Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Menjinakkan Apache: Antara Legenda, Mistis dan Kenyataan (2)

27 Agustus 2016   14:15 Diperbarui: 28 Agustus 2016   13:43 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TVS Apache RTR 200 4V versi modifikasi. Cadas ! dokumen pribadi

Saya adalah penikmat scrambler, yang sedikit tahu tentang profil ban dual purpose ini. Dan bukankah ini tujuan dari riding yang sebenarnya? Berkendara dengan fun namun tetap aman dan nyaman. Inilah joyride yang sebenar benarnya, versi saya!

Tak butuh waktu lama, untuk tangan menjadi gatal memelintir throttle lebih dalam. Akselerasi dari TVS Apache 200 RTR 4V ini terasa lebih ‘galak’ dari pada versi standar yang ada. Tenaga di putaran bawah dan rpm rendah seperti menyalak. Mohon maaf rombongan, izin untuk sedikit bermain-main di tikungan.

melahap tikungan (1) . Photo by Radja Muhammad Kompasiana
melahap tikungan (1) . Photo by Radja Muhammad Kompasiana
akselerasi yang galak, posisi riding yang nyaman bikin pede melahap tikungan. Dokumen Kompasiana
akselerasi yang galak, posisi riding yang nyaman bikin pede melahap tikungan. Dokumen Kompasiana
Perjalanan selama kurang lebih 1 jam 20 menit dengan jarak 26 kilometer ini terasa sangat menyenangkan. Kelokan dan jalanan yang relatif sepi kendaraan besar jadi sangat mumpuni untuk playground kami. Tak hanya saya, terlihat rekan Kompasiana lain pun menikmati perjalanan sembari menjajal unit test ride yang ada.

Waduk Jatiluhur-Jakarta

Setelah istirahat makan siang dan menikmati keindahan waduk Jatiluhur, sekitar pukul 16:00 kami pun kembali ke Jakarta. Inilah penentuannya! Terbayang sudah, jalanan macet yang menunggu, namun justru jadi momen tepat untuk menguji kelincahan. Sebelum memasuki kemacetan, kami disodorkan dengan satu momen yang menyenangkan. Sebuah jalanan kosong meski tak rata akhirnya ‘memaksa’ --ceileh, dipaksa-- kami untuk ‘sedikit’ adu geber di jalanan yang kosong ini.

apa caption yang tepat untuk foto ini? Isi di kolom komentar ya, berhadiah sabun wangi ! Dokumen pribadi
apa caption yang tepat untuk foto ini? Isi di kolom komentar ya, berhadiah sabun wangi ! Dokumen pribadi
Mas Eno, Mas Arif dan saya sendiri terlibat adu balap lucu yang tetap santun, sampai tiba tiba ada raungan sebuah knalpot yang khas terdengar dari belakang. Sang Legenda, Yamaha RX King dengan rider nya tampak rebah turut menjajal kemampuan di sana. Sempat sedikit mengendorkan gas, karena sebuah pikiran ‘dewasa’ terlintas sejenak yang bilang: “Bro, kamu lagi bawa brand orang lho ini, gak enak nanti kalo dilihat orang terkesan ugal-ugalan di jalan”.  Kemudian terdengar satu bisikan yang lebih menyenangkan: “Udahlah, gak apa-apa, toh juga harus nyobain performa motor ini juga kan? “. Bisa tebak inner voice mana yang menang ? :p

Tak lama, sang legenda pun terlihat kepayahan di belakang TVS Apache 200 yang jelas bukan lawan seimbang. Saya pun mengacungkan jempol ke arah rider RX King. Kami tak saling kenal, tapi kami pun sudah secara otomatis bersahabat karena saya dan dia tahu kami bermain-main dengan satu dasar kecintaan yang sama: Two Wheels Move The Soul, dan kita berada di aspal yang sama.

Gestur bersahabat dari sang pengendara diperlihatkan dengan tangan yang memberikan salam, dan saat saya membiarkan dia mengambil lead posisi di depan dia bahkan memberikan bahasa sinyal ala biker yang memberitahukan posisi jalan berlubang, supaya kami pun tetap berhati-hati di jalanan tersebut. Respect!

Usai sedikit bermain, akhirnya kembali ke realita. Sempat sedikit terjebak kemacetan mengakibatkan rombongan pun kembali terpisah. Tak mengapa, karena justru di kemacetan seperti  ini rombognan yang lebih kecil pun sejatinya lebih ideal. Dipimpin oleh Om Dewa, rekan dari TMC dengan kawalan dari Om Dwi, Om Kelik dan Om Budhi, grup kecil kami pun melanjutkan perjalanan melalui jalur padat Kalimalang.

Trek stop n go, padat dan kawalan rekan TMC yang cukup agresif benar benar menyenangkan. Kontur jalanan di Kalimalang yang ‘memaksa’ rombongan untuk bahkan melewati jalanan berlubang dan terkadang tanah benar benar tak terasa capai menggunakan unit TVS Apache RTR 200 4V versi modifikasi ini. Menyenangkan. Rangka double cradle yang didukung oleh suspensi monoshock dan sistem pengkabutan bahan bakar injeksi menunjukkan performanya.

Disini saya justru takjub dengan rekan-rekan Kompasiana lain yang terlihat mengendarai unit TVS Dazz matic, max 125 yang juga berada di rombongan. Mereka dengan asyik dan gak kedodoran sedikit pun meski terkadang harus melewati jalan berlubang dan kontur tak rata. Alhamdulillah, akhirnya kami tiba dengan selamat di TVS Dewi Sartika, sembari menunggu rombongan kedua yang belum kelihatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun