Kawasan Wisata. Waduk Jatibarang, Goa Kreo Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun