Mohon tunggu...
Baskoro Endrawan
Baskoro Endrawan Mohon Tunggu... Freelancer - Keterangan apa ?

Like to push the door even when it clearly says to "pull" You could call it an ignorance, a foolish act or curiosity to see on different angle :)

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menjinakkan Apache: Antara Legenda, Mistis dan Kenyataan (1)

27 Agustus 2016   04:49 Diperbarui: 29 Agustus 2016   09:26 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal yang kedua, posisi tungkai persneling dan rem belakang di kaki yang sejajar cukup membuat kaki pegal. Ini adalah posisi standar yang aneh, mengingat gaya street fighter bin adventure dan tinggi dari Apache RTR 200 4V sendiri. Tidak ergonomis dan lupakan kata sporty, dynamic atau bahkan trendi. 

Dengan segala kelebihan lain yang diitawarkan, kenapa membatasi disini ? 

Bahkan raungan knalpot yang sudah dibekali dengan konverter katalis gas buang sebagai standar emisi rendah namun tetap empuk suara ngebass berkarakternya pun sudahdisematkan. Kenapa posisi tungkai persneling seperti  era motor 80'an ?

Perjalanan menuju resor tempat rombongan pun dirasakan cukup menyenangkan, meski dengan kekurangan tersebut yang menyebabkan kaki berulangkali harus di luruskan ataumengatur posisi kembali untuk mendapatkan 'pewe' alias posisi wenak di bagian telapak kaki yang berbalut Converse all black leather.

Rehat sejenak menjelang maghrib. Dokumen pribadi
Rehat sejenak menjelang maghrib. Dokumen pribadi
Unit test ride terakhir. Sebuah penentuan. 

Mata tertuju pada Apache RTR 200 4V yangsebelumnya dipergunakan oleh Tim Equatorrad Indonesia di perjalanan menujuTimur Indonesia. Ban dual purpose Swallow SR 117  menggantikan Pirelli Street Demon. Gear merah menyala dari Sinnob dan stang model fatbar lengkap dengan riser pun menempel kokoh.  Dan yang jelas, posisi tungkai persneling dan rem belakang yang sudah diganti dengan aftermarket.

Jelas lebih ergonomis dan keren !

Beberapa rekan Kompasianer yang telah menjajal beberapa varian TVS Apache RTR 200 4V yang lain mengatakan unit yang ini justru 'kurang enak'  terlebih pada sektor handling karena balutan karet hitam dengan profil kasar dual purpose nya apabila dibandingkan dengan grip mumpuni dari P Street Demon.

Dengan sedikit senyum dan rasa deg deg an seperti  saat anda lagi berusaha modus ke cewe yang keren, saya hanya menyimpulkan dalam hati karena justru karakter ban tipe scrambler lah yang emang saya gemari.  Lebih 'lanang', bandel,emang sedikit loose dijalanan aspal tapi itu justru unsur fun yangdidapat. 

Dan yang jelas, saat dapet kesempatan untuk lari lari kecil di trek tanah ya mana yang lebih asik ?  Dual Purpose, Scrambler or whatever you wanna call it, I feel you, Bro. Mari kita toss tinju dan kita nikmati perjalanan ini ! Ini adalah chapter terakhir dari perjalanan kali ini dan saya harap anda belum bosan membaca tulisan ini karena kita  akan bersambung ke episode kedua dan akhir dari ulasan.

Salam Joyrider !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun