Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Grand Design Kekacauan Indonesia, Ada Apa Sebenarnya?

22 November 2016   06:04 Diperbarui: 22 November 2016   15:31 22161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepada siapa saja. Jangan berpikir bahwa hanya Indonesia lah yang menghadapi hal seperti itu, sehingga kebencian ala orde baru terhadap bahaya laten Komunis dan --lagi lagi-- sentimen ras dibawa ke sana. Maulah repot sedikit dan perbanyak membaca. Edukasilah diri kita sendiri sebelum terlalu sering mengumandangkan sentimen yang tidak berdasar.

Jangan takut pada komunisme. Karena sejatinya faham komunisme adalah faham usang yang tidak laku bahkan di negara negara bekas kejayaan Soviet yang kini terpecah belah. Pelajari dengan baik.

Repot menghadapi Tiongkok, jangan lupakan Barat dengan Amerika dan Donald Trump nya. Saat seseorang seperti Trump terpilih di sebuah negara Adikuasa bernama Amerika Serikat, anda boleh dan sangat dianjurkan untuk ikut merasa khawatir melihat kondisi ini. Amerika yang mendekati bangkrut setelah kepemimpinan Bush yang boros akan budget untuk berperang, dilanjutkan oleh kepemimpinan Obama yang juga tidak membawa Amerika ke tingkat perekonomian yang lebih baik pada akhirnya membuat mereka yang terusik nasionalismenya untuk memilih bahkan seorang yang rasis dan seksis seperti Trump.

Putin, dan Eropa yang juga tidak dalam kondisi baik pun tersenyum sinis kepada Amerika. Dan orang Amerika, baik yang memilih Trump maupun tidak, akan melakukan segala cara untuk memulihkan kondisi Amerika. The land of dream. Dan untuk meraih hal ini, mereka akan melakukan segala cara yang diperlukan. Segala cara. Di sini, Indonesia pun perlu berhati-hati.

Kembali bicara tentang Eropa, dan iklim industri yang tidak feasible untuk melakukan investasi, Eropa Timur seperti Polandia, Hungaria, Bulgaria dan lainnya akan menjadi pilihan. Selain dari Eropa Timur, tentu Asia selain Cina akan menjadi pilihan mereka. Lagi-lagi berkaca dengan keadaan yang kurang kondusif di Indonesia, apakah mereka akan melakukan investasi di Indonesia?

Coba kita lirik dan pelajari bersama sama, siapa saja negara tetangga kita yang diuntungkan dengan situasi riuhnya Indonesia? Malaysia adalah satu pesaing investasi. Dengan tingkat kerasisan yang sebetulnya tak kalah dengan Indonesia, mereka masih mampu dan berhasil untuk meningkatkan iklim investasi di Malaysia. Dan ada sedikit kecurigaan melihat kucuran aliran dana mereka yang turut memberikan iklim tak sehat di Indonesia. UMNO menurunkan budget mereka untuk ikut berpolitik di Indonesia, yang konon mengatas namakan ‘kekuatan’ Melayu. Bisa melihat angle mereka sekarang?

Singapura, menonjolkan ke multi etnis an mereka. Filipina, menjadi jujukan Trump setelah Duerte terlihat sukses dan tegas memberantas Narkoba di sana. Vietnam adem-adem saja dan dengan jam kerja yang lebih panjang jelas disukai.

Iklim investasi berpihak ke mereka, bukan Indonesia.

Teruskan saja demo sesuai yang anda mau. Dan buruh, teruslah menuntut kesejahteraan sehingga nantinya feasibilitas produksi hanya akan tercapai dengan automasi. Tenaga buruh, akan tergantikan oleh mesin robotik dari hulu sampai dengan ke hilir. Sistem kluster pun dilakukan. Dan apabila ini sudah tidak tercapai lagi?

Menutup produksi manufacturing di Indonesia tak menjadi masalah. Lebih baik mereka kemudian menanamkan modalnya di India, Malaysia, Filipina, Vietnam  dan kemungkinan Myanmar.

Ketegangan di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun